WORKSHOP NASIONAL KAWASAN KARST “ Pengelolaan Dan Pemanfaatan Kawasan Karst Indonesia” (Studi Kasus di Daerah Jateng dan DIY) Oleh : Joko “dophie” Pra

|| || || Leave a komentar
Dalam rangka menyambut milad MALIMPA (Mahasiswa Muslim Pecinta Alam) Universitas Muhammadiyah Surakarta yang ke 24 tepatnya pada tanggal 25 mei 2003, MALIMPA mengadakan event lintas divisi yang diberi tajuk “Multi Event Milad 24 MALIMPA”.Deretan event tersebut meliputi :
1. Pendidikan konservasi dan Advokasi lingkungan
2. Wall climbing competition III
3. Ekspedisi Luweng Jaran I
4. Workshop Nasional Kawasan Karst
5. Tasyakuran dan KBM
Workshop Nasional Kawasan Karst masuk dalam rentetan event tersebut.Mengapa kami tergelitik untuk mengangkat tema ini ? Mengapa bukan tema yang berbau adventure atau kerasnya medan petualangan yang diangkat? Alasan mendasar adalah Sejarah dan media.Dari berbagai divisi yang ada di MALIMPA salah satunya adalah divisi Caving (Susur Gua). Divisi ini menggunakan kawasan karst sebagai media berpetualang dan bereksplorasi. Naif sekali jika kami buta sejarah akan terbentuknya gua dan berbagai keindahan ornamen penghias didalamnya.
Kawasan Karst merupakan sebuah karakteristik bumi yang terbentuk melalui proses yang sangat panjang.hamparan bebatuan kapur ini merupakan sumber daya alam yang potensi. Potensi akan eksporasi dan potensi akan eksploitasi. Dihamparan bebatuan ini terpendam kekayaan yang tak dapat dinilai dengan sebuah nominal uang. Yaitu berupa harta karun gua dengan keindahan pernik-pernik ornamen. Dipermukaan kawasan ini terhampar kekayaan bebatuan kapur yang mengiurkan untuk dieksploitasi diantaranya sebagai bahan keramik, cat dan lainnya.
Workshop ini digelar pada tanggal 17 sampai dengan 18 Mei 2003. Materi ruang dilaksanakan diruang seminar Fakurtas Teknik Gedung J Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sedangkan Observasi lapangan dilaksanakan didaerah kawasan karst Ponjong Gunung Kidul DIY. Tempat ini dipilih dengan alasan karena mengingat daerah ini banyak terdapat fenomena pemangkasan gunung-gunung kapur dan disanalah juga terdapat banyak gua.
Sangat tepat jika workshop ini digelar, apalagi dihadirkan pemateri yang berkompeten didalamnya. Tidak hanya pemateri lokal tetapi yang berskala nasionalpun juga dihadirkan.diantaranya adalah :
1. Hanang Samudra dari Pusat Geologi Bandung
2. Arif Suwanto, Kementrian Lingkungan Hidup
3. Kuswaji, Dosen Geografi dan aktifis geologi Indonesia
4. Bambang Sunarto
5. Bapeda Kab. Gunung Kidul
Tidak hanya itu, kami juga mengundang semua para pengambil kebijakan yang berkompeten didalamnya yaitu bapeda se jateng dan DIY. Dan pastinya peserta juga berasal dari Organisasi Pecinta Alam se Indonesia.
Semua elemen yang berkompeten mulai dari stake holder, pemerhati lingkungan sampai dengan pelaku dilapangan sengaja kami hadirkan agar dalam whorkshop ini terjadi dialog yang berkesinambungan.
Tema ini direspon baik oleh berbagai kalangan, terbukti dengan antusias para peserta yang mengikuti workshop ini.Dari instansi yang kami, undang 90 % hadir sehingga memambah lengkap dialog dalam workshop tersebut. Instansi yang mempunyai Kawasan karst seperti Kebumen, Purworejo, Wonosari, dan Wonogiri turut memperjelas keberadaan kawasan karst karena mereka yang langsung membawahi kawasan tersebut.
Diharapkan dengan adanya media seperti workshop ini mampu menjembatani permasalahan yang terjadi sehingga tidak terjadi salah paham dalam penanganan aset Sumber daya yang potesi tersebut.
Hari pertama pelaksanaan Workshop ini dikemas didalam ruang yang berisikan pemaparan materi tentang kawasan karst sesuai dengan tema yaitu “ Pengelolaan Dan Pemanfaatan Kawasan arst Indonesia”(Studi kasus di daerah Jateng dan DIY). Satu hari penuh diisi dengan pemaparan materi dan dialog interaktif. Disini terjadi hal yang menarik karena semua elemen duduk dalam satu ruang dan saling mengutarakan pendapat serta pengalaman.
Sinkronisasi pendapat dan masalah terjadi disini. Mengapa? Karena didalam ruang ini bisa saling mengisi dan akhirnya diterjemahkan melalui berbagai sudut pandang. Akademisi mengutarakan materi berdasarkan referensi teoritis, Pengambil kebijakan berbicara sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan pemerhati lingkungan menyampaika sesuai kacamata lingkungan serta tidak ketinggalan pelaku langsung juga mendiskripsikan sebenarnya yang terjadi dilapangan.
Waktu satu hari terasa sangat pendek karena tidak mungkin persoalan yang terjadi diwaktu lalu dapat tersampaikan semua. Tetapi benang merah dalam permasalahan tersebut dapat tersampaikan yaitu adanya kepedulian dari berbagai pihak untuk menindaklanjuti permasalahan yang tidak menyudutkan salah satu pihak.
Yang perlu digarisbawahi adalah Workshop ini bukan sebagai media untuk menghakimi atau ruang sidang pengambil keputusan namun lebih tepatnya adalah sebagai media komunikasi. Audience juga tidak digiring untuk menghakimi salah satu instansi atua person. Pemateri dan Pengambil kebijakan (instansi) juga tidak dituntut untuk megambil kesimpulan dari dialog yang dilakukan. Semua dapat mengambil kesimpulan sesuai ranah dan cara pandang masing-masing. Dan akhirnya dapat dijadikan sebagai referensi dalam melestarikan kawasan tersebut.
Pada hari kedua, peserta diajak untuk observasi langsung ke lapangan yaitu di kawasan penambangan karst di daerah ponjong Gunung Kidul DIY.Session ini dimaksudkan agar para peserta dapat membuka mata dan melihat sebenarnya apa yang terjadi dilapangan.
Tujuan pertama adalah dipenambangan karst yang masih bersifat tradisional yaitu yang dikelola oleh masyarakat sendiri dan masih berskala mikro. Disitulah para peserta dapat berinteraksi langsung dengan para penambang dan mengorek keterangan dari sumbernya.Akhirnya peserta diharapkan mengetahui secara langsung alasana mengapa para penambang melakunan pekerjaan tersebut.
Perjalanan selanjutnya adalah ke pabrik pengolahan karst. Ditempat inilah para peserta diperlihatkan dengan pemandangan pengolahan karst secara besar-besaran. Para peserta juga dapat berdialog dengan pengelola pabrik dan mengutarakan semua apa yang selama ini terbersit dibenak masing-masing.
Setelah semua peserta puas dengan observasi dilapangan dan mengantongi berbagai pemahaman kemudian kembali dibuka session dialog. Session ini diharapkan mampu membukakan pikiran peserta yaitu menggabungkan pemahaman sebelum dan sesudah ke lapangan.
Sekali lagi kami tekankan, kami tidak akan menggiring para peserta untuk mengambil keputusan sebuah apalagi kebijakan. Kami hanya berusaha memberikan tambahan referensi bagi para peserta dan mereka pulang kembali ke aktifitas masing-masing dengan sebuah pemahaman yang baru. Dan akhirnya harapan yang utama yaitu harta karun titipan anak cucu kita dapat terselamatkan.
Kegiatan workshop ini ditutup griya mahasiswa UMS. Semoga kegiatan ini merupakan langkah awal menuju hari depan yang masih butuh perjuangan. Perjuangan dari semua pihak untuk menyelamatkan karst khususnya dan melestarikan lingkungan pada umumnya.



*) Mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam penulisan.
**) Mohon petunjuk …
***) Mohon maaf belum bisa mengirimkan untuk artikel “Seminar Regional lingkungan hidup”
/[ 0 komentar Untuk Artikel WORKSHOP NASIONAL KAWASAN KARST “ Pengelolaan Dan Pemanfaatan Kawasan Karst Indonesia” (Studi Kasus di Daerah Jateng dan DIY) Oleh : Joko “dophie” Pra]\

Posting Komentar

Silahkan Tulis Komentar Anda..Bebas Bertanggungjawab..