Dialektika Sejarah Perkembangan Organisasi.

|| || || 4 komentar
Oleh : Aris Munandar (Angkatan Pendiri MALIMPA UMS)
Ditulis ulang oleh : NIA 02 18 006 MPA

Beranjak dari perkembangan era 70 an dimana mulai bermunculan kampus-kampus perguruan tinggi swasta di Indonesia yang mengembangkan misi perguruan tinggi sebagai pencetak kader-kader bangsa. Keberadaan kampus dinilai bukan hanya sebagai lembaga yang meluluskan sarjana-sarjana dengan prestasi akademis yang baik akan tetapi kampus juga mengembangkan aspirasi minat bakat mahasiswanya. IKIP Muhammadiyah Surakarta yang sekarang lebih dikenal sebagai cikal bakal dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Carut marut perkembangan aktivitas mahasiswa secara nasional pasca era 65 an campur tangan pemerintah pusat banyak melatar belakangi kegiatan kemahasiswaan dengan batasan meredam aktivitas yang dinilai kurang baik dengan merubah dewan perwakilan mahasiswa (DPM) menjadi badan kordinasi kemahasiswaan (BKK) yang lebih mengedepankan kegiatan minat bakat, penalaran, kesejahteraan mahasiswa dan keagamaan yang didibawahi langsung pembantu rektor III sebagai penanggung jawab semua kegiatan kemahasiswaan.
IKIP Surakarta yang beralamat di jalan brigjend Sudianto Surakarta mulai mengembangkan berbagai kegiatan aktifitas kemahasiwan mulai terbentuk didalamnya seperti lembaga penerbitan mahasiswa, resimen mahasiswa, Teater dan Mapala yang terbentuk bersamaan pada tahun 1979.
Mapala yang pada era itu belum memiliki nama hanya sebatas kegiatan dulu yang dilaksanakan sambil memikirkan atribut pendukung suatu organisasi, lebih bersifat kegiatan mendaki gunung, camping dan pengakraban di alam. Setahun berselang baru lah muncul ide nama mahasiswa muslim pecinta alam (MALIMPA) sebaga nama organisasi mapala di IKIP Surakarta dengan pertimbangan misi amal makruf nahi mungkar yang menjadi pijakan bergiat, tidak dapat di pungkiri institusi muhammadiyah menjadi patokan dalam berkegiatan hal itu yang memunculkan penambahan kata Muslim diantara kata mahasiswa pecinta alam berdasarkan ide bpk mahmudi soleh “entah namanya seperti apa yang penting ada kata muslimnya” pada era era awal berdirinya organisasi peran-peran pihak kampus sangat mendukung seperti bp muchson burhani dan bp marpuji ali banyak terlibat dalam kegiatan di era-era awal berkegiatan yang kemudian Malimpa ikip surakarta berubah menjadi malimpa universitas muhammadiyah surakarta pada tahun 1983 dengan kampus di pabelan..
Kegitan awal malimpa hanya berupa napak tilas, penelusuran gunung di sekitar surakarta dan diskusi antar pecinta alam seperti kegiatan napak tilas solo hingga sine, magetan, pacitan merupakan bentuk rasa syukur anggota Malimpa dalam mengisi Milad Malimpa. Bukan hanya kegiatan-kegiatan napak tilas seperti kegiatan ekspedisi bengawan solo tahun 83 merupakan bentuk ril kegiatan mapala pada masa itu dengan harapan dapat memberi masukan pada pihak terkait di sekitar das bengawan solo untuk pengelolaanya kegiatan itu menitik beratkan survey lapangan serta verivikasi kerusakan ekologi bengawan solo sebagai sungai terpanjang di pulau jawa.
Proses rekrutmen anggota juga masih cukup sederhana, yaitu mengambil peran pada penerimaan mahasiswa baru dengan mengisi formulir kemudian berkegiatan bersama dan dilantik menjadi anggota malimpa.
Struktur kepengurusan juga tidak se lebar era sekarang, pengurus hanya terdiri dari: ketua, sekretaris, bendahara, seksi napak tilas, gunung dan kerohanian yang kemudian semakin berkembang menjadi banyak macam divisi keahlian. Segala macam inventaris menjadi tanggung jawab sekretaris dalam pengelolaanya, bendera , tenda camping dan kompas merupakan barang yang pertama di miliki malimpa.
Seiring berjalanya waktu serta melihat perkembangan organisasi mapal lainya yang ada di Indonesia pada tahun 83-84 merupakan pendidikal dan latihan pertama Malimpa UMS dengan panitia dan Instruktur dari Malimpa dan Anggota Menwa UMS karena sebagian besar anggota Malimpa juga menjadi anggota menwa. Dengan materi manajemen perjalanan, baris berbaris, olah raga dan olah tenda. Diklat I menjadi embrio perkembagan pendidikan dan latihan dasar malimpa hingga sekarang dengan materi-materi dan latihan yang lebih baik. Era awal malimpa berdiri organisasi ini memiliki banyak keterbatasan baik perlengkapan, skill serta pemahaman tentang kematerian, satu hal yang masih menjadi harapan dalam melaksanaakan kegiatandari malimpa berdiri hingga sekarang adalah dalam setiap kegiatanya malimpa harus dapat membawa misi dari organisasi untuk menjadi mahaisiwa pecinta alam yang “muslim” baik dari tutur bahasa, tingkah laku serta aktifitas dalam bergiat baik di dalam dan diluar kampus karena ini yang membedakan Malimpa dengan unit kegiatan yang lain.
/[ 4 komentar Untuk Artikel Dialektika Sejarah Perkembangan Organisasi.]\
Mahapeka UIN sunan Gunung Djati Bandung mengatakan...

menurut saya setiap nama (simbol) selalu akan ada alasan-alasan mendalamnya ketika dicipta. Karena simbol adalah representasi dari kehendak para founding father kita/harapan untuk organisasi yang didirikannya. Bila tidak adapun itu bukan berarti tidak bermakna, tapi kita sebagai penerus harus memaknainya. Tidak hanya dengan sebentuk wacana2 tertulis tapi juga dengan sikap2 yang meresap dikehidupan sehari2 dalam pemaknaanya. Dan itulah mungkin yang dinamakan PENDIDIDKAN. kITA SEBAGAI MAPALA YANG MUSLIM tentunya juga harus tidak lepas dalam ke-Islaman kita, ketika berkegiatan maupun bergaul dengan mapala2 lainnya. Yang dalam tanda petik "tidak menjunjung tinggi ke-Islamannya"

vendi rafael da "tulang" mengatakan...

kapan malimpa latian bareng ma mpa tingkat fakultas...???kog gag pernah latian bareng sehhh???dri tjah ums juga

Arif Rahmawan mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Arif Rahmawan mengatakan...

siip

Posting Komentar

Silahkan Tulis Komentar Anda..Bebas Bertanggungjawab..