Ekspedisi Penyusuran Sungai Bengawan Solo II

|| || || 1 komentar
Persiapan:

Meneruskan semangat ”Getek Mangkunegoro I”,anggota Malimpa ingin mengulangi sukses pendahulunya dengan mengadakan kegiatan menyusuri Sungai Bengawan Solo. Berbeda dengan yang pertama yang bertujuan menyusuri dan berbakti sosial dengan masyarakat sekitar sungai, rencana penyusuran yang berikutnya selain seperti diatas juga bertujuan mengamati keadaan alam di daerah aliran Sungai Bengawan guna menunjang potensi wisata air.
Sebelum kegiatan ini dilaksanakan,ada beberapa persiapan yang dilakukan : diantaranya adalah penseleksian team, pembagian tugas, pembuatan rakit, sampai pada pendanaan yang dibutuhkan.
Adapun persiapan-persiapan ini dilakukan mulai 8 januari sampai dengan 5 Pebruari 1992. Dari 14 anggota yang mengikuti penseleksian, terpilih 10 anggota yang terdiri dari 8 anggota team inti dan 2 anggota team cadangan,yaitu:
1. M. Tony “Badax” Andi Astanto (Ketua)
2. Wasiri “Wereng” (Sekrataris)
3. Tono “Tobang” Indrayanto (Bendahara)
4. Syaefulloh “Kempling” (Logistik I)
5. Teguh Ponco “Kambil”Apriyanto (Logistik II)
6. Edy “Minthi” Slameto (Humas & Perijinan)
7. Agus “Yayat” Noor Hidayat (Dokumentasi)
8. Wiyadi “Kuwil” (Pembantu Umum),yang merupakan anggota Malimpa Al-Wathon Kampus UMS Karanganyar.
Adapun 2 anggota team cadangannya adalah:
1.
2.
Pembuatan Rakit dilakukan pada 30 januari sampai dengan 6 Pebruari 1992 di desa Bacem, yang terbuat dari:bambu ori dan apus, triplek, tali, kawat, paku, drum, gedek, sasak, ban dalam mobil ukuran ban bus dan papan. Pengecekan akhir dilakukan dengan mencoba rakit di tepian Bengawan Solo (Bacem) dilakukan 6-7 Pebruari.1992. Setelah seluruh persiapan selesai, pada pukul 11.30 WIB tanggal 8 Pebruari 1992 rakit beserta peralatan dan logistik penunjang diturunkan ke sungai Bengawan Solo. Pada perjalanan perdana dari Bacem – lokasi pelepasan arung (Jurug), anggota team didampingi oleh Humas UMS dan beberapa anggota Malimpa.
Sebelumnya, dikampus pada pukul 09.15 – 10.00 telah dilakukan Upacara pelepasan oleh Bapak Pembantu Rektor III UMS. Upacara pelepasan di Jurug dilaksanakan pukul 13.10-14.00,akhirnya berbekal salinan Copy rekomendasi dari Polres Sukoharjo dan Surat pemberitahuan dari UMS untuk masing-masing lokasi yang disinggahi, Ekspedisi Penyusuran Sungai Bengawan Solo II mulai dilaksanakan.
Pengarungan:
Pengarungan sungai dengan menggunakan rakit tradisional untuk mengamati serta menemukan potensi wisata air di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo dimulai dari tepian Taman Jurug Surakarta dan rencananya akan diakhiri di Muara Ujung Pangkah, Gresik. Perjalanan ekspedisi ini di bagi dalam bentuk Etape,yaitu satu etape adalah satu hari pengarungan.
Etape I (8 Pebruari 1992) : Jurug,Surakarta -Sidokerto,Plupuh,Sragen
Di mulai pada pukul 14.00,beristirahat dan sholat sekaligus mengambil air bersih. Lalu dilanjutkan hingga tiba di Kaliyoso, melewati Kedung Sendang Mulyo yang luas dan berarus tenang. Pukul 16.30 tiba di Kebakkeramat melewati pusaran air dan beristirahat di wilayah Sidokerto,Plupuh,Sragen.
“Redupmu bersahabat, riakmu memberi kami semangat untuk menerjang semua yang menghambat”

Etape II (9 Pebruari 1992) :Sidokerto,Plupuh,Sragen – Pindi,Jenar,Sragen
Dimulai pukul 06.00,sampai Gawan,Tanon 2,5 jam perjalanan melewati daerah Sribit,Sidoarjo. Dan setelah melewati Kedung Swaci,tibalah team di kedung Garut pada tengah hari. Skitar jam 17.00 team menepi didesa Pindi,Jenar,Sragen untuk beristirahat.
Etape III (10 Pebruari 1992):Pindi,Jenar,Sragen BangunrejoLor,Pitu,Ngawi
Rakit sempat terseret arus dan menabrak batu,dan melewati percabangan sungai. Jam 08.15 team sampai di Mantingan,waktu istirahat dipergunakan melapor ke Polsek Mantingan dan belanja logistik. Pada jam12.00 sampai di Kedung Jati Mulyo. Team ekspedisi memasuki Kedung Batok pukul 14.00 yang mempunyai tikungan tajam serta arus yang deras. Selepas Kedung Batok team melewati Jembatan Wayah dan memasuki Kedung Galar,Pelanggaren sekitar ba’da ashar. Dalam etape ini team sempat mendapat kesulitan pada arus deras,pusaran dan arus balik yang sulit dilewati. Pukul 16.45 rakit melewati jembatan Conde lalu menepi untuk istirahat (camp) didesa Bangunrejo Lor Kec. Pitu,Ngawi. Team kemudian mengadakan acara silaturahmi dengan aparat desa dan warga.
Etape IV (11 Pebruari 1992) : BangunrejoLor,Pitu,Ngawi – Widodaren, Menden, Blora
Sehabis subuh team melanjutkan perjalanan, tidak begitu banyak halangan yang dilewati. Pukul 08.55 kawasan Trinil terlewati, dan sempat istirahat di desa Mindi Keca,Pitu,Ngawi. Selain istirahat, team juga melakukan orientasi medan selanjutnya dan juga berkesempatan mengikuti upacara Nyadran yang diadakan oleh masyarakat setempat. Perjalanan dilanjutkan,dan setelah melewati Kedung Kerak yang luas dan menarik, akhirnya team istirahat pada jam 17.00 didesa Widodaren,Menden,Blora.
Etape V (12 Pebruari 1992) : Widodaren,Menden,Blora – Jipang,Cepu,Blora
Seperti hari-hari yang lalu,team melanjutkan perjalanan dipagi hari melewati arus yang tenang, pukul 14.30 team Ekspedisi istirahat sejenak untuk membeli logistik yang semakin menipis di desa Kiringan,Ngrahu,Bojonegoro. Sampai desa Sumberarum team melalui tikungan tajam dengan pusaran air cukup besar yang mengakibatkan rakit menabrak tepian sungai. Setelah beberapa lama team istirahat di Dearah Jipang dan melapor ke aparat desa setempat.
Etape VI (13 Pebruari 1992) : Jipang, Cepu, Blora – Kenduruan, Malo, Bojonegoro
Di hari ke enam,team jalan pukul 05.15 dari Cepu,desa Jipang,Blora.Kemudian pukul 06.18WIB rakit memasuki Getas,Cepu,Blora lalu memasuki kota Cepu. Sungai mulai meluas, sekitar pukul 09.00 WIB rakit memasuki desa Badungan, lalu desa Kuncen,Kebon Agung, danTebo (perbatasan Tobo dan Kalitidu), kemudian dusun Sudu.Setelah menikmati santainya perjalanan lebih dari 2 jam dengan arus yang tenang, team menghadapi arus air yang bergelombang dibarengi tiupan angin kencang menyebabkan rakit selalu ditepi. Sampai-sampai dua anggota team (Wasiri dan Tony) turun ke air berusaha mendorong rakit, dan yang lain menggunakan satang serta dayung. Setelah cara dan usaha dilakukan untuk mendorong rakit ke tengah, tapi nampaknya angin dan hujan yang mulai turun. Akhirnya team pun menepi untuk istirahat sambil menunggu angin berhenti. Rakit mulai melaju lagi sekitar pukul 14.25 WIB, kurang lebih 20 menit perjalanan, rakit membelok dan team melewati Kedung Buwaan.
Etape VII (14 Pebruari 1992) : Kenduruan,Malo,Bojonegoro – Glagahsari, Soko, Tuban
Start dari tambatan rakit pukul 05.20 WIB dari desa Kenduruan. Setelah beberapa menit melewati air yang tenang dan sungai yang melebar dan lurus,team mulai memasuki Desa Kanjengan,Kalitidu,Bojonegoro. Hanyut lebih dari 2 jam, dengan arus sungai yang cukup tenang selain dapat beristirahat team pun dapat menikmati panorama alam sekitar aliran sungai Bengawan Solo yang indah.Jika perjalanan antara Bacem sampai dengan Ngawi team dapatkan bebatuan di sekitar DAS Bengawan Solo.Untuk selanjutnya kami dapatkan kebun-kebun dan persawahan,tapi sayangnya daerah sekitar lebih banyak erosi tanahnya yang dalam setahun dapat mencapai 2m .Sekitar pukul 08.00 WIB team mulai memasuki kawasan desa Sembung,Tidu,Bojonegoro, lalu desa Padang yang banyak terdapat pusaran-pusaran kecil,yang di gunakan penduduk sebagai tempat mencegat ranting-ranting kayu yang terbawa derasnya sungai sebagai mata pencaharian mencari kayu.Setelah itu team jumpai Bengawan Solo terbelah dua,dimana ditengan antara belahan tersebut ada daratan semacam pulau kecil yang luasnya kurang lebih 900m2 ,dengan panjang 300m yang berbentuk oval. Ketika memasuki desa Namblak,Gander,Bojonegoro pada pukul 09.40 arus sungi sangat tenamg dan angina bertiup semilir,membuat team bias beristirahat sejenak diatas rakit. Kecuali Syaefulloh dan Wereng yang bertindak pegang kemudi rakit. Pukul 11.30 WIB team tambatkan kembali rakit ditepi kota Bojonegoro untuk melaksanakan Sholat Jum’at.Selesai sholat team berusaha mengatasi pusaran air dan rumpun bamboo yang merunduk ketengah sungai karena hujan dan air yang naik,dengan perlahan rakit menyusup lewat bawah rumpun bamboo dan tem menggunakan satang dan dayung menahan batang bamboo satu persatu untuk melindungi rumah rakit terbentur bambu. Pada akhirnya rakit keluar dari rumpun bamboo meski sempat meninggalkan luka gores ditubuh.
Pukul 14.30 WIB team memasuki daerah kali Kethek dimana terdapt jembatan yang konon terpanjang di DAS Bengawan Solo. Setelahnya team harus menghadapi pusaran besar,angin kencang,menghindar dari perahu-perahu penduduk dan lagi-lagi rumpun bamboo.Team Ekspedisi memasuki wilayah Kabupaten Tuban setelah setengah jam perjalanan,yaitu dusun Kendal Rejo lalu Soko Tuban. Lalu Luduyakti – Mojo Agung. Pada perjalanan kali ini satang tertancap dan sempat tertinggal,tapi anggota team berhasil mendapatkan satang itu kembali.
Sesuai atas kesepakatan, pukul 16.45 rakit menepi dan ditambatkan di desa Glagahsari Soko Tuban dengan disambut warga dengan antusias, saat istirahat malampun…nyamuk juga menyambut team dengan antusiasnya.
Etape VIII (15 Pebruari 1992) : Glagahsari, Soko, Tuban – Bonten, Sekaran, Lamongan
Pagi yang cerah mengiringi laju rakit Team Ekspedisi. Pukul 07.25 WIB sampai di desa Tanor,Rengel,Babat. Sungai berkelok dan pemandangan bukit kapur yang menarik. Tiba di Kebomelati team melewati arus yang cukup tenang dan begitu luas. Tapi tim sempat kesulitan saat menghindari pusaran air yang banyak rumpun bamboo berduri ditengahnya,akibatnya harus kehilangan 1 satang dan putusnya tali bendera UMS. Memasuki Kota Babat ditandai dengan melewati jembatan Cincim yang unik pada tiang penyangganya pada pukul 13.12. Saat senja menjelang team menambatkan rakit di desa Bonten,Sekaran,Lamongan.Penduduk menyambut ramah.Di desa ini team menambah 1 satang untuk mengganti satang yang hilang.Malam hari team mencoba istirahat, tapi sulit dikarenakan banyaknya nyamuk.
Etape IX (16 Pebruari 1992) : Bonten, Sekaran, Lamongan – Mojopuro Wetan, Bongah, Gresik
Setelah mengambil air bersih,jam 05.00. team melanjutkan perjalanan .Belum lama berjalan rakit terbawa arus air dan menabrak tiang penyangga jembatan Laren,tapi tidak mengakibatkan rusaknya rakit karena tidak langsung menabrak tiang.Selepas jembatan Laren team membagi 2 klompok tuk bergantian mengemudi dan mendayung rakit,masing – masing selama 2 jam. Melewati pukul 16.30 memasuki Daerah Bonang, aliran sungai sangat tenang dengan pinggiran berupa rumpun ilalang. Sambutan warga sangat hangat,ketika team merapat ke desa Mojopuro Wetan,Bongah,Gresik pada pukul 17.00 WIB.Tiga anggota team melapor dan silahturahmi dengan kepala desa, mengenalkan diri sebagai Team Ekspedisi MALIMPA UMS yang secara murni mengadakan Ekspedisi untuk menggali wisata air.
Etape X (17 Pebruari 1992) :Mojopuro Wetan,Bongah,Gresik – Ujung Pangkah,Gresik
Merupakan etape terakhir dari semua etape ekspedisi yang telah di laksanakan.Mulai pukul 05.20 dan begitu melewati jembatan Bayat yang sangat rendah,sempat membuat tiang bendera roboh.Lewat pukul 07.00WIB team melewati arus yang tenang dan sungai yang lebar didesa Ngaren.Memasuki wilayah ujung Pangkah terdapat anak cabang Bengawan yang dikenal dengan sungai Sumbalan Yang bercabang lagi di Kali Mandian dan Kali Anyar.Dermaga nelayan ujung pangkah telah dilewati pada pukul 09.30 WIB.Setelah melewati 2 cabang sungai lagi, Sungai Weru dan Sungai Srewean.
Akhirnya Team Ekspedisi Penyusuran Sungai Bengawan Solo II MALIMPA UMS telah melewati titik tujuan.Tapi perahu terbawa arus menuju laut lepas,anggota team minta pertolongan nelayan terdekat.Dengan 3 perahu motor dan dibantu beberapa nelayan,tapi tetap tidak bias menarik rakit.Keputusan yang diambil adalah meninggalkan rakit dalm keadaan kosong.Malam hari jam 22.00,Team Ekspedisi langsung menuju rumah Kempling (Syaefulloh) Untuk kemudian kembali ke Kampus tercinta Universitas Muhammadiyah Surakarta.
/[ 1 komentar Untuk Artikel Ekspedisi Penyusuran Sungai Bengawan Solo II]\
Tony Astanto mengatakan...

Pengalaman yang indah
Ringkasan dokumen perjalanan ini terasa membawa kembali perjalanan saat itu

Posting Komentar

Silahkan Tulis Komentar Anda..Bebas Bertanggungjawab..