MAPALA Jangan Kalah Sama Federasi

|| || ,,,,,,, || Leave a komentar
     Bila kita perhatikan beberapa kompetisi kegiatan alam bebas terutama cabang panjat tebing yang sebetulnya panjat dinding seperti kejurnas, lomba-lomba yang diadakan oleh mapala bahkan PON (Pekan Olahraga Nasional) didominasi oleh club-club panjat tebing ataupun delegasi dari daerah yang dinaungi oleh FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia). Para pelaku (atlet) olah raga panjat tebing ini didominasi oleh orang-orang yang berlatar belakang club panjat tebing atau binaan dari FPTI. Lalu bagaimana prestasi para mahasiswa pecinta alam (mapala) dalam kompetisi panjat tebing akhir-akhir ini?

Pemasyarakat Panjat Tebing
     Kita tahu betul sebelumnya olah raga alam bebas ini begitu kental dengan identitas mapala, kalau ditanya apa itu mapala?mungkin sebagian masyarakat menjawab orang-orang yang kerjaanya mendaki gunung, naik tebing, arung jeram dan banyak kegiatan lagi. Memang kegiatan panjat tebing ini lebih dulu dipopulerkan oleh mapala setelah mapala mengadopsi dari kalangan militer melalaui berbagai cara antara lain kegiatan ekspedisi, mengadakan lomba-lomba dengan iming-iming hadiah yang bervariasi atau dengan cara-cara lain. Melalui metode-metode memasyarakatkan panjat tebing mungkin di harapkan pada saat itu bisa lebih mempublikasikan mapala di kalangan masyarakat, sehingga nantinya semakin banyak yang berminat masuk mapala.
     Tapi lambat laun dengan sering diadakanya kompetisi-kompetisi panjat dinding membuat olah raga ini bisa dinikmati oleh siapa saja bukan hanya bisa dilakukan oleh mapala semata, tapi masyarakat umum bisa melakukanya dengan akses yang sangat mudah. Bahkan kita bisa melihat di beberapa kompetisi panjat tebing dilombakan kategori umur yang diikuti oleh anak-anak yang mempunyai kemampuan dalam olah raga ini.
     Pemasyarakat panjat tebing memang bukan mapala semata, justru orang-orang yang terlibat dalam olah raga inilah entah itu dari mapala atau bukan, yang berperan besar mengantarkan panjat tebing menjadi sebuah olah raga yang familiar bagi masyarakat awam. Bagaimana mereka (para pelaku olahraga panjat tebing) menyampaikan pesan bahwa panjat tebing bukan cuma milik salah satu komunitas tertentu dan semua bisa mencobanya karena memang panjat tebing tidak terkultuskan pada satu komunitas tertentu.

Foto: solopos.com

Dibentuk Federasi
     Melihat animo masyarakat serta pemasyarakatan olah raga panjat tebing ini semakin hari semakin besar pengakuan dari pemerintah pun terwujud, hingga akhirnya masuk ke dalam salah satu cabang olah raga yang dilombakan secara nasional. Dengan adanya cabang olah raga panjat tebing di PON, kesempatan memasyarakatkan panjat tebing sebagai olah raga yang aman mengakibatkan semakin bermunculan berbagai club panjat tebing dengan main stream kompetisi. Hal ini membawa dampak positif dan negatif bagi mapala sendiri, secara positif kesan kegiatan serta keberadaan mapala semakin diterima di masyarakat, sedangkan sisi negatifnya olah raga ini terkesan hanya berorientasi kompetisi tanpa melihat nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga ini dan semakin menipisnya sisi prestisius sebuah mapala.
     Untuk mengakomodir animo masyarakat serta menstrukturkan panjat tebing menjadi sebuah cabang olah raga, dibentuklah FPTI sebagai wadah pembinaan atlet panjat tebing di Indonesia. Dengan segala metode pelatihan dan pembinaan bermunculan atlit-atlit binaan FPTI yang bukan saja berasal dari mapala tapi masyarakat awam yang ingin meraih prestasi. Sehingga jangan kaget ketika melihat sebuah kompetisi panjat tebing, peserta lebih dominasi oleh atlit FPTI dan club panjat tebing.
Berawal dari mapala
     Bila kita runut kebelakang lagi, panjat tebing memang lebih identik dengan mapala, karena mapala mempunyai kelengkapan sarana dan prasana karena kegiatan mapala bersentuhan langsung dengan kegiatan semacam itu. Bahkan bisa dikatakan sebagaian besar jajaran pengurus aktif FPTI datang dari mapala dan atlet yang dimiliki oleh FPTI juga banyak yang berbasic mapala. Hanya saja akhir-akhir ini prestasi mapala di bidang kompetisi ini mulai pudar, kalah oleh keberadaan nama FPTI ataupun club panjat tebing yang berorientasi pada kompetisi.
     Memang prestasi-prestasi yang diraih oleh para atlet di bidang panjat tebing ini tidak bisa dilepaskan dari FPTI karena memang struktur FPTI yang dibuat sedemikian rupa sampai pengcab per kabupaten yang tidak memungkinkan membawa bendera mapala ditiap kompetisi tapi mengharuskan membawa nama daerah FPTI masing-masing. Tapi sebetulnya atlet yang di bina oleh FPTI ada juga yang berasal dari mapala ataupun binaan dari mapala, karena mapala mempunyai peralatan pendukung olah raga ini.

Perbedaan yang Mencolok
     Menjawab pertanyaan diatas ada beberapa sebab mengapa prestasi mapala dalam kompetisi panjat tebing semakin tenggelam. Pertama banyaknya kebutuhan organisasi internal mapala dan fokus mapala bukan hanya pada satu hal kompetisi panjat tebing. Hal ini menyebabkan keintensifan waktu berlatih dalam panjat tebing tidak sebanyak yang dilakukan oleh club panjat tebing ataupun FPTI yang memang terfokuskan pada prestasi kompetisi panjat tebing. Sehingga jangan kaget apabila melihat prestasi teman-teman mapala di ajang kompetisi panjat tebing semakin pudar. Kedua dukungan dana dan birokrasi yang terkadang dalam tubuh mapala yang terlalu kaku, sehingga berdampak pada intensitas berlatih dan berkompetisi dalam tiap kompetisi yang ada. Birokrasi juga bisa dalam hal nama instansi yang dibawa, semisal dalam pekan olah raga propinsi yang tidak memungkinkan membawa nama mapala tetapi membawa nama daerah. Dukungan dana juga menjadi kendala yang berarti, kita ketahui bersama dana yang dimiliki oleh organisasi mapala terkadang tidak memungkinkan untuk aktif mengikuti tiap kompetisi. Dari dua hal ini memang terlepas dari keinginan dan kesungguhan hati para pelaku panjat tebing dari mapala, tapi mungkin benar apabila ada asumsi ”kalau ingin menjadi bintang jangan masuk mapala” jadilah penggiat alam bebas dengan jaringan yang luas.

awal mula panjat tebing MALIMPA

|| || || Leave a komentar
awal mula panjat tebing di MALIMPA ditandai dengan pembuatan jalur yang oleh teman2 pada saat itu diberi nama jalur kanan kiri ok di belakang griya mahasiswa kampus 1 UMS. jalur ini dibuat dengan menggunakan tembok bangunan griya mahasiswa yang dibor dan diberi batu sebagai pointnya. di motori beberapa anggota yang intens di panjat tebing saat itu seperti ipunk jalur akhirnya terbentuk walaupun dari batu. setelah mungkin kejenuhan latihan di jalur ini akhirnya teman2 pada saat itu mencoba membuat jalur yang lebih gila lagi yaitu di tembok jembatan di matesih. beberapa hari waktu dihabiskan untuk memahat tembok jembatan ini.
jenuh dengan mencoba jalur kanan kiri ok dan beberapa alternatif tempat kini giliran target untuk membuat wall climbing dengan segala potensi yang ada. ormed dan perencanaan matang pembuatan wall climbing dimulai, dengan sedikit restu dari mbk puput selaku ketua malimpa saat itu karena sedang menjalani KKN akhirnya pencarian bahan baku pembuatan wall dimulai. mulai dari acara memantau,meneliti mengendap2 hingga eksekusi guna mengumpulkan bahan baku dilakukan. pembagian tim pengeksekusi triplek, pemantau keadaan dibagi dengan rapi takut2 ketahuan satpam atau yang lainya.tp untung saat itu fasilitas ums masih bs dipakai dan gampang dialihpindahkan fungsi dan keberadaanya.sebut saja papan multiplek yang biasanya dipakai buiat nulis dosen ngajar mahasiswanya dikelan diangkut, besi2 pager leter L diambil dan masih banyak lagi.
secara otomatis kesibkn teman2 saat itu hanya fokus bagaimana caranya agar berdiri wall malimpa secepat mungkin, malam beraksi siang istirahat dan sore siap2 investigasi lapangan. jam berputar hari berganti akhirnya berdiri juga wall malimpa dengan tinggi sekitar 10 meter di depan griya mahasiswa kampus 1. jalur kanan kiri ok sudah berlalu kini high roof men!kbr mengenai berdirinya wall malimpa cept tersebar setiap sore bukan hanya teman2 malimpa yang berlatih teman2 mapala solopun berkumpul dimalimpa untuk berlatih panjat bersama.tapi dengan berdirinya wall malimpa tidak berarti perjalanan panjattebing MALIMPA berhenti, pembuatan wall climbing MALIMPA hanyalah sebuah batu loncatan menuju target besar yaitu pembuatan jalur 13 MALIMPA di tebing Jumok Gondosuli Tawangmangu Karangnyar dan target-target lanjutan lain menuju pemanjatan-pemanjatan tebing MALIMPA dan kompetisi guna mengharumkan MALIMPA di dunia panjat tebing. sebuah catatan kecil guna menggambarkan awal mula panjat tebing di MALIMPA sehingga terlahir maestro-maestro panjat MALIMPA seperti bakil, ipung, ipang, walang, cutik dan lain-lainya

Ekspedisi Penyusuran Sungai Bengawan Solo II

|| || || 1 komentar
Persiapan:

Meneruskan semangat ”Getek Mangkunegoro I”,anggota Malimpa ingin mengulangi sukses pendahulunya dengan mengadakan kegiatan menyusuri Sungai Bengawan Solo. Berbeda dengan yang pertama yang bertujuan menyusuri dan berbakti sosial dengan masyarakat sekitar sungai, rencana penyusuran yang berikutnya selain seperti diatas juga bertujuan mengamati keadaan alam di daerah aliran Sungai Bengawan guna menunjang potensi wisata air.
Sebelum kegiatan ini dilaksanakan,ada beberapa persiapan yang dilakukan : diantaranya adalah penseleksian team, pembagian tugas, pembuatan rakit, sampai pada pendanaan yang dibutuhkan.
Adapun persiapan-persiapan ini dilakukan mulai 8 januari sampai dengan 5 Pebruari 1992. Dari 14 anggota yang mengikuti penseleksian, terpilih 10 anggota yang terdiri dari 8 anggota team inti dan 2 anggota team cadangan,yaitu:
1. M. Tony “Badax” Andi Astanto (Ketua)
2. Wasiri “Wereng” (Sekrataris)
3. Tono “Tobang” Indrayanto (Bendahara)
4. Syaefulloh “Kempling” (Logistik I)
5. Teguh Ponco “Kambil”Apriyanto (Logistik II)
6. Edy “Minthi” Slameto (Humas & Perijinan)
7. Agus “Yayat” Noor Hidayat (Dokumentasi)
8. Wiyadi “Kuwil” (Pembantu Umum),yang merupakan anggota Malimpa Al-Wathon Kampus UMS Karanganyar.
Adapun 2 anggota team cadangannya adalah:
1.
2.
Pembuatan Rakit dilakukan pada 30 januari sampai dengan 6 Pebruari 1992 di desa Bacem, yang terbuat dari:bambu ori dan apus, triplek, tali, kawat, paku, drum, gedek, sasak, ban dalam mobil ukuran ban bus dan papan. Pengecekan akhir dilakukan dengan mencoba rakit di tepian Bengawan Solo (Bacem) dilakukan 6-7 Pebruari.1992. Setelah seluruh persiapan selesai, pada pukul 11.30 WIB tanggal 8 Pebruari 1992 rakit beserta peralatan dan logistik penunjang diturunkan ke sungai Bengawan Solo. Pada perjalanan perdana dari Bacem – lokasi pelepasan arung (Jurug), anggota team didampingi oleh Humas UMS dan beberapa anggota Malimpa.
Sebelumnya, dikampus pada pukul 09.15 – 10.00 telah dilakukan Upacara pelepasan oleh Bapak Pembantu Rektor III UMS. Upacara pelepasan di Jurug dilaksanakan pukul 13.10-14.00,akhirnya berbekal salinan Copy rekomendasi dari Polres Sukoharjo dan Surat pemberitahuan dari UMS untuk masing-masing lokasi yang disinggahi, Ekspedisi Penyusuran Sungai Bengawan Solo II mulai dilaksanakan.
Pengarungan:
Pengarungan sungai dengan menggunakan rakit tradisional untuk mengamati serta menemukan potensi wisata air di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo dimulai dari tepian Taman Jurug Surakarta dan rencananya akan diakhiri di Muara Ujung Pangkah, Gresik. Perjalanan ekspedisi ini di bagi dalam bentuk Etape,yaitu satu etape adalah satu hari pengarungan.
Etape I (8 Pebruari 1992) : Jurug,Surakarta -Sidokerto,Plupuh,Sragen
Di mulai pada pukul 14.00,beristirahat dan sholat sekaligus mengambil air bersih. Lalu dilanjutkan hingga tiba di Kaliyoso, melewati Kedung Sendang Mulyo yang luas dan berarus tenang. Pukul 16.30 tiba di Kebakkeramat melewati pusaran air dan beristirahat di wilayah Sidokerto,Plupuh,Sragen.
“Redupmu bersahabat, riakmu memberi kami semangat untuk menerjang semua yang menghambat”

Etape II (9 Pebruari 1992) :Sidokerto,Plupuh,Sragen – Pindi,Jenar,Sragen
Dimulai pukul 06.00,sampai Gawan,Tanon 2,5 jam perjalanan melewati daerah Sribit,Sidoarjo. Dan setelah melewati Kedung Swaci,tibalah team di kedung Garut pada tengah hari. Skitar jam 17.00 team menepi didesa Pindi,Jenar,Sragen untuk beristirahat.
Etape III (10 Pebruari 1992):Pindi,Jenar,Sragen BangunrejoLor,Pitu,Ngawi
Rakit sempat terseret arus dan menabrak batu,dan melewati percabangan sungai. Jam 08.15 team sampai di Mantingan,waktu istirahat dipergunakan melapor ke Polsek Mantingan dan belanja logistik. Pada jam12.00 sampai di Kedung Jati Mulyo. Team ekspedisi memasuki Kedung Batok pukul 14.00 yang mempunyai tikungan tajam serta arus yang deras. Selepas Kedung Batok team melewati Jembatan Wayah dan memasuki Kedung Galar,Pelanggaren sekitar ba’da ashar. Dalam etape ini team sempat mendapat kesulitan pada arus deras,pusaran dan arus balik yang sulit dilewati. Pukul 16.45 rakit melewati jembatan Conde lalu menepi untuk istirahat (camp) didesa Bangunrejo Lor Kec. Pitu,Ngawi. Team kemudian mengadakan acara silaturahmi dengan aparat desa dan warga.
Etape IV (11 Pebruari 1992) : BangunrejoLor,Pitu,Ngawi – Widodaren, Menden, Blora
Sehabis subuh team melanjutkan perjalanan, tidak begitu banyak halangan yang dilewati. Pukul 08.55 kawasan Trinil terlewati, dan sempat istirahat di desa Mindi Keca,Pitu,Ngawi. Selain istirahat, team juga melakukan orientasi medan selanjutnya dan juga berkesempatan mengikuti upacara Nyadran yang diadakan oleh masyarakat setempat. Perjalanan dilanjutkan,dan setelah melewati Kedung Kerak yang luas dan menarik, akhirnya team istirahat pada jam 17.00 didesa Widodaren,Menden,Blora.
Etape V (12 Pebruari 1992) : Widodaren,Menden,Blora – Jipang,Cepu,Blora
Seperti hari-hari yang lalu,team melanjutkan perjalanan dipagi hari melewati arus yang tenang, pukul 14.30 team Ekspedisi istirahat sejenak untuk membeli logistik yang semakin menipis di desa Kiringan,Ngrahu,Bojonegoro. Sampai desa Sumberarum team melalui tikungan tajam dengan pusaran air cukup besar yang mengakibatkan rakit menabrak tepian sungai. Setelah beberapa lama team istirahat di Dearah Jipang dan melapor ke aparat desa setempat.
Etape VI (13 Pebruari 1992) : Jipang, Cepu, Blora – Kenduruan, Malo, Bojonegoro
Di hari ke enam,team jalan pukul 05.15 dari Cepu,desa Jipang,Blora.Kemudian pukul 06.18WIB rakit memasuki Getas,Cepu,Blora lalu memasuki kota Cepu. Sungai mulai meluas, sekitar pukul 09.00 WIB rakit memasuki desa Badungan, lalu desa Kuncen,Kebon Agung, danTebo (perbatasan Tobo dan Kalitidu), kemudian dusun Sudu.Setelah menikmati santainya perjalanan lebih dari 2 jam dengan arus yang tenang, team menghadapi arus air yang bergelombang dibarengi tiupan angin kencang menyebabkan rakit selalu ditepi. Sampai-sampai dua anggota team (Wasiri dan Tony) turun ke air berusaha mendorong rakit, dan yang lain menggunakan satang serta dayung. Setelah cara dan usaha dilakukan untuk mendorong rakit ke tengah, tapi nampaknya angin dan hujan yang mulai turun. Akhirnya team pun menepi untuk istirahat sambil menunggu angin berhenti. Rakit mulai melaju lagi sekitar pukul 14.25 WIB, kurang lebih 20 menit perjalanan, rakit membelok dan team melewati Kedung Buwaan.
Etape VII (14 Pebruari 1992) : Kenduruan,Malo,Bojonegoro – Glagahsari, Soko, Tuban
Start dari tambatan rakit pukul 05.20 WIB dari desa Kenduruan. Setelah beberapa menit melewati air yang tenang dan sungai yang melebar dan lurus,team mulai memasuki Desa Kanjengan,Kalitidu,Bojonegoro. Hanyut lebih dari 2 jam, dengan arus sungai yang cukup tenang selain dapat beristirahat team pun dapat menikmati panorama alam sekitar aliran sungai Bengawan Solo yang indah.Jika perjalanan antara Bacem sampai dengan Ngawi team dapatkan bebatuan di sekitar DAS Bengawan Solo.Untuk selanjutnya kami dapatkan kebun-kebun dan persawahan,tapi sayangnya daerah sekitar lebih banyak erosi tanahnya yang dalam setahun dapat mencapai 2m .Sekitar pukul 08.00 WIB team mulai memasuki kawasan desa Sembung,Tidu,Bojonegoro, lalu desa Padang yang banyak terdapat pusaran-pusaran kecil,yang di gunakan penduduk sebagai tempat mencegat ranting-ranting kayu yang terbawa derasnya sungai sebagai mata pencaharian mencari kayu.Setelah itu team jumpai Bengawan Solo terbelah dua,dimana ditengan antara belahan tersebut ada daratan semacam pulau kecil yang luasnya kurang lebih 900m2 ,dengan panjang 300m yang berbentuk oval. Ketika memasuki desa Namblak,Gander,Bojonegoro pada pukul 09.40 arus sungi sangat tenamg dan angina bertiup semilir,membuat team bias beristirahat sejenak diatas rakit. Kecuali Syaefulloh dan Wereng yang bertindak pegang kemudi rakit. Pukul 11.30 WIB team tambatkan kembali rakit ditepi kota Bojonegoro untuk melaksanakan Sholat Jum’at.Selesai sholat team berusaha mengatasi pusaran air dan rumpun bamboo yang merunduk ketengah sungai karena hujan dan air yang naik,dengan perlahan rakit menyusup lewat bawah rumpun bamboo dan tem menggunakan satang dan dayung menahan batang bamboo satu persatu untuk melindungi rumah rakit terbentur bambu. Pada akhirnya rakit keluar dari rumpun bamboo meski sempat meninggalkan luka gores ditubuh.
Pukul 14.30 WIB team memasuki daerah kali Kethek dimana terdapt jembatan yang konon terpanjang di DAS Bengawan Solo. Setelahnya team harus menghadapi pusaran besar,angin kencang,menghindar dari perahu-perahu penduduk dan lagi-lagi rumpun bamboo.Team Ekspedisi memasuki wilayah Kabupaten Tuban setelah setengah jam perjalanan,yaitu dusun Kendal Rejo lalu Soko Tuban. Lalu Luduyakti – Mojo Agung. Pada perjalanan kali ini satang tertancap dan sempat tertinggal,tapi anggota team berhasil mendapatkan satang itu kembali.
Sesuai atas kesepakatan, pukul 16.45 rakit menepi dan ditambatkan di desa Glagahsari Soko Tuban dengan disambut warga dengan antusias, saat istirahat malampun…nyamuk juga menyambut team dengan antusiasnya.
Etape VIII (15 Pebruari 1992) : Glagahsari, Soko, Tuban – Bonten, Sekaran, Lamongan
Pagi yang cerah mengiringi laju rakit Team Ekspedisi. Pukul 07.25 WIB sampai di desa Tanor,Rengel,Babat. Sungai berkelok dan pemandangan bukit kapur yang menarik. Tiba di Kebomelati team melewati arus yang cukup tenang dan begitu luas. Tapi tim sempat kesulitan saat menghindari pusaran air yang banyak rumpun bamboo berduri ditengahnya,akibatnya harus kehilangan 1 satang dan putusnya tali bendera UMS. Memasuki Kota Babat ditandai dengan melewati jembatan Cincim yang unik pada tiang penyangganya pada pukul 13.12. Saat senja menjelang team menambatkan rakit di desa Bonten,Sekaran,Lamongan.Penduduk menyambut ramah.Di desa ini team menambah 1 satang untuk mengganti satang yang hilang.Malam hari team mencoba istirahat, tapi sulit dikarenakan banyaknya nyamuk.
Etape IX (16 Pebruari 1992) : Bonten, Sekaran, Lamongan – Mojopuro Wetan, Bongah, Gresik
Setelah mengambil air bersih,jam 05.00. team melanjutkan perjalanan .Belum lama berjalan rakit terbawa arus air dan menabrak tiang penyangga jembatan Laren,tapi tidak mengakibatkan rusaknya rakit karena tidak langsung menabrak tiang.Selepas jembatan Laren team membagi 2 klompok tuk bergantian mengemudi dan mendayung rakit,masing – masing selama 2 jam. Melewati pukul 16.30 memasuki Daerah Bonang, aliran sungai sangat tenang dengan pinggiran berupa rumpun ilalang. Sambutan warga sangat hangat,ketika team merapat ke desa Mojopuro Wetan,Bongah,Gresik pada pukul 17.00 WIB.Tiga anggota team melapor dan silahturahmi dengan kepala desa, mengenalkan diri sebagai Team Ekspedisi MALIMPA UMS yang secara murni mengadakan Ekspedisi untuk menggali wisata air.
Etape X (17 Pebruari 1992) :Mojopuro Wetan,Bongah,Gresik – Ujung Pangkah,Gresik
Merupakan etape terakhir dari semua etape ekspedisi yang telah di laksanakan.Mulai pukul 05.20 dan begitu melewati jembatan Bayat yang sangat rendah,sempat membuat tiang bendera roboh.Lewat pukul 07.00WIB team melewati arus yang tenang dan sungai yang lebar didesa Ngaren.Memasuki wilayah ujung Pangkah terdapat anak cabang Bengawan yang dikenal dengan sungai Sumbalan Yang bercabang lagi di Kali Mandian dan Kali Anyar.Dermaga nelayan ujung pangkah telah dilewati pada pukul 09.30 WIB.Setelah melewati 2 cabang sungai lagi, Sungai Weru dan Sungai Srewean.
Akhirnya Team Ekspedisi Penyusuran Sungai Bengawan Solo II MALIMPA UMS telah melewati titik tujuan.Tapi perahu terbawa arus menuju laut lepas,anggota team minta pertolongan nelayan terdekat.Dengan 3 perahu motor dan dibantu beberapa nelayan,tapi tetap tidak bias menarik rakit.Keputusan yang diambil adalah meninggalkan rakit dalm keadaan kosong.Malam hari jam 22.00,Team Ekspedisi langsung menuju rumah Kempling (Syaefulloh) Untuk kemudian kembali ke Kampus tercinta Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anggota Malimpa juarai Sirkuit IV FPTI Surakarta

|| || || Leave a komentar
Warlan (walang), anggota Malimpa/anggota perkumpulan panjat tebing KOB mengungguli lawan-lawannya dalam final Sirkuit IV Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Pengurus Cabang (Peng.Cab.) Solo yang di gelar di UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) pada Minggu, 7 Desember 1997. Lomba panjat tebing buatan terakhir tahun 1997 di Solo ini kembali digelar di dinding panjat Mahasiswa Muslim Pecinta Alam (Malimpa) UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Babak penyisihan yang diikuti 71 orang peserta dari sekurangnya 15 perkumpulan panjat tebing dan organisasi pecinta alam di Solo Raya itu dilaksanakan mulai Sabtu, 6 Desembar 1997. Sedangkan semifinal dan babak penentuan pemenang dilakukan Minggu. Lomba kali ini dibatasi hanya untuk pemanjat pemula,untuk menentukan peringkat dan wakil Peng. Cab. FPTI Surakarta dalam kejuaraan daerah. Hanya saja kejuaraan daerah baru saja berlangsung (sudah dilaksanakan). Dan dalam lomba ini yang tidak boleh mengikuti sirkuit kali ini hanya lima pemanjat peringkat teratas FPTI Surakarta.
Pemerataan kesempatan untuk mengikuti lomba sejenis ini, dianggap penting dalam mempersiapkan wakil Peng. Cab. FPTI Surakarta dalam Kejurda berikutnya.Tingkat kesulitan jalur yang disiapkan dalam lomba panjat dinding buatan kali ini tergolong mudah. “Untuk babak penyisihan hanya mencapai grade 5.9.,itu cukup mudah bagi pemula, sedangkan untuk semifinal tingkat kesulitan jalur yang disiapkan panitia mencapai 5.10 dan final 5.10b yang memerlukan gerakan yang menikung,menjungkit atau menekan satu point pegangan dengan kedua tangan” jelas salah seorang pengurus FPTI Surakarta.
Dalam semifinal, dari 24 orang peserta yang telah dinyatakan berhak tampil dibabak berikutnya. Ternyata hanya 22 orang yang melakukan pemanjatan, karena ada 2 orang pemanjat yang di diskualifikasi disebabkan terlambat mendaftar ulang. Dari semifinal tersebut, terpilih sembilan orang peserta yang dianggap berhak mengikuti babak final.
Final berlangsung seru,pasalnya peserta-peserta yang memanjat di urutan awal tampak kesulitan menaklukan jalur yang tersedia pada dinding panjat kayu yang tingginya 17 meter itu. Hanya Warlan seorang yang mampu bergelayut dengan berpegangan pada point tertinggi.Hermansyah hanya mampu memegang point di bawahnya sehingga berhak atas gelar juara II. Sedangkan Ayuk, satu-satunya finalis yang membawa nama sekolah menengah mempecundangi enam peserta lainnya dengan merebut gelar juara III.

Kepengurusan MALIMPA UMS Periode 2001 – 2002

|| || || Leave a komentar
A. Kepengurusan
Dewan Pertimbangan
1. Dwi Rusdianto ( Jabrik )
2. Aris Munandar ( Klunting )
3. Tony Riawan ( Pentet )
BKPP
1. Ketua : Risdiyanto ( Bibit )
2. Umum/Sekretaris : Irfan Sengaji ( Irfan Sengaji )
3. Gunung Hutan : Trubus Kurniawan
4. Caving : Wisnu Sadono ( Kentang )
5. Rock Climbing : Dwi ( Cutik )

Ketua Malimpa : Yulie Indrianto ( Clurut )
Sekretaris : Bernard Suryawan ( Bendrat )
Bendahara : Diana Sebtiana
Departemen Umum : Joko Pramono ( Dopi )
* Humas : Erva Agus Tiyarini ( Emak )
* Litbang : Edi Wirawan ( Kulir )
Departemen Pelatihan : Eko Wahyudi ( Wereng )
* Gunung Hutan : Kandu Prakoso ( Laler )
* Rock Climbing : Nurrohman
* Caving : Yunata Suryaningrat ( Stress )
* Search And Rescue : Zufar
Departemen Pengabdian Masyarakat : Anas Abdullah ( Ateng )
* Lingkungan Hidup : Joko Bayu ( Kancil )
* KeIslaman : Retno Hartati
Logistik : Aji Sukmono
Kusdiono ( Watu )

B. AGENDA KEGIATAN

Diklatsar 18
Sesuai GBHO pengurus membentuk BKPP baru untuk melaksanakan Diklatsar 18 di Kawasan Tlogodlingo, Diklat Lanjut. BKPP dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan Divisi yang ada di Departemen Pelatihan & Pengembangan yang disesuaikan dengan program kerja Departemen Pelatihan & Pengembangan. Pelantikan anggota Diklatsar 18 dilaksanakan di Gunung Ungaran dan Kampus UMS (pada kepengurusan Kandu Prakoso).
Keluarga Besar Malimpa ( KBM )
Program KBM terinspirasi oleh suasana kekeluargaan Mapala STACIA UMJ, yang mana antara senior dan junior selalu berkumpul setiap minggunya dalam suatu forum. Jadi transfer informasi diantara mereka selalu terjalin. Jadi ketika saya menjabat menjadi Humas (pada kepengurusan Prihantono), saya masukan menjadi program saya sebagai humas setelah berdiskusi dengan departemen umum. Langkah awal yaitu inventarisasi anggota melalui buku anggota,yang notabene tidak lengkap datanya. Selanjutnya kita inventarisasi data via pos,yaitu kita minta data terbaru dengan melayangkan surat ke masing-masing personal. Tindak lanjut dari hal tersebut kita adakan acara reuni KBM pada agenda MILAD dengan hasil pembentukan coordinator tiap wilayah yang ada di Indonesia yang bertugas mendata anggota yang berdomisili di wilayahnya masing-masing.
Try Out Ekspedisi
Untuk mengimplementasikan GBHO, untuk mewujudkan sumber daya manusia MLP yang berkualitas. Salah satu bentuknya,untuk jangka panjang yaitu melaksanakan Ekspedisi. Dikarenakan minimnya pengetahuan kita dalam tahap-tahap ekspedisi, pihak Litbang mengumpulkan bahan-bahan dan pihak Pelat berinisiatif melaksanakan Try Out untuk menopang program ekspedisi. Try Out ini lebih dikenal dengan Ekspedisi Tiga Penjuru,pelaksanaannya yaitu Caving di Gombong,Gunung Hutan di Alas Purwo dan Rock Climbing di Watu Limo.

C. Moment
* Kecelakaan Prihantono
Pada awal kepengurusan kami, dihadapkan pada sebuah kecelakaan yang menimpa rekan sekaligus saudara kami Prihantono (Kendil), yang jatuh dari Wall Climbing Malimpa ketika latihan panjat. Kejadian tersebut sontak membuat warga Malimpa terkejut dan panic. Korban dilarikan ke RSIS Yarsis, karena penanganan kurang cepat dan kurang perhatian dari pihak Rumah Sakit,kami sepakat untuk merujuk/pindah ke RSU Dr. Moewardi. Dan Alhamdulillah saudara Prihantono selamat dan sehat sampai saat ini.
*Perahu
Pengajuan pengadaaan perahu karet kepada Kesbang Linmas Jawa Tengah dengan dasar Malimpa mempunyai Divisi SAR yang bergerak dalam pencarian dan evakuasi korban. Khususnya di bidang SAR air kita sering bekerjasama dengan SAR UNS yang notabene mempunyai Peralatan lebih lengkap daripada kita,khususnya perahu. Dari beberapa kepengurusan Malimpa yang terdahulu sering mengajukan pengadaan perahu karet untuk sarana penunjang SAR Air kepada pihak Rektorat tapi selalu tidak mendapat respon ataupun persetujuan dengan alasan …. TIDAK JELAS,maka bersama rekan-rekan (Dwi Rusdianto dan Risdiyanto) mengajukan kepada Kesbang Linmas Sukoharjo, tetapi disarankan pihak Sukoharjo untuk mengajukan kepada Kesbang Linmas Jawa Tengah. Karena pada saat itu institusi sedang menyiapkan anggaran untuk pengadaan perahu karet untuk wilayah Jateng. Pada bulan Januari 2002, ditengah pelaksanaan Diklatsar 18, Malimpa mendapat surat dari Kesbang Linmas Jateng untuk dating ke kantornya di Semarang.Dibenak kami proposal kita disetujui dan membawa pulang perahu karet 1 Set, dengan semangat saya bersama Dwi Rusdianto dan Prihantono menuju Semarang,ternyata disana kita hanya dikonfirmasikan tentang kebenaran proposal yang kita ajukan. Proposal tersebut baru akan dibahas dengan anggota Dewan di tingkat Jateng. Kita pulang dengan tangan hampa.


*Kejurda Climbing
Dalam Kejurda di Semarang,beberapa atlit Malimpa mewakili daerahnya masing-masing, Dwi”Cutik” mewakili Karanganyar, Ekowati mewakili Solo, Ara Purnomo mewakili Purwodadi. Dalam hal ini pengurus pernah mengajukan permohonan untuk mewakili Sukoharjo dalam Kejurda tersebut,namun karena Sukoharjo belum mempunyai Pengurus Cabang FPTI, kami disarankan untuk membentuk Peng.Cab.. Karena waktunya yang terlalu mepet dan ada beberapa agenda Malimpa yang harus dilaksanakan,maka pengajuan dan pembentukkan Peng.Cab. tidak kami tindak lanjuti.
*Pelantikan Anggota Diklat 17
Di laksanakan di Tlogodlingo, daerah Parkiran.
*Rektorat
Pada saat itu beberapa kebijakan Rektorat (PR III/ Kabag Mawa), untuk kegiatan kemahasiswaan diarahkan untuk lebih mengedepankan hal-hal yang ilmiah (LKTM), hal ini sedikit banyak menghambat kerja pengurus yang notabene kegiatan Malimpa porsinya lebih banyak ke Outdoor activity. Pengajuan fasilitas penggunaan mobil sering dibatasi (area khusus di Eks Karisidenan Surakarta). Pernah ada kasus, saudara Ara Purnomo menggebrak meja Kabag Mawa (Pak Daliman waktu itu), sontak kejadian tersebut membuat pihak Rektorat marah besar, dan berpengaruh terhadap fasilitas yang di butuhkan Malimpa (Dana kegiatan dan Transportasi). Alhamdulillah kasus tersebut dapat diselesaikan dengan damai antara Ara Purnomo dan Bapak Daliman.
*Pengunduran diri saudara Khabib Guritno (Emon)
Pada tanggal 15 Juni 2001 saudara Khabib mengajukan pengunduran diri dari anggota Malimpa secara tertulis kepada Ketua Umum Malimpa pada awal kepengurusan kami. Hal ini berkaitan dengan disahkannya AD/ART tentang tidak diperbolehkannya seseorang mempunyai keanggotaan ganda dalam lingkup UKM Mapala di UMS. Saat itu saya belum dapat merespon hal tersebut karena pada waktu itu suasana lagi panas dan untuk menjaga suasana organisasi yang kondusif di intern Malimpa dan para pendahulu/senior. Dan sampai saat ini belum ada keputusan tentang hal tersebut karena belum pernah dibahas dalam rapat pengurus maupun rapat anggota Malimpa...

wawancara dengan mas jutek

|| || || Leave a komentar
1. Universitas Muhammadiyah Surakarta yang sekarang awalnya adalah IKIP Muhammadiyah
2. Berawal dari kumpul-kumpul dengan teman-teman + pergi bareng + Hiking,beberapa mahasiswa membentuk suatu komunitas yang bergiat di alam bebas dan menamakan komunitasnya dengan MALIMPA.
3. Kegiatan awal sejak 1979 Malimpa IKIP MUH.:
a. Ke Tawang Mangu
b. Ke Sragen
c. Magetan
d. Puncak Telomoyo
e. Perjalanan 3 hr, 3malam
f. Giriwoyo
g. Susur bengawan solo
h. Tahun1982 ke Kedung Ombo + Kedung Kancil
i. Tahun 1982 untuk memeriahkan HUT MLP diadakan lomba Hiking+panjat tebing+puisi+dll dengan lokasi di Plalar.
j. Kemah Bakti Sosial di Deliyan atau Delingan?
k. Ke Gunung Slamet : Memet + Heru T. Wiyono + Ali + Didik Sukma + Hariyanto + Aris Munandar
l. Getek Mangkunegoro I (penyusuran Bengawan Solo)
“Setiap kegiatan biasanya diselingi Baktisosial berupa Pembagian barang- barang spt:jam + buku-buku islami + alat sholat”
4. Tahun 1981 ketua Didik dengan pengurus lain: Memet+Jutek (sekretaris)+Bambang+Ranto+Didik Sukma
5. Ada anggota MLP : Yusuf (Pasar Kliwon) yang sering membawa,meminta sumbangan buku-buku islami yang biasanya dibagikan pada masyarakat dalam bentuk bakti sosial.
6. Biasanya kegiatan-kegiatan berawal berbekal semangat+dapat surat dari kampus atau pihak terkait : Institusi keamanan dan pemda setempat.
7. Jutek: aktif dari tahun 1979 sampai tahun 1984
8. UKM UMS yang sudah berdiri pada saat itu adalah Malimpa + Menwa + Mentari (penerbitan,kemudian di bredel pemerintah merupakan cikal bakal UKM Pabelan) + Unit Theater Kidung.
9. Posko awal Malimpa hanya berupa ruang-ruang kelas hanya untuk pertemuan(rapat) atau tempat istirahat/tidur setelah kegiatan atau sehabis Hiking. Ini posisinya dikerten (Sekarang sebelah RS kasih ibu)
10. Lalu pada 1981 – 1984, Posko Malimpa berada di sebelah Rel Bengkong (sekarang berdiri Mushola).
11. Lomba yang pernah diikuti: Pernah mengikuti lomba ke Yogya
12. Pernah mengikuti lomba di Wonogiri (Sentraya Buana…..Sasdaya)
13. Pada awal kepengurusan,Malimpa mempunyai 13 anggota sekaligus pengurus :7 putra dan 6 putri
a. Putra : Jutek+Aziz+Suryawan+Ranto+Bambang (Alm)+Didik+Yanto+Mahmudi(Alm)
b. Putri : Ciptantini+Farida+….
14. Kegiatan: Perjalanan 3 hari 3 malam : Kleco – Mojo Songo – Plupuh (nyebrang) – Sine – G. Warak - Batu Jamus - …….. – mojo gedang – kemuning – Karang Pandan
15. Getekn Mangkunegoro I :
a. Yang ikut 9 orang (6 orang MLP + 3 orang siswa Sekolah Maritim,sekarang SMP Bintang Laut).
b. Getek di buat di Kali Tiduh selama 1 minggu
c. Masa uji coba getek selama 1 bulan
d.Anggota MLP :Jutek+Memet+Ranto+Bambang+Didik+Genuk

Malimpa UMS Panjat Tebing Watu Lima

|| || || Leave a komentar
Lima Anggota Mahasiswa Muslim Pecinta Alam (Malimpa) UMS yang tergabung dalam Tim Halimun 21, hari Minggu tanggal 21 Mei 2000 hingga Selasa 23 Mei 2000 telah berhasil melakukan pemanjatan tebing di Gunung Watu Lima Pacitan. Kelimanya adalah Prihantono (kendil), Helmi, Slamet W (bagong), Noor Ika, dan Warlan (walang). Pemanjatan dilakukan di tebing Watu Lanang dalam rangka MILAD Malimpa UMS ke-21, sekaligus memberikan tambahan wawasan kegiatan luar, khususnya Rock Climbing.
Tebing yang dipanjat memiliki karakteristik batuan andesit yang sangat licin dank eras, juga minim Crack (cacat batuan) sehingga sedikit menyulitkan anggota tem yang melakukan pemanjatan. Di samping itu, kesulitan lain yang dihadapi adalah seringnya turun kabut. Kendati banyak rintangan, namun tidak menyurutkan tekad para Anggota Malimpa untuk mencapai puncak. Dan akhirnya pada hari selasa, setelah 2 hari terhadang kendala cuaca, para anggota team pemanjat berhasil mencapai puncak Halimun yang berketinggian 140 meter dari permukaan laut. (Dok. Espos Solo)

Ketua Gustam

|| || || Leave a komentar
Pengurus MALIMPA periode 2006/2007 yang bejumlah 18 orang merupakan hasil dari tim formatur RATAMA 27 MALIMPA, pada awal pembentukan pengurus sedikit mengalami kesulitan dalam menentukan formasi yang tepat untuk mengisi struktur pengurus yang ada hal itu disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia. Seiring berjalannya waktu jumlah pengurus tidak lengkap lagi hal itu disebabkan tidak aktifnya beberapa pengurus antara lain divisi humas dan kerohanian, meskipun sudah dicoba dari koordinator departemen untuk mem-back up kinerjanya tetapi ada sebagian rencana kerja yang terbengkalai. Hal itu mengakibatkan pincangnya roda organisasi dan adnya permasalahan tentang beberapa kebijakan rektorat yang kurang memihak pada UKM pada khususnya Malimpa membuat labilnya kepengurusan. Pada pengurus periode ini dengan ketua Gustam Ertanto dengan Sekertaris Agus S dan bendahara Heni W dan dibantu Departemen dan Bidang(terlampir). Pada periode ini publikasi malimpa kurang evektif sehingga pendaftaran tidak meningkat dari tahun sebelumnya, dan kurangnya penanganan paska pendaftaran membuat peserta diklat tidak memenuhu target dan akhirnya mengadakan diklat lagi sehingga dalam kepengurusan ini diklat diadakan 2 kali. Pada tahun pengurusan ini dana awal organisasi mendapat hibah dana dari kepengurusan sebelumnya dari sisa sisa kegiatan dan dana lain, dan pada tahun kepengurusan ini banyak dana tambahan dari job yang didapat malimpa dan hadiah lomba baik dana pembinaan lomba dan juga dana Rektorat tapi diakhir kepengurusan dana organisasi nol karena kurang menejemen yang dilakukan panitia kegiatan sehingga dana tersedot ke kepanitiaan. Milad 28 MALIMPA Kegiatan milad ke- 28 dirayakan denagan 3 kegiatan antara lain LPDN,Seminar Nasional ,dan tasyakuran yang kesemuanya dilaksanakan dilingkungan kampus UMS. Dan adanya rencana xpds tontonan yang gagal karena kurang konsistennya panitia, badan xpds dan juga kurangnya persiapan atlit dan juga factor kepadatan kegiatan.

Perjalanan menuju BULLETIN MALIMPA Media Komunikasi dan Informasi MALIMPA Tatau W. Garib, ST.,MT MPA.95.11.006 Semakin Kita Tau Semakin Kita Tidak

|| || || 4 komentar
Mungkin ini hanya sebuah kalimat pendek yang membuat makna lain dalam perjalanan MALIMPA. Berawal dari keinginan untuk tampil dan memberikan warna baru serta berbuat lebih bagi MALIMPA, maka dalam kepengurusan MALIMPA 1997/1998 dalam struktur organisasi MALIMPA yang baru terbentuk saat itu, terbentuklah devisi baru yaitu devisi Litbang (penelitian dan pengembangan) dengan harapan devisi ini dapat memberikan warna, konsep dan inovasi baru yang dapat digunakan sebagai motor inovasi pengembangan dan penunjang baik dalam tataran konsep maupun aplikasi teknisnya.
Dengan keterbatasan pengetahuan, sumber daya dan belum tahu harus melakukan apa dan dari mana harus memulainnya, karena devisi baru, pengurus litbang berdasarkan hasil Raker MALIMPA ada empat program utama yaitu 1). Menerbitkan seluruh kegiatan malimpa dalam sebuah bulletin, 2) Membuat konsep dan Membentuk BKPP (badan khusus pelatihan dan pelantikan) 3) mengadakan penelitiaan, yang waktu itu direncanakan di kampung laut kabupaten cilacap. 4) membuat silabus diklat malimpa dan membukukan dalam bentuk buku ajar materi-materi diklat
Satu langkah mulai ditapak, sebuah konsep mulai disusun, pada awalnya pengurus litbang mendapatkan informasi dari para senior bahwa sebelumnnya malimpa telah memiliki sebuah buku atau bulletin namun pengurus belum dapat sebagai contoh acuan sehingga devisi litbang membuat konsep sendiri mengenai konsep bulletin MALIMPA. bulletin MALIMPA dibuat dan disusun bersama antara pengurus litbang (saya diklat XI dan agus arak diklat XII), dibuat dengan konsep editing dan desain sangat sederhana hanya menggunakan kertas format A4 itupun karena belum memiliki printer sendiri akhirnya di print dirental depan kampus I menggunakan printer dotmatrik, kemudian difotocopy pada kertas A3 lalu digandakan kembali dalam jumlah yang terbatas dan disebarkan pada rekan mapala fakultas dan rekan – rekan yang datang ke MALIMPA, dengan harapan agar MALIMPA dapat dikenal baik didalam maupun diluar kampus dalam seluruh kegiatanya diketahui oleh teman-teman mahasiswa yang lain.
Pada terbitan perdana materi bulletin MALIMPA pada berisi beberapa tulisan beberapa senior MALIMPA yang melaksanakan perjalanan kebeberapa gunung di jawa tengah diantara tulisan Mas Tobang perjalan mas tobang ke gunung sumbing, dan beberapa tips dan trik pendakian yang isinya dicomot sana sini dan berdasarkan beberapa pengalaman kami pendakian, desain, isi dan redaksional memang masih sangat sederhana….. namun keinginan untuk eksis membuat kami yakin MALIMPA harus memiliki media publikasi diri……..
Bulletin dikonsepkan untuk terbit dua kali setahun, sehingga seluruh kegiatan selama satu pengurusan yang telah dilaksankana maupun yang akan di laksanakan dapat dipublikasikan kepada rekan mahasiswa lainnya di kampus maupun rekan-rekan sesame Mapala
Pada awal terbit bulletin malimpa belum memiliki thema tentang apa yang akan di bawa sebagai slogan namun dalam perjalanan waktu kemudian beberapa anggota pengurus periode 1997/1998 ingin agar bulletin MALIMPA bukan hanya sebagai informasi bagi internal namun juga eksternal malimpa maka atas ide rekan-rekan dalam rapat pengurus diidekan agar dapat pula menyatukan dan sebagai wadah komunikasi dan informasi bagi anggota dan alumni MALIMPA, sehingga diputuskan bulletin MALIMPA dengan slogan media komunikasi dan informasi MALIMPA ………. Sehingga bulletin ini diharapkan dapat mengkomunikasikan antara sesama anggota serta antara sesama alumni dan anggota MALIMPA…….
Sehingga pada edisi kedua bulletin malimpa telah memiliki slogan baru, dan materipun pun bertambah, pada edisi ke II artikel salah satunnya bercerita tentang kegiatan Diklatsar Malimpa mulai pra-diklatsar, materi ruang diklatsar hingga kegiatan diklatsar lapangan dikaki Gunung Lawu. Pada artikel berisi perjalan kegiatan diklatsar dan bagimana para instruktur menumbuhkan jiwa korsa dalam setiap diri anggota baru.
Seiring waktu penguruspun berganti dan bulletin MALIMPA terus memperbaiki diri belajar dari pengalamnan sebelumnya dan semakin banyak mendapatkan artikel dari kegiatan internal malimpa dan thema-thema yang baru dan yang pasti mulai dapat perhatian dari pihak rektorat hingga setiap terbit telah mulai dianggarkan dalam anggaran tersendiri pada kepengurusan berikutnya.
Seiring perkembangan dunia informasi harapan-harapan baru pun tumbuh, jaringan internet yang telah ada memperpendek perbedaan ruang dan waktu, sehingga segala informasi dapat dengan mudah diakses dan dipublikasikan, embrio bulletin MALIMPA harus terus ada dan terus disempurnakan dalam bentuk lain, semisal : Web, blog, atau jaringan pertemanan sehingga tidak terbatas lagi dalam media hard namun sudah dalam bentuk soft, sehingga keterbatasan dana pencetakan sudah bukan lagi sebagai alasan, harapan kami agar web MALIMPA atau minimal blog MALIMPA dapat dibuat sebagai media komunikasi antara anggota dan anggota dengan alumni dapat terus terjalin sehingga informasi dan silaturahmi dapat terus terjalin, sehingga bisa bersama-sama memajukan MALIMPA walaupun alumni sudah diluar kampus. Ditunggu……dan……………
Selamat 30 tahun MALIMPA ………….25 Mei 1979 – 25 Mei 2009
Sukses terus berprestasi dan berkarya……………….

PERKEMBANGAN POSKO MALIMPA

|| || || Leave a komentar
Diawal masa pendirianya pada saat masih berstatus IKIP Muhammadiyah Surakarta, MALIMPA IKIP Muhammadiyah memulai kegiatanya di kampus IKIP yang saat itu masih satu gedung dengan SMP Muhammadiyah Surakarta. Dan pada masa itu IKIP Muhammadiyah Surakarta belum mempunyai gedung tersendiri, sehingga perkuliahan dilaksanakan pada sore hari. Tempat berkumpul teman-teman MALIMPA adalah di halaman kelas dan ruang kelas yang kosong dan bisa dipakai untuk tempat nongkrong dan merencanakan sebuah kegiatan. Dengan dimotori oleh beberapa orang antara lain Kusaryanto (jutek), Didik Sw, dan teman-teman lainya berusaha mengumpulkan teman-teman dengan masuk ke ruang kuliah untuk mengkonsolidasikan teman-teman lainya yang ingin ikut berkegiatan. Bisa dikatakan keberadaan MALIMPA pada saat itu masih nomaden artinya belum ada sebuah posko yang jelas, hal ini juga dikarenakan masih belum ada sebuah legalitas dari pihak kampus dalam bentuk surat keputusan. Bahkan pada saat pemilihan ketua I yaitu Didik Sw berlangsung di halaman sekolah tersebut, walaupun demikian dukungan serta pengakuan dari pihak kampus begitu besar walaupun cuma sebatas mengeluarkan suret pengantar untuk mengadakan sebuah kegiatan. Setelah 3 tahun tanpa ada fasilitas kesekretariatan, akhirnya pada tahun 1982, pihak IKIP Muhammadiyah menyewa sebidang tanah dan bangunan di sebelah barat rumah sakit Kasih Ibu, tepatnya di pojok rel bengkong yang digunakan sebagai perpustakaan dan pusat kegiatan mahasiswa, baik itu menwa, malimpa, kidung, mentari dan senat mahasiswa.
Pada tahun 1984 IKIP Muhammadiyah akhirnya mempunyai gedung sendiri yaitu di Pabelan (lokasi sekarang) walaupun pada saat itu hanya kampus I, dan akhirnyapun gedung PKM berpindah di kampus Pabelan. Tetapi sebelum menempati posko yang sekarang, posko MALIMPA berawal di sebelah selatan posko kita yang sekarang yaitu di posko USF, tapi itupun hanya separo ruangan. Pada masa periode Teguh Ponco barulah posko MALIMPA berpindah ketempat yang sekarang.

Bulletin malimpa by bureng

|| || || Leave a komentar
Assalamualaikum wr. wb
Malam pada saat pelaksanaan reorganisasi bulletin saya ikut didalamnya karena saya masih menjabat sebagai divisi humas yang bertanggung jawab akan penerbitan bulletin malimpa, dan akhirnya terpilihlah saya sebagai pimpinan redaksi menggantikan pimpinan redaksi sebelumnya yaitu moh. Ilham. “ bismillah…semoga sayabisa melaksanakan amanah ini “, saya berdoa dalam hati.
Bulletin malimpa sudah sampai pada edisi ke 11 pada saat tampuk pimp[inan bulletin beralih ke tangan saya. Meskipun pada awalnya, penerbitan bulletin malimpa per 4 bulan sekali tapi pada kenyataannya menjadi dua kali pertahun karena kendala dana dan juga dalam kinerja tim bulletin itu sendiri, jadi tiap tim bulletin minimal harus menerbitkan dua edisi bulletin.
Pada awal saya menjadi pimpinan redaksi bulletin malimpa hal pertama yang saya lakukan adalah membentuk tim yang secara solid dapat bekerja bersama untuk penerbitan bulletin malimpa, akhirnya terbentuk nama-nama yang akanmembantu saya dalam pelaksanaan amanah ini. Meskipun awalnya saya agak canggung karena tim yang saya bentuk banyak yang lebih tua dari saya tapi saya optimis bisa melaksanakan tugas ini atas nama profesionalisme. Setelah melalui beberapa pertemuan yang membahas langkah kerja tim akhirnya terbagi job description masing- masing untuk penerbitan bulletin 12. Beberapa proses terlewati sampai akhirnya pada tahap editing. Setelah melalui rapat timterpilihlah fluktuasi mapala sebagai tema bulletin ini. Kami memilih tema ini karena menurut kami sesuai dengan kondisi sekarang karena semakin menurunnya minat mahasiswa untuk ikut bergabung dengan mapala. Alhamdulillah buleytin malimpa edisi 12 te;ah terbit. Belum lega hati kami karena masih ada PR bulletin selanjutnya yang harus diselesaikan. Kami langsung melakukan pertemuan untuk evaluasi bulletin 12 dan membahas rencana bulletin 13. Ada beberapa evaluasi yang di dapat dan ini akan kami gunakan untuk acuan penerbitan bulletin edisi ke 13. Memang benar setelah melalui beberapa tahapan, penerbitan bulletin 13 lebih cepat sari sebelumnya karenakinerja maksinal dari tim dan kami mengambil “ bencana “ sebagai tema karena banyaknya bencana yang sedabng terjadi di Indonesia sekarang ini. Ah…sedikit lega karena bulletin 13 sesuai dengan yang kami harapkan.
Seperti sebelumnya saya mengadakan pertemuan sebelum melangkah ke bulletin edisi selanjutnya yaitu edisi 14. Beberapa rencana dan tema sudah kami dapatkan akhirnya terpilihlah “ global Warming” sebagai tema bulletin kali ini. Memang sangat terkesan sangat padat kerja kami karena kami tidak mau meninggalkan “ dosa “ kepadatim bulletin selanjutnya dengan membiarkan bulletin terbengkalai tak terurus. Edisi 14 kali ini agak sedikit berat menurut saya karena hanya beberapa personel dari tim saja yang bekerja dengan maksimal karena ada beberapa personel yang sudah lulus dan bekerja sehingga tidak bisa maksimal lagi intens di bulletin. Dengan tekad yang kuat, akhirnya beberapa orang yang masih tersisa berusaha menyelesaikan bulletin ini meskipun dengan terseok-seok. Dan Alhamdulillah bulletin edisi 14 akhirnya terbit juga dan dengan kualitas isi yang menurut kami tidak kalah dengan edisi sebelumnya.
Hanya ini yang dapat saya ceritakan selama saya menjadi pimpinan redaksi bulletin malimpa edisi 12,13 dan 14. Sangat tidak mudah menurut saya karena bulletin malimpa sudah dikenal kalangan mapala se Indonesia jadi saya harus mempertahankannya. Semoga bulletin malimpa tetap eksis Dan tetap menjadi media informasi dan pengetahuan pecinta alam sesuai dengan slogannya, amiin.
Wassalamualaikum wr. wb

KEPENGURUSAN MALIMPA PERIODE 1997/ 1998

|| || || 3 komentar
Ketua Umum : ZAENUN EKO RIYANTO (Kmplnx)
Sekretaris : WISNU SADONO (Lethong)
Bendahara : ARI ( Bu. RT )


Bidang Litbang : 1. AGUS PRASETYO ( Arak )
2. KHOIRUN NISA’

Bidang Indoor : 1.. AGUNG (Bingung)
2. IIk

Bidang Out Door : 1. EKA PRASETYA (Kodok )
2. ZAINUDIN (Tobil)

Bidang Perlengkapan : 1. CHOIRUS SALEH ( Ketex )
2. SETIAWAN (Gendut)

PERIODE AWAL KEPENGURUSAN

Kepengurusan Tahun 1997/ 1998 merupakan bentuk formasi baru yang digagas oleh anggota Malimpa dalam RATAMA Tahun 1997 yang merupakan evaluasi terhadap bentuk kepengurusan Periode-periode sebelumnya yang mengacu pada bentuk Divisi-Divisi (Divisi Litbang, G n R , RC, SAR dll) disamping kepengurusan harian yang ada.
Dalam format bentuk Divisi tersebut Anggota menganggap bahwa gerak malimpa akan terbatas pada bidang-bidang yang ada, misalnya kalau kita ingin mendalami Caving, Arung Jeram atau yang lain maka akan tidak ada yang mengelola karena dalam kepengurusan tidak ada Divisi tersebut.
Andai ingin membentuk Divisi Baru maka akan semakin banyak kepengurusan padahal kita dibatasi pada Sumber Daya Keanggotaan yang berkopetensi terhadap bidang tersebut.(kalau semua jadi pengurus , siapa yang jadi anggota………..???????)
Dari Latar Belakang diatas maka Rapat Tahunan Anggota Malimpa Ke …….(maaf lupa) Tahun 1997 memutuskan bentuk Struktur seperti tampak diatas dengan jumlah personil 11 Orang yang terdiri dari Personil-Personil Diklatsar XII dan XIII hasil pemilihan dalam RATAMA
Dalam Struktur tersebut Kepengurusan dibagi dalam
A. Pengurus Harian , terdiri dari
1. Ketua Umum
Tugas : a. Mengkordinir Organisasi beserta seluruh kegiatannya
b. Bertanggung jawab atas kelangsungan organisaasi
2. Sekretaris
Tugas : a. Tugas Administratif
b. Mewakili Ketua jika Ketua berhalangan
3. Bendahara
Tugas : a. Mengatur Keuangan Organisasi
b. Mengusahakan sumber-sumber dana yang syah untuk organisaasi
B. Pengurus Bidang, yaitu
1. Bidang Litbang/ Penelitian dan Pengembangan
2. Bidang OutDoor (aktivitas luar ruang)
3. Bidang InDoor (aktifitas dalam ruang)
4. Bidang Perlengkapan
Yang membedakan kepengurusan ini dengan kepengurusan sebelumnya adalah keberadaan Bidang In Door dan Bidang Out Door..
Bidang In Door dimaksudkan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam intern Organisasi dan Bukan Kegiatan Lapangan.
Bidang Out Door dimaksudkan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan luar ruang, utamanya kegiatan lapangan dalam kepecintaalaman.
Bisa dikatakan periode ini adalah masa eksperimen format baru, untuk mendapatkan kepengurusan yang efisien dan ideal.
MASA KEPENGURUSAN
Dalam masa kepengurusan terdapat Kendala-kendala dan Program-Program yang berhasil direalisasikan.
Program Kerja Kepengurusan disamping Program Kerja Baru ada juga Program Lanjutan dari Kepengurusan sebelumnya (Bolot cs) yang direkomendasikan dalam RATAMA untuk dapat ditindaklanjuti oleh Kepengurusan Periode ini.
Dalam Up Grading Pengurus disusunlah Program-Program Kerja tersebut dalam bentuk skala prioritas yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
Permasalahan Organisasi
1. Pengurus belum dapat menerjemahkan secara maksimal terhadap konsep Indoor dan Out Door, terutama dalam tataran pelaksanaan kegiatan.
Hal ini lebih disebabkan oleh konsep job diskripsi yang belum tegas terhadap wewenang antara dua bidang ini.
2. Kurang aktifnya beberapa Pengurus karena berbagai sebab mengakibatkan kurang maksimalnya roda organisasi.
3. Konflik internal dan kubu masih mewarnai kehidupan Malimpa.
4. Konflik Tali dengan Giri Bahama Mapala Fakultas Geografi
Pelaksanaan Program Kerja
1. Melanjutkan Program kerja rekomendasi yaitu Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) I, yang dilaksanakan di Alun-Alun Utara Solo yang diketuai oleh “Kurniawan Aan Jiing” (Terlaksana Sukses)
2. Pelaksanaan DIKLATSAR Malimpa Ke-15
3. Ekpedisi Kampung Laut Cilacap (Tidak Terlaksana)
4. Perkembangan Bidang Caving susur Gua pada periode ini sangat pesat, ditandai semakin banyaknya anggota Malimpa yang berminat dengan menegembangkan sendiri baik skill dan peralatan secara mandiri atau melaksanakan Latihan Gabungan dengan Mapala lain.
5. Pelaksanaan Sirkuit Panjat Tebing dan Lomba Boulder se-Eks Karesidenan Surakarta .
6. Pengiriman Atlet dalam berbagai Kegiatan Lomba.
7. Mengikuti Jambore Mapala PTMSI di Universitas Muhammmadiyah Palembang dengan delegasi Zaenun Eko Riyanto, Prihantono, Bambang
8. Pengembangan Buletin Malimpa (masih dalam bentuk Lembaran)
Dalam masa berikutnya ternyata format baru ini dianggap belum memuaskan dan belum sesuai dengan harapan semula, yang akhirnya belakangan format ini kembali mengalami perubahan .
Kepengurusan Periode 1997/ 1998 diserahterimakan kepada Ketua Umum Terpilih Periode 1998/1999 Dwi “Jabrik” Rusdiyanto (Alm).
PROFIL


A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : ZAENUN EKO RIYANTO
2. Tpt/Tgl Lahir : Jepara, 3 September 1977
3. Alamat : Sowan Lor, Rt 02 Rw.I, Kedung, Jepara
4. Agama : Islam
5. Gol. Darah : O (Insya Allah)
6. No Telepon : 081 548 396 265

B. PENDIDIKAN
1. SD Sowan Lor 02, Kedung, Jepara (1989)
2.. SMP Negeri Kedung, Jepara (1992)
3. SMA Negeri 01 Jepara (1995)
4. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta (1999)
5. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (2004)

C. PEKERJAAN
1. Staf Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga UPT Kecamatan Kedung, Jepara
2. Tutor Kejar Paket B dan Paket C Pendidikan Non Formal Kecamatan Kedung, Jepara
3. Kepala PAUD Play Group “Mangun Sejati” Bugel, Kedung, Jepara
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA NU Kedung, Jepara
5. Staf Pengajar MA. Ittihadul Muslimin Kerso, Kedung, Jepara
6. Dosen Lembaga Pendidikan Santri Pasca Tahfid Jepara

D. RIWAYAT ORGANISASI
1. Ketua Umum MALIMPA UMS (1997-1998)
2. Sekretaris Marching Band UMS (1996-1997)
3. Bidang Humas HIMPAUDI (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini) Kab. Jepara (2006-2010)
4. Bidang Litbang Forum TLD/ FDI Kabupaten Jepara (2006-2010)
5. Pengurus Yayasan Maulana Mangun Sejati Bugel Kedung Jepara (2006 - 2011)
6. Sekretaris Gerakan Pramuka Kwartir Ranting Kedung (2005 – 2010)
7. Kordinator FPTI Kecamatan Kedung


E. PRESTASI
1. Peserta Terbaik 2 Lomba Karya Tulis TLD Tingkat Nasional (2005)
2. Finalis Lomba Karya Nyata Tutor Paket B Tingkat Nasional (2006)
3. Peringkat 1 Diklat TOT TLD Regional III Jateng, DIY, Kalimantan (2006)
4. Peringkat 2 Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan Tingkat Kabupaten Jepara (2007)
5. Peringkat 1 Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan Tingkat Kabupaten Jepara (2008)

Mungkin belum maksimal keterangan dari kami, namun kami telah berusaha membuka memori sebelas tahun yang lalu, silahkan diedit dan ditambahkan mungkin oleh teman teman pengurus yang bisa dihubungi oleh team Buletin.
Semoga sukses............
Jepara, Maret 2009



ZAENUN EKO RIYANTO

WORKSHOP NASIONAL KAWASAN KARST “ Pengelolaan Dan Pemanfaatan Kawasan Karst Indonesia” (Studi Kasus di Daerah Jateng dan DIY) Oleh : Joko “dophie” Pra

|| || || Leave a komentar
Dalam rangka menyambut milad MALIMPA (Mahasiswa Muslim Pecinta Alam) Universitas Muhammadiyah Surakarta yang ke 24 tepatnya pada tanggal 25 mei 2003, MALIMPA mengadakan event lintas divisi yang diberi tajuk “Multi Event Milad 24 MALIMPA”.Deretan event tersebut meliputi :
1. Pendidikan konservasi dan Advokasi lingkungan
2. Wall climbing competition III
3. Ekspedisi Luweng Jaran I
4. Workshop Nasional Kawasan Karst
5. Tasyakuran dan KBM
Workshop Nasional Kawasan Karst masuk dalam rentetan event tersebut.Mengapa kami tergelitik untuk mengangkat tema ini ? Mengapa bukan tema yang berbau adventure atau kerasnya medan petualangan yang diangkat? Alasan mendasar adalah Sejarah dan media.Dari berbagai divisi yang ada di MALIMPA salah satunya adalah divisi Caving (Susur Gua). Divisi ini menggunakan kawasan karst sebagai media berpetualang dan bereksplorasi. Naif sekali jika kami buta sejarah akan terbentuknya gua dan berbagai keindahan ornamen penghias didalamnya.
Kawasan Karst merupakan sebuah karakteristik bumi yang terbentuk melalui proses yang sangat panjang.hamparan bebatuan kapur ini merupakan sumber daya alam yang potensi. Potensi akan eksporasi dan potensi akan eksploitasi. Dihamparan bebatuan ini terpendam kekayaan yang tak dapat dinilai dengan sebuah nominal uang. Yaitu berupa harta karun gua dengan keindahan pernik-pernik ornamen. Dipermukaan kawasan ini terhampar kekayaan bebatuan kapur yang mengiurkan untuk dieksploitasi diantaranya sebagai bahan keramik, cat dan lainnya.
Workshop ini digelar pada tanggal 17 sampai dengan 18 Mei 2003. Materi ruang dilaksanakan diruang seminar Fakurtas Teknik Gedung J Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sedangkan Observasi lapangan dilaksanakan didaerah kawasan karst Ponjong Gunung Kidul DIY. Tempat ini dipilih dengan alasan karena mengingat daerah ini banyak terdapat fenomena pemangkasan gunung-gunung kapur dan disanalah juga terdapat banyak gua.
Sangat tepat jika workshop ini digelar, apalagi dihadirkan pemateri yang berkompeten didalamnya. Tidak hanya pemateri lokal tetapi yang berskala nasionalpun juga dihadirkan.diantaranya adalah :
1. Hanang Samudra dari Pusat Geologi Bandung
2. Arif Suwanto, Kementrian Lingkungan Hidup
3. Kuswaji, Dosen Geografi dan aktifis geologi Indonesia
4. Bambang Sunarto
5. Bapeda Kab. Gunung Kidul
Tidak hanya itu, kami juga mengundang semua para pengambil kebijakan yang berkompeten didalamnya yaitu bapeda se jateng dan DIY. Dan pastinya peserta juga berasal dari Organisasi Pecinta Alam se Indonesia.
Semua elemen yang berkompeten mulai dari stake holder, pemerhati lingkungan sampai dengan pelaku dilapangan sengaja kami hadirkan agar dalam whorkshop ini terjadi dialog yang berkesinambungan.
Tema ini direspon baik oleh berbagai kalangan, terbukti dengan antusias para peserta yang mengikuti workshop ini.Dari instansi yang kami, undang 90 % hadir sehingga memambah lengkap dialog dalam workshop tersebut. Instansi yang mempunyai Kawasan karst seperti Kebumen, Purworejo, Wonosari, dan Wonogiri turut memperjelas keberadaan kawasan karst karena mereka yang langsung membawahi kawasan tersebut.
Diharapkan dengan adanya media seperti workshop ini mampu menjembatani permasalahan yang terjadi sehingga tidak terjadi salah paham dalam penanganan aset Sumber daya yang potesi tersebut.
Hari pertama pelaksanaan Workshop ini dikemas didalam ruang yang berisikan pemaparan materi tentang kawasan karst sesuai dengan tema yaitu “ Pengelolaan Dan Pemanfaatan Kawasan arst Indonesia”(Studi kasus di daerah Jateng dan DIY). Satu hari penuh diisi dengan pemaparan materi dan dialog interaktif. Disini terjadi hal yang menarik karena semua elemen duduk dalam satu ruang dan saling mengutarakan pendapat serta pengalaman.
Sinkronisasi pendapat dan masalah terjadi disini. Mengapa? Karena didalam ruang ini bisa saling mengisi dan akhirnya diterjemahkan melalui berbagai sudut pandang. Akademisi mengutarakan materi berdasarkan referensi teoritis, Pengambil kebijakan berbicara sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan pemerhati lingkungan menyampaika sesuai kacamata lingkungan serta tidak ketinggalan pelaku langsung juga mendiskripsikan sebenarnya yang terjadi dilapangan.
Waktu satu hari terasa sangat pendek karena tidak mungkin persoalan yang terjadi diwaktu lalu dapat tersampaikan semua. Tetapi benang merah dalam permasalahan tersebut dapat tersampaikan yaitu adanya kepedulian dari berbagai pihak untuk menindaklanjuti permasalahan yang tidak menyudutkan salah satu pihak.
Yang perlu digarisbawahi adalah Workshop ini bukan sebagai media untuk menghakimi atau ruang sidang pengambil keputusan namun lebih tepatnya adalah sebagai media komunikasi. Audience juga tidak digiring untuk menghakimi salah satu instansi atua person. Pemateri dan Pengambil kebijakan (instansi) juga tidak dituntut untuk megambil kesimpulan dari dialog yang dilakukan. Semua dapat mengambil kesimpulan sesuai ranah dan cara pandang masing-masing. Dan akhirnya dapat dijadikan sebagai referensi dalam melestarikan kawasan tersebut.
Pada hari kedua, peserta diajak untuk observasi langsung ke lapangan yaitu di kawasan penambangan karst di daerah ponjong Gunung Kidul DIY.Session ini dimaksudkan agar para peserta dapat membuka mata dan melihat sebenarnya apa yang terjadi dilapangan.
Tujuan pertama adalah dipenambangan karst yang masih bersifat tradisional yaitu yang dikelola oleh masyarakat sendiri dan masih berskala mikro. Disitulah para peserta dapat berinteraksi langsung dengan para penambang dan mengorek keterangan dari sumbernya.Akhirnya peserta diharapkan mengetahui secara langsung alasana mengapa para penambang melakunan pekerjaan tersebut.
Perjalanan selanjutnya adalah ke pabrik pengolahan karst. Ditempat inilah para peserta diperlihatkan dengan pemandangan pengolahan karst secara besar-besaran. Para peserta juga dapat berdialog dengan pengelola pabrik dan mengutarakan semua apa yang selama ini terbersit dibenak masing-masing.
Setelah semua peserta puas dengan observasi dilapangan dan mengantongi berbagai pemahaman kemudian kembali dibuka session dialog. Session ini diharapkan mampu membukakan pikiran peserta yaitu menggabungkan pemahaman sebelum dan sesudah ke lapangan.
Sekali lagi kami tekankan, kami tidak akan menggiring para peserta untuk mengambil keputusan sebuah apalagi kebijakan. Kami hanya berusaha memberikan tambahan referensi bagi para peserta dan mereka pulang kembali ke aktifitas masing-masing dengan sebuah pemahaman yang baru. Dan akhirnya harapan yang utama yaitu harta karun titipan anak cucu kita dapat terselamatkan.
Kegiatan workshop ini ditutup griya mahasiswa UMS. Semoga kegiatan ini merupakan langkah awal menuju hari depan yang masih butuh perjuangan. Perjuangan dari semua pihak untuk menyelamatkan karst khususnya dan melestarikan lingkungan pada umumnya.



*) Mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam penulisan.
**) Mohon petunjuk …
***) Mohon maaf belum bisa mengirimkan untuk artikel “Seminar Regional lingkungan hidup”

TEGUH PONCO APRIANTO

|| || || Leave a komentar
Dalam kepenurusan yang diketuai oleh teguh Poco Aprianto . dengan struktur pengurus sebagai berikut sekertaris Dwi Agus TMM, bendahara Agus Suroso sebagai PH dan dibantu bidang bidang diantaranya bidang logistic kendo sapto azis, bidang SAR Sriono, Bidang Gunung Rimba (GR) Tobang, bidang RC Sofyan dan bidang kerohanian. Pada pengurusan ini jalannya pengurus stabil tidak ada permasalahan interen maupun Eksteren yang mempengaruhi jalannya organisasi walaupun pada awal pengurusan dana organisasi mines karena adanya kejadian ketika Siaga SAR di Merapi salah satu anggota malimpa terjadi kecelakaan dan dana ditanggung sepenuhnya oleh organisasi pada saat kepengurusan sebelum mas ponco sehingga penggurus periode ponco mendapat hibah hutang, hal itu disiasati dengan penekanan biaya kegiatan yang sudah di florkan keanggota dan disetujui anggota sehingga diahir kepengurusan keuangan malimpa mengalami surplus. Kegiatan kepengurusan yaitu pendakian ,pemanjatan, pengebdian masyarakat dan juga tradisi siaga SAR di Merapi dan untuk kegiatan besar yaitu xpdc RC pereng kuneng tapi dinya takan gagal karena adanya salah satu tim panjat yang terjatuh(habib), xpdc Jelajah Gunung jawa Barat (G. Pangranga, Salak, Cermai). Dan xpdc Mustoko weni yang merupakan xpdc cewek pertama dimalimpa di G. rinjani dengan tim Yus Rahmawati, Nur Aryati, nanik, Ernawati Sholihah, Wiwit Wal Asri . dengan jumlah anggota yang banyak pada waktu itu tidak ada kesulitan untuk mencari regenerasi baik secara organisasi maupun devisi, calon calon pengurus sudah dipersiapkan jauh hari sebelum ratama. Publikasi dilakukan ketika ospek dan Malimpa merupakan panitia PHP (penghubung) sehingga malimpa sekalian membuka pendaftaran dan juga adanya delegasi yang diwajibkan dari Mapala Fakultas untuk mengikuti diklat malimpa. Milat malimpa di rayakan selain dengan tasyakuran juga mengadakan kegiatan one day work shop carten piramit sebagai nara sumber Mpa UI (Ruli) dan Sekber jogja. Pada pengurusan ini adanya peluasan wilayah posko yaitu gudang dimana awalnya alat malimpa disimpan di posko kemudian dipindahkan ke tempat tesendiri (gudang ) untuk alas an keamanan alat. Delegasi yang dikirim pada periode ini adalah tion dan azis untuk mengikuti Pendidikan Basarnas dan Badak dan tioan mengikutipendidikan Bakorlak. Pada pengurusan ini inventaris malimpa yaitu kesekertariatan (mesin ketik), alat panjat, alat GR. Hubungan dengan mapala solo baik dengan sering adanya kegiatan bersama .

Dialektika Sejarah Perkembangan Organisasi.

|| || || 4 komentar
Oleh : Aris Munandar (Angkatan Pendiri MALIMPA UMS)
Ditulis ulang oleh : NIA 02 18 006 MPA

Beranjak dari perkembangan era 70 an dimana mulai bermunculan kampus-kampus perguruan tinggi swasta di Indonesia yang mengembangkan misi perguruan tinggi sebagai pencetak kader-kader bangsa. Keberadaan kampus dinilai bukan hanya sebagai lembaga yang meluluskan sarjana-sarjana dengan prestasi akademis yang baik akan tetapi kampus juga mengembangkan aspirasi minat bakat mahasiswanya. IKIP Muhammadiyah Surakarta yang sekarang lebih dikenal sebagai cikal bakal dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Carut marut perkembangan aktivitas mahasiswa secara nasional pasca era 65 an campur tangan pemerintah pusat banyak melatar belakangi kegiatan kemahasiswaan dengan batasan meredam aktivitas yang dinilai kurang baik dengan merubah dewan perwakilan mahasiswa (DPM) menjadi badan kordinasi kemahasiswaan (BKK) yang lebih mengedepankan kegiatan minat bakat, penalaran, kesejahteraan mahasiswa dan keagamaan yang didibawahi langsung pembantu rektor III sebagai penanggung jawab semua kegiatan kemahasiswaan.
IKIP Surakarta yang beralamat di jalan brigjend Sudianto Surakarta mulai mengembangkan berbagai kegiatan aktifitas kemahasiwan mulai terbentuk didalamnya seperti lembaga penerbitan mahasiswa, resimen mahasiswa, Teater dan Mapala yang terbentuk bersamaan pada tahun 1979.
Mapala yang pada era itu belum memiliki nama hanya sebatas kegiatan dulu yang dilaksanakan sambil memikirkan atribut pendukung suatu organisasi, lebih bersifat kegiatan mendaki gunung, camping dan pengakraban di alam. Setahun berselang baru lah muncul ide nama mahasiswa muslim pecinta alam (MALIMPA) sebaga nama organisasi mapala di IKIP Surakarta dengan pertimbangan misi amal makruf nahi mungkar yang menjadi pijakan bergiat, tidak dapat di pungkiri institusi muhammadiyah menjadi patokan dalam berkegiatan hal itu yang memunculkan penambahan kata Muslim diantara kata mahasiswa pecinta alam berdasarkan ide bpk mahmudi soleh “entah namanya seperti apa yang penting ada kata muslimnya” pada era era awal berdirinya organisasi peran-peran pihak kampus sangat mendukung seperti bp muchson burhani dan bp marpuji ali banyak terlibat dalam kegiatan di era-era awal berkegiatan yang kemudian Malimpa ikip surakarta berubah menjadi malimpa universitas muhammadiyah surakarta pada tahun 1983 dengan kampus di pabelan..
Kegitan awal malimpa hanya berupa napak tilas, penelusuran gunung di sekitar surakarta dan diskusi antar pecinta alam seperti kegiatan napak tilas solo hingga sine, magetan, pacitan merupakan bentuk rasa syukur anggota Malimpa dalam mengisi Milad Malimpa. Bukan hanya kegiatan-kegiatan napak tilas seperti kegiatan ekspedisi bengawan solo tahun 83 merupakan bentuk ril kegiatan mapala pada masa itu dengan harapan dapat memberi masukan pada pihak terkait di sekitar das bengawan solo untuk pengelolaanya kegiatan itu menitik beratkan survey lapangan serta verivikasi kerusakan ekologi bengawan solo sebagai sungai terpanjang di pulau jawa.
Proses rekrutmen anggota juga masih cukup sederhana, yaitu mengambil peran pada penerimaan mahasiswa baru dengan mengisi formulir kemudian berkegiatan bersama dan dilantik menjadi anggota malimpa.
Struktur kepengurusan juga tidak se lebar era sekarang, pengurus hanya terdiri dari: ketua, sekretaris, bendahara, seksi napak tilas, gunung dan kerohanian yang kemudian semakin berkembang menjadi banyak macam divisi keahlian. Segala macam inventaris menjadi tanggung jawab sekretaris dalam pengelolaanya, bendera , tenda camping dan kompas merupakan barang yang pertama di miliki malimpa.
Seiring berjalanya waktu serta melihat perkembangan organisasi mapal lainya yang ada di Indonesia pada tahun 83-84 merupakan pendidikal dan latihan pertama Malimpa UMS dengan panitia dan Instruktur dari Malimpa dan Anggota Menwa UMS karena sebagian besar anggota Malimpa juga menjadi anggota menwa. Dengan materi manajemen perjalanan, baris berbaris, olah raga dan olah tenda. Diklat I menjadi embrio perkembagan pendidikan dan latihan dasar malimpa hingga sekarang dengan materi-materi dan latihan yang lebih baik. Era awal malimpa berdiri organisasi ini memiliki banyak keterbatasan baik perlengkapan, skill serta pemahaman tentang kematerian, satu hal yang masih menjadi harapan dalam melaksanaakan kegiatandari malimpa berdiri hingga sekarang adalah dalam setiap kegiatanya malimpa harus dapat membawa misi dari organisasi untuk menjadi mahaisiwa pecinta alam yang “muslim” baik dari tutur bahasa, tingkah laku serta aktifitas dalam bergiat baik di dalam dan diluar kampus karena ini yang membedakan Malimpa dengan unit kegiatan yang lain.

Bulletin Malimpa 2007

|| || ,, || 3 komentar
Oleh :
Dian Widyaningrum ( pimred thn. 2007)

Assalamualaikum wr. wb

Malam pada saat pelaksanaan reorganisasi bulletin saya ikut didalamnya karena saya masih menjabat sebagai divisi humas yang bertanggung jawab akan penerbitan bulletin malimpa, dan akhirnya terpilihlah saya sebagai pimpinan redaksi menggantikan pimpinan redaksi sebelumnya yaitu moh. Ilham. “ bismillah…semoga sayabisa melaksanakan amanah ini “, saya berdoa dalam hati.
Bulletin malimpa sudah sampai pada edisi ke 11 pada saat tampuk pimp[inan bulletin beralih ke tangan saya. Meskipun pada awalnya, penerbitan bulletin malimpa per 4 bulan sekali tapi pada kenyataannya menjadi dua kali pertahun karena kendala dana dan juga dalam kinerja tim bulletin itu sendiri, jadi tiap tim bulletin minimal harus menerbitkan dua edisi bulletin.

Pada awal saya menjadi pimpinan redaksi bulletin malimpa hal pertama yang saya lakukan adalah membentuk tim yang secara solid dapat bekerja bersama untuk penerbitan bulletin malimpa, akhirnya terbentuk nama-nama yang akanmembantu saya dalam pelaksanaan amanah ini. Meskipun awalnya saya agak canggung karena tim yang saya bentuk banyak yang lebih tua dari saya tapi saya optimis bisa melaksanakan tugas ini atas nama profesionalisme. Setelah melalui beberapa pertemuan yang membahas langkah kerja tim akhirnya terbagi job description masing- masing untuk penerbitan bulletin 12. Beberapa proses terlewati sampai akhirnya pada tahap editing. Setelah melalui rapat timterpilihlah fluktuasi mapala sebagai tema bulletin ini. Kami memilih tema ini karena menurut kami sesuai dengan kondisi sekarang karena semakin menurunnya minat mahasiswa untuk ikut bergabung dengan mapala. Alhamdulillah buleytin malimpa edisi 12 te;ah terbit. Belum lega hati kami karena masih ada PR bulletin selanjutnya yang harus diselesaikan. Kami langsung melakukan pertemuan untuk evaluasi bulletin 12 dan membahas rencana bulletin 13. Ada beberapa evaluasi yang di dapat dan ini akan kami gunakan untuk acuan penerbitan bulletin edisi ke 13. Memang benar setelah melalui beberapa tahapan, penerbitan bulletin 13 lebih cepat sari sebelumnya karenakinerja maksinal dari tim dan kami mengambil “ bencana “ sebagai tema karena banyaknya bencana yang sedabng terjadi di Indonesia sekarang ini. Ah…sedikit lega karena bulletin 13 sesuai dengan yang kami harapkan.
Seperti sebelumnya saya mengadakan pertemuan sebelum melangkah ke bulletin edisi selanjutnya yaitu edisi 14. Beberapa rencana dan tema sudah kami dapatkan akhirnya terpilihlah “ global Warming” sebagai tema bulletin kali ini. Memang sangat terkesan sangat padat kerja kami karena kami tidak mau meninggalkan “ dosa “ kepadatim bulletin selanjutnya dengan membiarkan bulletin terbengkalai tak terurus. Edisi 14 kali ini agak sedikit berat menurut saya karena hanya beberapa personel dari tim saja yang bekerja dengan maksimal karena ada beberapa personel yang sudah lulus dan bekerja sehingga tidak bisa maksimal lagi intens di bulletin. Dengan tekad yang kuat, akhirnya beberapa orang yang masih tersisa berusaha menyelesaikan bulletin ini meskipun dengan terseok-seok. Dan Alhamdulillah bulletin edisi 14 akhirnya terbit juga dan dengan kualitas isi yang menurut kami tidak kalah dengan edisi sebelumnya.

Hanya ini yang dapat saya ceritakan selama saya menjadi pimpinan redaksi bulletin malimpa edisi 12,13 dan 14. Sangat tidak mudah menurut saya karena bulletin malimpa sudah dikenal kalangan mapala se Indonesia jadi saya harus mempertahankannya. Semoga bulletin malimpa tetap eksis Dan tetap menjadi media informasi dan pengetahuan pecinta alam sesuai dengan slogannya, amiin.

Wassalamualaikum wr. wb

Ekspedisi Mustokoweni II

|| || ,, || Leave a komentar
Salah satu kegiatan ekspesi yang pernah diadakan oleh MALIMPA adalah ekspedisi Mustokoweni II, kegiatan ini merupakan ekspedisi tim puteri kedua yang sebelumnya diadakan ekspedisi Mustokoweni I di Gunung Semeru. Kegiatan Ekpedisi Mustokoweni II dilaksanakan pada tanggal 12 – 30 Agustus 1995 dengan target lokasi Gunung Rinjani, Agung dan Semeru (RAS) pada saat MALIMPA di ketuai oleh Sapto Azis Sanjoyo (kendho). Persiapan kegiatan ini diawali dengan seleksi atlet dan training centre yang meliputi latihan fisik dan materi yang mendukung kegiatan ekspedisi ini nantinya.
Tim Ekspedisi Mustokoweni terdiri dari 3 orang puteri MALIMPA yaitu Nanik Yunianti (Nanik), Rushadi Yuli(Tuyul) dan Herni Windrawati (Herni). Setelah semua proses persiapan yang diperlukan terselesaikan akhirnya tim ekspedisi puteri Mustokoweni II yang terdiri dari 3 orang tim inti (Nanik, Tuyul dan Herni) dan 2 orang tim pendamping Irawan (Casper) dan Wonny Yoelvian, ST diberangkatkan pada hari Sabtu, tanggal 12 Agustus 1995. Setelah menempuh perjalanan 36 jam, tim sampai di UNRAM dan siap untuk menuju target I yaitu gunung Rinjani. Pendakian gunung Rinjani di mulai pada tanggal 14 Agustus dengan start di Sembalun, setelah menempuh perjalanan dan sempat ngecamp di Tengengean Plawangan akhirnya pada tanggal 16 Agustus tim mencapai puncak Rinjani. Perjalanan ke puncak dimulai pada pukul 3 dini hari dan sampai puncak sekitar pukul 3.15 menit.

Keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus tim ekspedisi bersama pendaki yang lainya di gunung Rinjani mengadakan kegiatan upacara bendera untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI ke 50 di tepi danau Anak. Pada tanggal 18 Agustus tim ekspedisi mulai turun lewat jalur Senaru dan ngecamp di pos I, sampai Senaru tanggal 19 Agustus 1995. Tanggal 20 Agustus Tim mulai meninggalkan NTT dan bergerak menuju Besakih untuk melakukan pendakian ke gunung Agung. Pendakian gunung Agung dimulai pada tanggal 21 Agustus 1995 dari Besakih dan sampai puncak tanggal 22 Agustus 1995 dan tim mulai turun lewat Besakih pada tanggal 23 Agustus 1995 dan langsung menuju ke Universitas Udayana Bali. Bali memang pulau yang sia-sia kalau kita Cuma lewat mamir, akhirnya tanggal 24 tim melakukan petualangan baru “jaya di rimba, gaya di kota”, kita berkeliling ke pulau Bali,
Hari yang sangat menjemukan bagi tim karena harus terkurung tanpa bisa menjelajah, karena harus terkurung dalam sangkar emas yaitu bus yang menuju ke Surabaya. Keesokan harinya tim mulai menuju ke Tumpang dan akhirnya beristirahat di Ranupane. Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan menuju Kalimati sebelum menuju puncak dan mendirikan camp di Kalimati. Perjalanan menuju puncak gunung Semeru. Perjalanan menuju puncak Semeru dimulai pada pukul 00.30 dari Kalimati setelah tim dibangunkan oelh para pendaki lain yang ada di Kalimati. Setelah melewati perjalanan yang melelahkan melewati padang pasir yang membuat kami kehilangan banyak tenaga karena pasir yang kami injak tidak membuat perubahan berarti buat langkah tim, pukul 06.30. setelah puas menikmati dan merasakan hasil perjuangan yang melelahkan, pukul 10 timpun bergerak turun menuju Ranukumbolo dan beristirahat disana. Satu malam di Ranukumbolo akhirnya kami langsung menuju ke Surabaya untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Solo tempat asal kami, dan berkumpul lagi dengan keluarga besar MALIMPA. Tanggal 30 Agustus kami sampai di Solo dan kembali berada di tengah-tengah keluarga besar MALIMPA untuk melaporkan hasil kegiatan kami.

GETEK MANGKUNEGARAN

|| || ,, || Leave a komentar
Berawal dari rasa penasaran salah seorang anggota MALIMPA setelah pengarungan singkat di sungai Bengawan Solo ketika mengikuti para nelayan yang mencari ikan di sungai Bengawan Solo, akhirnya munculah ide penelusuran sungai Bengawan Solo yang kemudian dikenal dengan nama kegiatan “Getek Mangkunegara I”. kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari 1981, pada masa MALIMPA masih di bawah kepemimpinan Didik Suwarno. Setelah melakukan percobaan pengarungan sungai Bengawan Solo dengan rakit yang dibuat dengan merangkai bambu yang disatukan dengan paku yang dibawahnya di beri pengapung ban dengan start Jurug-Solo sampai Kebak Kramat-Karanganyar. Hasil dari pengarungan singkat percobaan ini ternyata rakit yang digunakan gagal total alias ambyar. Setelah melakukan perbaikan atau rekonstruksi rakit selama kurang lebih setengah bulan, 6 personel anggota MALIMPA yaitu: Kusaryanto (jutek), Genuk Sujarwanti, Ali Ahmamdi (memed), Didik Sukma, Suranto dan Bambang (alm) akhirnya diberangkatkan tanpa ijin dari pihak kampus karena alasan keselamatan.
Kegiatan ini ternyata menggandeng pihak luar yaitu teman-teman dari Maritim Bintang Laut, karena mereka juga ternyata tertarik untuk bergabung, sehingga ada 2 rakit yaitu rakit MALIMPA dengan 6 orang awak dan rakit Maritim dengan 3 orang awak. Dengan kontruksi rakit yang mengalami beberapa perubahan antara lain menambahkan tong drem dan model penyatuan bambu dengan tali ijuk, akhirnya 2 rakit tersebut diberangkatkan dari jembatan Jurug. Selama perjalanan dari Jurug menuju hilir sungai Bengawan Solo, kegiatan pengarungan dilakukan mulai ba’da ashar antara pukul 3 sore sampai pukul 9 pagi, karena kondisi cuaca yang panas. Sedangkan untuk waktu istirahat dilakukan mulai pukul 10 sampai ba’da ashar. Waktu istirahat digunakan untuk publikasi IKIP Muhammadiyah Surakarta (UMS sekarang), pengabdian masyarakat dalam bentuk pengajian bersama warga dan mengumpulkan bekal untuk perjalanan selanjutnya.

Dalam beberapa hari perjalanan banyak halangan yang dijumpai yang justru membuat anggota tim merasa tertantang untuk menyelesaikanya, entah karena kesulitan pada saat mau menepi, tersangkut sampah atau kayu yang terbawa arus ataupun terjebak dalam pusaran. Beberapa halangan yang dihadapi oleh tim tidak begitu terasa begitu menepi di tepi sungai melihat sambutan penduduk yang begitu antusias menyambut maupun menyuguhi kedatangan tim Getek Mangkunegara I ini.
Setelah beberapa hari pengarungan, akhirnya tim mencapai Ujung Pangkah sebagai finish dari kegiatan ini dikarenakan atas saran masyarakat setempat agar pengarungan dihentikan, karena akan sangat bahaya apabila diteruskan karena ancaman buaya-buaya muara sungai.

Profil Pengurus Malimpa 2006-2007

|| || ,, || Leave a komentar
Pengurus MALIMPA periode 2006/2007 yang bejumlah 18 orang merupakan hasil dari tim formatur RATAMA 27 MALIMPA, pada awal pembentukan pengurus sedikit mengalami kesulitan dalam menentukan formasi yang tepat untuk mengisi struktur pengurus yang ada hal itu disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia. Seiring berjalannya waktu jumlah pengurus tidak lengkap lagi hal itu disebabkan tidak aktifnya beberapa pengurus antara lain divisi humas dan kerohanian, meskipun sudah dicoba dari koordinator departemen untuk mem-back up kinerjanya tetapi ada sebagian rencana kerja yang terbengkalai. Hal itu mengakibatkan pincangnya roda organisasi dan adnya permasalahan tentang beberapa kebijakan rektorat yang kurang memihak pada UKM pada khususnya Malimpa membuat labilnya kepengurusan. Pada pengurus periode ini dengan ketua Gustam Ertanto dengan Sekertaris Agus S dan bendahara Heni W dan dibantu Departemen dan Bidang(terlampir). Pada periode ini publikasi malimpa kurang evektif sehingga pendaftaran tidak meningkat dari tahun sebelumnya, dan kurangnya penanganan paska pendaftaran membuat peserta diklat tidak memenuhu target dan akhirnya mengadakan diklat lagi sehingga dalam kepengurusan ini diklat diadakan 2 kali.

Penulis : Gustam

JAMBORE V FKMI PTMSI MALIMPA UMS

|| || ,, || 1 komentar

Jambore terbentuk dari ide organisasi Mapala Perguruan tinggi Muhammadiyah (STACIA UMJ, DIMPA UMM, dan MAPALA UMY) sekitar tahun 1996. Pertama jambore Pecinta Alam diadakan pada agustus 1997, jambore II dilaksanakan November 1998 di Mapala UMP (Palembang), Jambore III dilaksanakan pada Agustus 2000 sebagai tuan rumah Rayon III, jambore IV dilaksanakan Mei 2003 dan jambore V sebagai tuan rumah adalah MALIMPA UMS.

Persiapan menjelang JAMBORE V FKMI PTMSI MALIMPA UMS dimulai dengan membetuk SC pada akhir kepengurusan 2003/2004 dengan anggota Moh.ilham, Eri Triyanto, Syaeful Hanafi, Suratno, Bambang SW, Kandu Prakoso dan Yunata Suryaningrat. Kemudian pada RATAMA ke XXIV hasil pembahasan sementara SC dipresentasikan ke anggota MALIMPA. Kerja SC meliputi pembuatan konsep Jambore V FKMI mapala PTMSI dan mengontrol kerja kepanitiaan serta membuat proposal awal dan pencarian pelindung dan penasehat yang meliputi Gubernur, Rektor, dan PP Muhammadiyah serta bupati lokasi kegiatan Jambore. Dibentuk panitia pada oktober 2004 yang diketuai Thofik Yuswantoro. Persiapan yang dilakukan perkomisi antaralain untuk komisi I pencarian lokasi kegiatan dan pencarian pemateri seminar lingkungan yang bertemakan pemanfaatan PLTN Sebagai energy alternative juga koordinasi dengan BPS tentang agenda sarasehan. Sedangkan untuk komisi II survey pra-pelaksanaan dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2005, dari komisi II yaitu divisi Panjat Tebing, Susur Gua, Gunung Hutan dan Arung Jeram. Cerita per devisi dari team panitia Panjat Tebing dimulai dari survey pertama (5 – 7 Maret 2005) untuk keperluan perijinan lokasi dan permohonan pemateri dari BKSDA dan BAPOMI, mengetahui lokasi (sesuai hasil quisioner : base camp, Rumah Sakit, air, dan lain-lain), survey lokasi (mengetahui lokasi / jalur yang akan dijadikan lintasan pemanjatan), percobaan jalur pemanjatan (Artificial), pembuatan jalur pemanjatan (pemasangan bor). Untuk survey kedua Latihan Pemantapan I (11-14 Maret 2005) dengan target urusan perijinan selesai, percobaan jalur pemanjatan (Arificial dan Sport), pembuatan jalur pemanjatan (pemasangan bor), menentukan lokasi vertical rescue. Latihan Pemantapan II (25-28 Maret 2005) dengan percobaan jalur pemanjatan (Artificial dan Sport), pembuatan jalur pemanjatan (pemasangan bor), pembuatan jalur untuk vertical rescue. Latihan Pemantapan III (9-11 April 2005)dengan target percobaan jalur pemanjatan (Artificial dan Sport), pembuatan jalur pemanjatan (pemasangan bor), pembuatan jalur untuk vertical rescue. Latihan Pemantapan IV (16-18 April 2005). Untuk latihan pemantapan V tanggal 21-24 April 2005 untuk pemantapan lokasi guna Gladi Bersih yang dihadiri oleh Rayon IV tanggal 5-8 Mei 2005.

Sedangkan dari team divisi Susur Gua menceritakan survey demi survey pra pelaksanaan JAMBORE V FKMI PTMSI, yang dimulai tanggal 30– 2 April 2005 Maret 2005 untuk survey pertama dengan target mengetahui lokasi goa serta aksesbilitas menuju ke lokasi dan kemudian menentukan goa yang akan digunakan, mengeksplore goa yang akan dipakai untuk kegiatan serta aksesbilitas base camp, rumah sakit, air dan pasar terdekat. tanggal 8 – 10 April 2005, team survey mengeksplore ulang Goa, memetakan lorong –lorong goa serta melengkapi fasilitas peserta. Awal bulan Mei 2005 dilaksanakan survey pada tanggal 6 – 8 Mei 2005 dengan penyelesaian perijinan, pengeksploran goa – goa serta menyediakan transportasi antar jemput ke lokasi. Terakhir latihan pemantapan tanggal, 10-13 Mei 2005,untuk pemantapan lokasi serta gladi bersih dengaan Mapala rayon IV.team Gunung Hutan Dimulai pada tanggal 27 Februari 2005 untuk survey lokasi dan validasi data. Dilanjutkan pada awal bulan Maret 2005, tepatnya tanggal 4 – 6 Maret 2005 dengan target survey lapangan, validasi jalur (fix jalur) dan arahan perijinan. Masih di bulan Maret tanggal 19 – 21, team survey mengadakan aplikasi materi (panitia), penyelesaian perijinan dan pemasangan marker jalur. Berganti bulan, team survey kembali mengadakan survey u pada tanggal 8 – 11 April 2005 yang sekaligus diadakan, validasi team, latihan pemantapan dan survey team PTM. Pada tanggal 30 April – 3 Mei 2005 dilaksanakan latihan pemantapan dan general checking lapangan. Di samping survey – survey yang sudah diceritakan, team survey juga mempersiapkan jalur emergency yaitu apabila ada sesuatu hal tidak diinginkan, penanganannya akan lebih mudah dan cepat. Jalur emergency yang dipersiapkan yaitu Instansi kesehatan puskesmas Ngargoyoso (Kemuning), keamanan POLSEK Ngargoyoso & POLSEK Jenawi, perijinan kawasan Resort Tambak & Kawasan Resort Lerak RPH lawu Utara (Asper Tawang Manggu) KPH Surakarta, pemantauan Bankom HIMALAWU (Ceto) Dial 14.640.00, pemantauan Bankom Genta Pala Tambak (dial 14.562.00) dan pemantauan Bankom SAR Karanganyar (dial 14.714.00). Arung Jeram juga punya cerita persiapan JAMBORE V ini yaitu pada tanggal survey pertama sebagai koordinator lapangan yaitu koordinator komisi II untuk Latihan Gabungan, pembentukan tim kunci yang nantinya membantu dalam pelaksanaan hari H serta tim pendukung yang nantinya membantu dalam pelaksanaan hari H, Target survey pertama ini yaitu pemerataan skill pelaksana, pemantapan konsep, pendataan Sungai Elo sebagai salah satu konsep pendukung. Sedangkan dari segi non teknis penyelesaian perijinan lokasi, penginapan dan survey jalur darat oleh tim pendukung. Untuk yang kedua kali survey dilaksanakan dengan pelaksana 8 orang sebagai tim teknis dan 8 orang sebagai tim pendukung. Targetan kali ini secara teknis yaitu pemantapan konsep, pendataan Sungai Elo untuk konsep pendukung, pemantapan tim teknis dan fix materi sedangkan non teknis yaitu survey jalur darat dan pengkondisian untuk JAMBORE, fix materi dan fix buku panduan untuk peserta. Untuk survey yang ketiga kalinya sebagai pelaksana yaitu tim teknis, tim pendukung dan tim skipper dengan tujuan gladi kotor dan general checking. Pada tanggal 22 – 24 April 2005 dengan tim pelaksana sama dengan sebelumnya dan dengan tujuan yang sama pula demi kemantapan nanti pada saat hari H di lapangan.

Pelaksanaan sarasehan pada Jambore V FKMI MAPALA PTMSI sesuai kesepakatan panitia pada komisi 1 dimulai pada hari Jum’at, 20 Mei 2005 pada pukul 13.00 di kampus UMS yang didahului dengan seminar lingkungan hidup dengan tema ”Pemanfaatan PLTN Sebagai Energi Alternatif” yang menghadirkan beberapa pembicara yaitu(Bpk. Karliansyah; perwakilan dari Kementrian Lingkungan,idup RI, Arnold Y Soetristanto; perwakilan dari BATAN(Badan Tenaga Nuklir Nasional), Adi Nugroho; perwakilan dari WALHI(Wahana Lingkungan Hidup)).

Setelah acara seminar lingkungan hidup selesai peserta istirahat di ruang seminar gedung J, dan dilanjutkan dengan acara diskusi dengan kalangan PP Muhammadiyah dan Drs. Djalal Fuadi mengenai totalitas dan legitimasi mapala PTM se-Indonesia. Tetapi pada pelaksanaanya diskusi hanya dihadiri oleh Drs. Djalal Fuadi yang dimoderatori oleh Moh.Ilham, dikarenakan pada saat itu PP Muhammadiyah yang rencananya diwakili oleh DIKTI Muhammadiyah tidak dapat hadir karena ketiadaan personel dari DIKTI Muhammadiyah.

Permasalahan ketidakhadiran dari pihak DIKTI sempat menjadi sebuah polemik dalam kepanitiaan, yang pertama, karena pemberitahuan ketidakhadiran 4 hari sebelum pelaksanaan. Kedua, karena dari pihak DIKTI ternyata mempunyai kebijakan agar penyampaian diskusi tersebut cukup diwakilkan oleh Pembantu Rektor III UMS. Permasalahan yang kedua inilah yang menjadi kenapa teman-teman panitia sempat bersitegang dengan pihak DIKTI Muhammadiyah karena pelimpahan wewenang kepada Pembantu Rektor III semestinya tidak dilakukan karena (dengan tidak mengurangi rasa hormat) untuk permasalahan legitimasi FKMI Pembantu Rektor III UMS tidak mem punyai kepentingan ke arah sana.

Setelah rangkaian acara sarasehan di kampus selesai, hari Sabtu 21 Mei 2005 seluruh peserta sarasehan menuju ke Tawangmangu untuk melakukan sidang sarasehan FKMI MAPALA PTMSI yang merupakan forum tertinggi dalam FKMI. Dalam perjalanan menuju Tawangmangu ada sedikit hambatan dari segi transportasi yaitu 1 bus kampus mengalami kerusakan.

Pada pelaksanaan sidang ternyata waktu yang telah ditetapkan panitia mengalami kemoloran dan harus dilanjutkan di kampus, hal ini dikarenakan perbedaan pandangan akan sesuatu yang dibahas dalam sidang tersebut diantaranya:

a. Pada saat pembahasan tata tertib sidang; pada pembahasan tata tertib sidang terjadi pembahasan yang pelik mengenai status tata tertib sidang hasil sarasehan Jambore IV di Palu apakah masih berlaku ataukah itu hanya berlaku pada saat sidang sarasehan Jambore IV

b. Pada saat pembahasan pedoman dasar; ada 3 opsi pendapat mengenai forum FKMI:

1. FKMI adalah jambore

2. FKMI kembali ke kerangka awal pembentukan

3. FKMI mempunyai legalitas sendiri tentang kelembagaanya agar forum ini mempunyai peran yang lebih besar

c. Pada saat pemilihan BPS tentang mekanisme pemilihanya yang menggunakan sistem formatur.


Pada acara sidang di Tawangmangu juga terdapat acara sharing dengan pelaku sejarah jambore yaitu Bambang Sapto Winahyo dari MALIMPA UMS, Tarik dari DIMPA UMM, Baron dari mapala UMY, Musa (Kempong) dari DIMPA UMM, Jimmy dari STACIA UMJ. Acara sidang sendiri selesai pada hari Selasa, 24 Mei 2005 pada pukul 19.30 di ruang seminar gedung J kampus II UMS. Tapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam sidang sarasehan JAMBORE V merupakan sebuah permasalahan yang signifikan artinya semua permasalahan selama berdirinya FKMI menjadi pembahasan dalam sidang ini, sehingga adanya kekeliruan atau disorientasi tentang keberadaan forum kedepannya tidak terjadi lagi.

Pelaksanaan komisi II dalam latgab ini Gunung Hutan mengambil jalur start Tambak dan finish Ceto, sebagai lokasi Latihan Gabungan Gunung Hutan. Demikian kami paparkan data secara menyeluruh tentang lokasi kegiatan yang telah terlaksana dalam Jambore V FKMI MAPALA PTM se-Indonesia.

Data lokasi kegiatan

Nama Gunung: : Lawu 3265 mdpl

Nama jalur : Start Tambak Finish Ceto

Jenis/Karakter : Strato/ Aktif Pasif Terlihat Dari kawah yang aktif

di pos III jalur Cemoro Kandang .

Peta : Topografi AMS Sheet Karang Pandan

Jalur : Dari Sisi Jawa Tengah Terdapat 3 Jalur Pendakian

· Cemoro Kandang, Gondosuli Kab. KarangAnyar

· Ceto, Tawang Rejo Kab. Karanganyar

· Tambak, Berjo Kab Karanganyar

Dari sisi Jawa Timur Terdapat 2 Jalur Pendakian

· Cemoro Sewu, Sarangan Kab Magetan

· Jogorogo Kab Ngawi

Lokasi Jalur : Start Ceto, Dsn Ceto / Tawang Rejo Ds Gumeng Kec Jenawi Kab Karang Anyar

Finis Tambak, Dsn Tambak Ds Berjo Kec Ngargoyoso Kab Karang Anyar

Jalur transportasi : Solo – Sragen – Balong – Ceto / Solo –Kr Pandan (Bus)- Kemuning – Ceto.

Solo – Kr Pandan– Candi sukuh – Tambak /

Solo – Kr Pandan – Srandon – Tambak

Kelayakan Jalur : Jalur Ceto variatif dari yang Flat hingga Extreme.batas Jalur Tambak Tertutup Terjal kondisi jalur masih alami, jalan setapak kondisi kedua jalur secara kawasan hutan masih dapat dilihat perbedaan antara hutan produksi dan hutan dataran tinggi Tropis, dikarenakan jalur Tambak belum begitu banyak di eksplorasi, sedangkan ceto masih dikatakan memadai untuk pengiat alam bebas dikarenakan londisi medan masih tertutup pada zona-zona tertentu.

Peta : Peta UTM © AMS Sheet Karang Pandan, peta LCO ©

Diktop AD/ AMS sheet Karang Pandan, Gunung Lawu &

Peta Rupa Bumi © Bakosurtanal Sheet Gunung Lawu

Team Teknis Latgab Gunung Hutan terdiri dari 15 orang tim teknis dan 5 orang tim non teknis dan mempunyai target kegiatan dan bentuk kegiatan berupa adanya penyamaan persepsi tentang ilmu - ilmu gunung hutan beserta penunjangnya antar sesama MAPALA PTM se-Indonesia. Adapun materi lapangan pendakian gunung & diskusi kematerian penunjang ilmu gunung hutan yaitu di lapangan meliputi Navigasi darat & Pendakian gunung lawu serta Pengenalan Ekosistem Kawasan Gunung Lawu. Untuk materi diskusi Navigasi Darat : IMPK, GPS, Pioneering ; Manajemen Ekspedisi : Persiapan Teknis Pra Ekspedisi, Manejemen pendakian ; Mountain Rescue : SAR Gunung, Fotografi

Pendakian gunung Lawu yang yang merupakan salah satu gunung dengan ketinggian lebih dari 3000 mdpl memiliki beragam vegetasi di dalamnya diantaranya ; Hutan dataran tinggi, hutan tropis dataran tinggi dan hutan sub alpine, ini terlihat dari karakter hutan yang ada perketinggian dengan dominasi vegetasi yang berbeda.

Untuk mempermudah proses Transfer Materi dan perjalanan perharinya peserta dibagi menjadi 3 Kelompok dengan jumlah masing-masing 6 hingga 7 orang, dengan keseluruhan peserta 19 orang. Dengan masing- masing didampingi satu pendamping lapangan.

Sehingga selengkapnya hasil yang dicapai dalam Jambore V tentang komisi II Latihan Gabungan Gunung Hutan : alur yang digunakan baik start / finish memiliki tingkat kesulitan yang sama dikarenakan memiliki tingkat kemiringan yang hampir sama berkisar 5º hingga 55º dengan suhu berkisar antara 7 ºC hingga 29ºC.

1. Pengaplikasian navigasi darat dengan mengunakan Transformasi Grid Dari Grid 8 angka ke koordinat geografis.

2. Pengaplikasian manajemen pendakian dan sistem komunikasi dalam sebuah kegiatan gunung hutan.

3. Secara keseluruhan peserta mencapai puncak dan tidak mengalami permasalahan yang berarti.

4. Data sosial budaya penduduk dusun Tambak desa Berjo kec Ngargoyoso kab Karanganyar. Diketahui bahwa masyarakat di sekitar kawasan masih berpegang pada adat Jawa yang menjadi mayoritas Suku di daerah tersebut.

Secara keseluruhan latihan gabungan gunung hutan bukan berarti tidak mengalami kendala, akan tetapi sangat banyak mengalami kendala dari hal yang kecil hingga yang besar dari masalah materi dari penguasaan maateri yang ditawarkan nihil sehingga dari briefing materi hanya difokuskan pada materi navigasi, dikarenakan dari setiap delegasi memiliki gambaran tentang materi berbeda bahkan ada yang belum menguasai sehingga banyak aplikasi materi yang ditiadakan salah satunya data tentang flora & fauna sekitar jalur gunung Lawu tidak dapat diketahui secara pasti teknik pendokumentasian jalur.

Beberapa kondisi jalur yang susah mendapatkan sumber air jalur Tambak pertigaan pos IV, Flaying II Sendang Derajat, sendang macan yang jarak mata air jauh dari jalur pendakian sehingga di perlukan menejemen air yang baik serta kondisi cuaca yang cepat berubah sehingga sngat menyulitkan untuk orientasi medan.

Untuk itu pelaksanaan Jambore VI mengenai latihan gunung Hutan :

1. Perlu adanya peningkatan materi dari materi induk yang sudah dilaksanakan pada Jambore sebelumnya.

2. materi yang akan diangkat perlu di sosialisasikan pada para peserta

3. adanya persamaan presepsi tentang konsep Latihan Gabungan.

4. jika itu materi yang baru di kenal di kalangan Mapala PTM sebaiknya perlu untuk menghadirkan Pemateri untuk meluruskan presepsi.

5. pendelegasian, informasi tentang materi yang diangkat pada Jambore sebelumnya harus di sosialisasikan pada delegasi Jambore berikutnya sehingga proses peningkatan Grade materi bisa di laksanakan tidah harus mengulang semua dari awal lagi.

Sehingga orientasi gunung Hutan tidak hanya pada kegiatan Adventure saja juga berorientasi pada kegiatan yang ilmiah oleh karena itu setiap OPA delegasi memiliki persamaan penguasaan materi induk dan pada pelaksanaan Jambore kita bisa melaksanakan materi-materi pe

Kegiatan ini kami lakukan dalam rangkaian Jambore FKMI PTMSI dalam Komisi II Divisi Latgab Panjat Tebing yang bertujuan sebagai ajang dalam merealisasikan ilmu/teori Panjat tebing dan menambah jam terbang dalam pemanjatan sekaligus dapat mempererat tali persaudaraan di antara penggiat alam bebas khususnya panjat tebing. Tebing Sukolilo merupakan salah satu tebing yang terletak di Desa Kedung Winong RT 1/I Kec. Sukolilo Pati JATENG. Tebing tersebut + 1,5 km dari jalan utama Purwodadi-Pati. Tebing ini memiliki ketinggian yang bervariasi, Vegetasi sekitar tebing mayoritas pohon Randu dan ladang penduduk yang sebagian besar ditanami jagung dan srikaya. Tebing tersebut berada di ladang penduduk.

Melihat karakteristiknya, tebing ini tersusun atas batuan kapur yang telah mengalami pelapukan pada bagian terluar batuan sehingga terbentuklah crack dan lubang pada tebing tersebut. Pelapukan tersebut disebabkan karena tidak terjadinya pelapisan pada batuan kapur (stratification) secara sempurna. Dan hal ini didukung oleh daya mekanis dari tetesan air hujan dan juga adanya proses kimiawi yang berlangsung terus-menerus.

Tebing tersebut terpecah-pecah sehingga lebarnyapun bervariasi, untuk ketinggian tebing 20-50 m dengan jenis batuan karst. Untuk sudut kemiringan + 90 0, habitat di sekitar tebing didominasi burung, kupu-kupu, lalat, kakiseribu dan masih banyak habitat yang terdapat di sekitar tebing. Penduduk disekitar tebing didominasi oleh suku jawa dengan mata pencaharian sebagian besar adalah bertani. Untuk kebudayaannya tidak jauh berbeda dengan masyarakat jawa pada umumnya.

Data lokasi kegiatan

Nama tebing : Tebing Sukolilo.

Nama jalur : -

Tinggi tebing : 10 m – 50 m.

Jenis/nama batuan karst.

Lokasi tebing : Ds. Kedung Winong, RT. 1/1 Sukolilo Pati.

Kondisi jalan menuju tebing : jalan setapak.

Desa/dusun terdekat : Kedung Winong.

Kelayakan tebing : tebing mempunyai grade yang variatif dari yang rendah sampai yang tinggi, shingga kita dapat menyesuaikan grade yang ada dengan proses pelatihan.

Tim panjat tebing terdiri dari 7 orang tim teknis dan 11 orang tim non teknis. Secara garis besar hasil yang didapat dalam latihan gabungan divisi panjat tebing adalah tercapainya target dan materi. Demikian hasil yang telah didapat selama kegiatan:

  1. Aplikasi pemanjatan artificial (knotting, Ascending / descending, teknik pemanjatan, teknik pembuatan jalur, manajemen pemanjatan)
  2. Aplikasi vertical rescue
  3. Diskusi konservasi
  4. Pengabdian masyarakat

Setelah hasil yang didapatkan yang kiranya masih terdapat banyak kekurangan maka evaluasi sangat diperlukan untuk majunya kegiatan ini. Evaluasi - evaluasi kami laksanakan setiap selesai kegiatan dalam satu harinya. Demikian beberapa hasil evaluasi secara menyeluruh

· Dalam pendelegasian peserta yang datang kurang menguasai materi yang ditawarkan / ada pembekalan dari organisasi masing-masing sehingga benar-benar terciptanya latgab

· Materi yang diulang-ulang dalam setiap Jambore yang diadakan, sehingga materi yang didapat dan diaplikasikan tidak mengalami perkembangan

Beberapa hasil yang telah diperoleh dari kegiatan tersebut dan berdasarkan hasil evaluasi bersama tiap harinya maka dapat diambil kesimpulan dan saran untuk kegiatan berikutnya yang khususya kegiatan serupa dalam konteks FKMI Mapala PTMSI sebagai berikut:

  1. Pendelegasian peserta dari masing-masing organisasi minimal harus sudah menguasai materi dari masin masing organisasi yang kemudian dibawa untuk bahan diskusi atau disampaikan dalam latgab, dari masing masing materi kemudian diharapkan tercipta persamaan atau standarisasi dalam materi yang akan dipakai kemudian hari.
  2. Peningkatan Grid dalam setiap kegiatan
  3. Peralatan setandar yang sesuai prosedur dalam bergiat (safety procedur) sehingga keamanan dan kenyamanan dapat dicapai.
  4. Transfer ilmu yang didapat ke organisasi masing-masing

Di Indonesia membentang bukit kapur yang mempunyai ciri dan karakteristik tersendiri.Salah satunya yaitu kawasan karst gunung sewu yang membentang dari selatan Yogyakarta sampai ke daerah Pacitan, Jawa Timur. Dimana dikawasan karst Gunung Sewu mempunyai karakteristik tersendiri dan keunikan serta mempunyai kekayaan hayati dan nirhayati yang sangat beragam. Kabupaten Wonogiri termasuk dalam kawasan karst Gunung Sewu yang daerahnya berbatasan dengan kabupaten Pacitan, DIY Yogyakarta dan Sukoharjo mempunyai yang di dalamnya banyak terdapat goa-goa atau luweng yang belum dieksplore dan kultur budaya dan kehidupan masyarakat yang unik. Karena itulah latgab divisi susur goa mengambil lokasi di daerah Song Bledek dan Ketos kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri selain melakukan eksplore kita mempelajari tentang adat serta budaya penduduk

DESKRIPSI GOA :

1. Goa Kumoloretno

Secara goegrafis terletak di dusun Tlogorejo desa Song Bledek goa ini berjarak 300 meter dari base camp. Merupakan goa horizontal dimana lokasinya berada di pinggir jalan dekat dengan rumah penduduk. Goa Kumoloretno merupakan goa vertikal dengan kedalaman 5 meter dan internal pitch sekitar 6 meter. Keadaan ornamen di dalamnya sebagian mati dan sebagian masih aktif. Goa ini dulu merupakan goa pariwisata. Vegetasi endemik di sekitar mulut goa adalah pohon jati.kedaan lorong kering dan batuan di dalamnya rapuh .jarak dari base camp adalah 300 meter.

2. Goa Karang pasir

Goa Karang Pasir terletak di dusun Tlogorejo desa Song Bledek dimana lokasinya di punggungan cockpit. Merupakan goa horizontal dengan panjang lorong 50 meter dan mempunyai dua entrance atau tembus.kondisi lorong di dalamnya kering dan ornamen di dalamnya sebagian masih aktif dan sebagian sudah mati serta kondisi atap goa yang rendah sehingga diperlukan teknik khusus pada waktu penelusuran. Vegetasi flora disekitar mulut gua adalah pohon jati, dan tanaman penduduk. Fauna nya adalah kupu-kupu, jangkrik. Jarak dari base camp 500 meter

3. Goa karet

Goa Karet terletak di dusun Tlogorejo desa Songbledek. Goa ini terletak di doline tepatnya di pekarangan penduduk .Merupakan goa horizontal dimana letak mulut goanya agak tinggi sekitar 3meter dari tanah sehingga untuk masuknya harus memanjat terlebih dahulu. Keadaan lorongnya kering, dengan atap yang rendah .ornamen di dalam goa karet masih aktif. Fauna di sekitar mulut goa adalah pohon jati, pohon kelapa dan tanaman palawijo. Fauna disekitar mulut goa adalah kupu-kupu, jangkrik. Jarak dari base camp 2 km

4. Goa Kutah

Goa Kutah terletak di dusun Bulu desa Song Bledek. Lokasinya berada di doline. Merupakan goa horizontal dengan panjang lorong sekitar 200 meter, setelah itu ada internal pitch sekitar 30 meter. kondisi lorongnya berair ornamen di dalamnya masih aktif. Goa Kutah sendiri dimanfaatkan untuk diambil airnya oleh warga sekitar untuk sumber mata air. Vegetasi flora di sekitar mulut goa adalah pohon bambu. Fauna di sekitar mulut goa adalah kupu-kupu. Jarak dari base camp (Pak Polo) sekitar 5 km

5. Goa Mriko

Terletak di dusun Kuniran desa Ketos. Lokasinya berada di punggungan cockpit. Merupakan goa vertikal dengan kedalaman lorong vertikal 35 meter dan lorong horisontal 30 meter. Keadaan lorong di dalamnya berlumpur. Ornamen di dalamnya masih aktif, vegetasi flora di sekitar mulut goa adalah pohon jati, pohon kelapa dan tanaman palawijo. Jarak dari base camp (Song Bledek) sekitar 15 km .

Data Lokasi Kegiatan

Data geografi

Nama goa : Karang Pasir, Kumoloretno, Karet

Letak Administratif

Dukuh : Tlogo rejo

Desa : Song Bledek

Kecamatan : Paranggupito

Kabupaten : Wonogiri

Propinsi : Jawa Tengah

Pulau : Jawa

Kawasan Kars : Gunung Sewu (seribu)

Gunung Terdekat : Lawu

Laut Terdekat : Samudra Hindia

Nama goa : Kutah

Letak Administratif

Dukuh : Bulu

Desa : Song Bledek

Kecamatan : Paranggupito

Kabupaten : Wonogiri

Propinsi : Jawa Tengah

Pulau : Jawa

Kawasan Kars : Gunung Sewu (seribu)

Gunung Terdekat : Lawu

Laut Terdekat : Samudra Hindia

Nama goa : Mriko

Letak Administratif

Dukuh : Kuniran

Desa : Ketos

Kecamatan : Paranggupito

Kabupaten : Wonogiri

Propinsi : Jawa Tengah

Pulau : Jawa

Kawasan Kars : Gunung Sewu (seribu)

Gunung Terdekat : Lawu

Laut Terdekat : Samudra Hindia

Jalur transportasi :Solo-Pracimantoro-Giribelah-Paranggupito-Songbledek-Solo.

Kegiatan Latihan gabungan divisi susur goa dilaksanakan selama 3 hari .Untuk hari pertama yaitu aplikasi dan simulasi Teknik SRT dan Vertical Rescue di luar goa yaitu di lapangan dan pengambilan data untuk pemetaan goa yang lokasinya di goa Karang pasir. Untuk hari kedua tanggal 22 Mei 2005 eksplore di goa Kutah dengan Materi TPGH dan Etika dan Bahaya Penelusuran Goa dan Aplikasi Fotografi Goa di goa Karet dimana peserta dibagi menjadi dua kelompok. Hari ketiga tanggal 23 mei 2005 kegiatan eksplore goa Mriko dengan materi TPGV dimana peserta menjadi satu kelompok.

Secara umum kegiatan JAMBORE khususnya latihan gabungan divisi penelusuran goa berjalan dengan baik, namun beberapa hal perlu ditelaah bersama adalah perlunya kerjasama yang baik antara peserta JAMBORE dan panitia kegiatan (tuan rumah ). Beberapa kendala yang ada antara lain tidak semua peserta menguasai teknik – teknik single rope technique, kekompakaan peserta waktu aplikasi mapping masih kurang, peserta belum tahu cara penggunaan alat mapping (khususnya clino sunto dan kompas), kurang aktiffnya siswa waktu diskusi, kurangnya manajemen peralatan dan kurangnya perhatian kepada peralatan yang digunakan. Sekalipun dalam pencapaian target dapat terlaksana yaitu melakukan penelusuran di goa vertikal dan horizontal, aplikasi dan diskusi fotografi goa, simulasi cave rescue (man to man dan counterbalance)

, diskusi dan aplikasi pemetaan goa serta menguasai tekhnik SRT. Dengan hasil yang dicapai antara lain peserta mengerti peralatan SRT, peserta menguasai teknik Single Rope Technique, mengerti Self Rescue khususnya Man to man dan Counterbalance, mengerti penggunaan alat dalam mapping, pengaplikasian fotografi goa dan mengerti teknik penelusuran goa vertikal dan goa horisontal.

Latihan gabungan Arung Jeram yang bertempat di sungai Elo, Progo, kab Maleng 21- 24 Mei 2005 adalah salah satu divisi dalam komisi II latihan gabungan Jambore V FKMI MAPALA PTMSI telah terlaksana. Sungai Elo merupakan sungai yang menjadi tempat kegiatan dengan jarak yang ditempuh untuk pengarungan + 9,37 km, tingkat kesulitan atau grid 2,3 dalam musim penghujan (debit air tinggi), start dari Desa Blondo Kec. Mungkid dan finish Candi Mendut Kec. Mendut. Karakter bentukan sungai cocok untuk pemula baik untuk tempat diklat atau pelatihan ataupun sebagai tempat rekreasi.

Sungai Progo Atas membentang luas panjang + 10 km antara Kodya Magelang dan Desa Watu Karung Kab. Magelang. Tingkat kesulitan (Grid) 2,3 bahkan sampai 3 + pada musim penghujan, karakter sungai dengan tingkat kesulitan yang lebih dibanding pada sungai elo. Sungai Progo Bawah merupakan sungai penyatuan antara sungai elo dengan sungai progo atas, sehingga karakter yang dibentuk oleh kedua buah sungai menyebabkan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, dalam musim kemarau pun debit air di sungai Progo Bawah tidak terlalu berkurang. Sedangkan pada kisaran bulan Oktober- Maret yang merupakan musim penghujan debit air besar sehingga tingkat kesulitan bisa sampai grid 5+.

DATA LOKASI KEGIATAN

Nama sungai : Elo

Desa : Blondo

Kecamatan : Mungkid

Kabupaten : Magelang

Panjang sungai : ± 9,35 km

Start : Desa Blondo

Finish : Desa Mendut

Tingkat kesulitan : - Grade I, berarus tenang tanpa hambatan berarti dengan mudah dilewati

- Grade II, beriak-riak kecil dengan ombak dan jeram kecil dapat dengan mudah dilalui

- Grade III, berombak antara 0,5-0,7 m dengan halangan dan jeram yang teratur dapat dilalui dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berarung jeram

Karakteristik sungai : - Banyaknya jeram berkisar 30-40 jeram

- Panjang jeram 3-7 m

- Flat panjang

- Standing wave tidak terlalu banyak

- Dibeberapa belokan sungai terdapat undercut

- Hole tidak terlalu besar

Nama sungai : Progo Atas

Desa : Bandongan

Kecamatan : Kodya Magelang

Kabupaten : Magelang

Panjang sungai : ± 10 km

Start : Desa Bandongan

Finish : Desa Watu Karung

Tingkat kesulitan : - Grade I, berarus tenang tanpa hambatan berarti dengan mudah dilewati

- Grade II, beriak-riak kecil dengan ombak dan jeram kecil dapat dengan mudah dilalui

- Grade III, berombak antara 0,5-0,7 m dengan halangan dan jeram yang teratur dapat dilalui dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berarung jeram

Karakteristik sungai : - Banyaknya jeram berkisar 30-40 jeram

- Panjang jeram 3-7 m

- Flat panjang

- Standing wave tidak terlalu banyak

- Banyak undercut dibelokan sungai

- Hole tidak terlalu besar

Nama sungai : Progo Bawah

Desa : Klangon

Kecamatan : Mendut

Kabupaten : Magelang

Panjang sungai : 4 – 5 Km

Start : Klangon, Kec. Mendut

Finish : Parakan, Kec. Kalibawang

Tingkat kesulitan : - Grade I, berarus tenang tanpa hambatan berarti mudah dilewati

- Grade II, beriak-riak kecil dengan ombak dan jeram kecil dapat dengan mudah dilalui

- Grade III, berombak antara 0,5-0,7 m dengan halangan dan jeram yang teratur dapat dilalui dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berarung jeram

- Grade IV,

- Grade V,

Karakteristik sungai : - Banyaknya jeram berkisar 8 - 10 jeram

- Panjang jeram 5 - 10 m

- Flat sedang

- Standing wave tidak terlalu banyak

- Dibeberapa belokan sungai terdapat undercut

- Hole besar

Tim arung jeram terdiri dari 10 orang tim teknis dan 6 orang tim non teknis.

Melalui kegiatan berarungjeram ini sekaligus bertujuan mengenalkan kawasan Sungai Elo, dan saling tukar ilmu dalam kegiatan Arung Jeram dapat pula dijadikan salah satu cara untuk mengembangkan Arung Jeram di masing-masing lingkungan PTM dan memupuk rasa persaudaraan dan ukhuwah Islamiah antar Mapala PTM Se-Indonesia.

Komisi III Pengabdian Masyarakat merupakan salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan Jambore Pencinta Alam V Forum Komunikasi Dan Media Informasi Mapala Perguruan Tinggi Muhammadiyah Se – Indonesia sebagai wujud pengabdian pada masyarakat. Konsep awal komisi III pengabdian masyarakat sebenarnya bermaksud mengambil lokasi di kota yaitu Surakarta, karena alasan birokrasi di pemerintahan kota Surakarta yang terlalu berbelit, membuat steering comitte dan organizing comitte komisi III pengabdian masyarakat, mengambil 3 kabupaten alternatif yaitu Sukoharjo, Karanganyar dan Boyolali. Dan pada akhirnya diputuskan untuk tempat pengabdian masyarakat kami laksanakan di Desa Serut, Kecamatan Nguter, Kanbupaten Sukoharjo , Propinsi Jawa Tengah. Dipilihnya lokasi kegiatan di Desa Serut karena lokasi tersebut representatif dengan bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan dan telah direkomendasikan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Sukoharjo serta termasuk daerah IDT.

Kegiatan Komisi III Pengabdian Masyarakat ini merupakan pemuatan mekanisme kerja sosial kemasyarakatan mahasiswa dalam bentuk program kerja yang berupa diskusi pendampingan masyarakat, bakti sosial, dan kegiatan keislaman yang langsung diaplikasikan di lapangan sebagai wujud implementasi dari rasa kepedulian mahasiswa Pencinta Alam Perguruan Tinggi Muhammadiyah terhadap realitas kondisi sosial kemasyarakatan dan lingkungan. Panitia dan team teknis terdiri dari 10 orang yang tergabung dalam Komisi III.

Desa Serut terletak di kecamatan Nguter salah satu kecamatan yang berada di kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah desa Serut ± 3.895.987 Ha berbatasan dengan sebelah timur : Desa Mento, Kabupaten Wonogiri

Sebelah utara : Desa Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

Sebelah barat : Desa Celeb, Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Desa Janglengan, Kabupaten Sukoharjo

Desa Serut terdiri dari 4 Dusun / Kebayanan yaitu Kebayanan Gadingan terdiri dari dukuh Sendang Rejo, Gadingan dan Serut, Kebayanan Banaran terdiri dari Dukuh Banaran dan Bejen, Kebayanan Jumok terdiri dari Dukuh Jumok dan Deres, Kebayanan Malangsari terdiri dari Dukuh Gelang rejo, Malangsari dan Kepuh Dampit.

Jumlah penduduk desa Serut ± 3830 jiwa, mayoritas agama masyarakat adalah Islam. Tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar adalah tamat SD dan tamat SLTA. Fasilitas pembangunan yang ada di desa ada masjid 10 buah, puskesmas tidak ada dan menginduk ke puskesmas II Nguter yang berjarak ± 5 Km, pasar tidak ada hanya toko / warung kecil dan SD 2 buah.

Lahan bangunan ± 1.349.000 Ha dan banyaknya rumah penduduk

a. Dinding terbuat dari batu / gedung(pameran) : 347 buah

b. Dinding terbuat dari sebagian batu/ gedung : 143 buah

c. Dinding terbuat dari kayu/papan : 4 buah

d. Dinding terbuat dari bambu/lainnya : 267 buah

Lahan persawahan ± 1.710.126 Ha dan lahan perkebuan ± 690.126 Ha, tanaman yang ditanam adalah padi, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, jagung. Sedang di sektor peternakan jumlah ternak yang ada adalah sapi biasa 195 ekor, kambing / domba 725 ekor, ayam kampung 2025 ekor.

Mata pencaharian masyarakat desa Serut adalah sebagian besar petani yang tinggal di desa tersebut, sedangkan warga yang memilih merantau ke luar daerah sebagian besar bekerja sebagai pedagang atau buruh bangunan. Masyarakat di desa Serut banyak yang memilih merantau karena lahan pertanian kurang irigasi dan merupakan lahan pertanian tadah hujan sehingga tidak produktif dan berdampak pada pembangunan desa yang kurang maju sehingga menjadi desa tertinggal.

Pada pra kegiatan komisi III dilaksanakan mulai dari pembentukan team sampai dengan pasca kegiatan dengan target sesuai dengan time schedule yang telah dibuat. Hasil yang dicapai diantaranya ; menentukan lokasi yang cocok untuk kegiatan, mendata potensi wilayah, dan pencarian materi yang dapat dibawa untuk di sampaikan ke masyarakat

Kegiatan Jambore Pecinta Alam V FKMI MAPALA PTMSI Komisi III Pengabdian Masyarakat dilaksanakan pada hari Jumat – Rabu, 20 – 24 Mei 2005 yaitu meliputi :

1. Sosiologi Pedesaan (Sosped)

Sosiologi pedesaan dilakukan setelah peserta datang ke lokasi, sosped dilakukan pada malam hari ke rumah-rumah tokoh masyarakat, dan perangkat desa untuk lebih mengetahui tentang keadaan dan pemetaan masalah di Desa Serut.

2. Diskusi

Diskusi dilaksanakan 2 hari yaitu :

a. Sabtu, 21 Mei 2005, pukul 09.00-10.30 WIB, sesi pertama untuk peserta bertema ” Teknik Pendampingan Dalam Perencanaan Dan Pembangunan Desa”. Pemateri diskusi dari LSM Gita Pertiwi oleh Agus Dody Sugiartono aktif di bidang pendampingan masyarakat. Materi dalam diskusi ini adalah teknik observasi, pemetaan partisipatif bagi fasilitator, teknik pendampingan.

Sesi kedua pukul 10.00-12.00 pembicara dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sukoharjo oleh Bapak Didik Suryadi serta Dinas Tenaga Kerja Sukoharjo oleh Bapak Nurwahyudi beserta stafnya mengenai studi kasus masalah perekonomian dan SDM yang ada di Serut dan sekitarnya.

Simulasi dari diskusi yaitu langsung observasi ke masyarakat meliputi : sejarah desa, potensi desa, problematika yang ada di desa, solusi untuk permasalahan tersebut.

Hasil Diskusi dari 3 Kelompok menghasilkan kesimpulan :

Potensi Desa : Bidang Pertanian (Kacang Tanah)

Ø Keadaan Geografis sangat menguntungkan jika ditanam kacang tanah.

Ø Nilai jual kacang tanah lebih tinggi dibandingkan tanaman pertanian yang lain.

Ø Resiko dari kerugian / kerusakan lebih minim.

Problema : Irigasi

Ø Pada umumnya di bidang pertanian sangat membutuhkan yang namanya air, juga letak geografis yang tidak menguntungkan.

Solusi dari masalah tersebut :

Penambahan pembukaan jadwal pengiriman air dari bendungan yang tadinya 1 seminggu sekali menjadi 2-3 kali dalam 1 minggu.

b. Minggu tanggal 22 Mei 2005, pukul 19.00-22.00 WIB pembicara dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sukoharjo dan Dinas Tenaga Kerja. Audiennya adalah peserta dan masyarakat desa Serut terutama para pemuda (Karang Taruna).

3. Kerja Bakti

Kerja bakti di desa Serut dilaksanakan pada hari Minggu pagi tanggal 22 Mei 2005 adalah pelebaran dan pembenahan jalan bersama masyarakat tepatnya di dusun Gadingan sejauh 100 m.

4. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan berupa pengobatan gratis bagi warga desa Serut bertempat di Balai desa Serut pada hari Senin, 23 Mei 2005 mulai pukul 08.30-11.00 WIB bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Sukoharjo, para pasien datang dari dusun-dusun yang ada di Desa Serut. Jumlah pasien ± 54 orang.

5. Bazar

Bazar merupakan penjualan barang-barang sembako murah separoh harga pasar. Sembako yang dijual diprioritaskan untuk diberikan pada warga desa Serut yang kurang mampu. Barang yang dijual adalah beras (2 Kg), gula pasir (½ kg ), telor (½ kg), mie Instan (5 buah), minyak goreng (½ kg), minyak tanah (1 lt) dengan harga jual @ Rp. 8.000,- perpaketnya dengan menukarkan kupon yang telah dibagikan pada warga desa Serut melalui Kepala Dusun masing-masing dusun. Jumlah paket sembako yang terjual adalah 89 paket sedang 11 sisanya yang tidak diambil oleh penerima kupon diberikan kepada keluarga yang membutuhkan.

6. Pengajian

Pengajian dilaksanakan pada hari senin tanggal 22 Mei 2005 di masjid utama desa yaitu Masjid At Taqwa, Dai pengajian adalah H. Sumarno, S.Ag dari departemen Agama Sukoharjo dihadiri kurang lebih 70 orang dari 4 dusun yang ada di Desa Serut pada pukul 20.00-22.50 WIB. Acara pengajian selain sebagai siraman rohani sekaligus untuk berpamitan dengan warga masyarakat. Selain itu di sumbangkan pula 5 ember cat untuk pembenahan masjid yang belum dicat bagian luarnya, 8 sapu dan 4 tempat sampah untuk kegiatan bersih masjid dan untuk kegiatan TPA di sumbangkan pula buku-buku agama, majalah islam, dan iqro’ dari Departemen Agama Sukoharjo.

Dari keseluruhan rangkaian kegiatan, banyak evaluasi disana sini yang akhirnya melahirkan saran dan masukan untuk kegiatan yang akan datang ke arah yang lebih baik yaitu :

1. Materi Pendampingan Masyarakat yang diselenggarakan komisi III (Pengabdian Masyarakat) diharapkan dapat diaplikasikan pada Jambore VI

2. Jadwal Sosiologi pedesaan harus diatur dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi desa.

Demikianlah secara keseluruhan gambaran pelaksanaan JAMBORE V FKMI PTMSI (dari komisi I, komisi II hingga komisi III) yang kebetulan sebagai tuan rumah MALIMPA Universitas Muhammadiyah Surakarta.


Disusun: Taufik "Bulus"