JAMBORE V FKMI PTMSI MALIMPA UMS

|| || ,, || 1 komentar

Jambore terbentuk dari ide organisasi Mapala Perguruan tinggi Muhammadiyah (STACIA UMJ, DIMPA UMM, dan MAPALA UMY) sekitar tahun 1996. Pertama jambore Pecinta Alam diadakan pada agustus 1997, jambore II dilaksanakan November 1998 di Mapala UMP (Palembang), Jambore III dilaksanakan pada Agustus 2000 sebagai tuan rumah Rayon III, jambore IV dilaksanakan Mei 2003 dan jambore V sebagai tuan rumah adalah MALIMPA UMS.

Persiapan menjelang JAMBORE V FKMI PTMSI MALIMPA UMS dimulai dengan membetuk SC pada akhir kepengurusan 2003/2004 dengan anggota Moh.ilham, Eri Triyanto, Syaeful Hanafi, Suratno, Bambang SW, Kandu Prakoso dan Yunata Suryaningrat. Kemudian pada RATAMA ke XXIV hasil pembahasan sementara SC dipresentasikan ke anggota MALIMPA. Kerja SC meliputi pembuatan konsep Jambore V FKMI mapala PTMSI dan mengontrol kerja kepanitiaan serta membuat proposal awal dan pencarian pelindung dan penasehat yang meliputi Gubernur, Rektor, dan PP Muhammadiyah serta bupati lokasi kegiatan Jambore. Dibentuk panitia pada oktober 2004 yang diketuai Thofik Yuswantoro. Persiapan yang dilakukan perkomisi antaralain untuk komisi I pencarian lokasi kegiatan dan pencarian pemateri seminar lingkungan yang bertemakan pemanfaatan PLTN Sebagai energy alternative juga koordinasi dengan BPS tentang agenda sarasehan. Sedangkan untuk komisi II survey pra-pelaksanaan dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2005, dari komisi II yaitu divisi Panjat Tebing, Susur Gua, Gunung Hutan dan Arung Jeram. Cerita per devisi dari team panitia Panjat Tebing dimulai dari survey pertama (5 – 7 Maret 2005) untuk keperluan perijinan lokasi dan permohonan pemateri dari BKSDA dan BAPOMI, mengetahui lokasi (sesuai hasil quisioner : base camp, Rumah Sakit, air, dan lain-lain), survey lokasi (mengetahui lokasi / jalur yang akan dijadikan lintasan pemanjatan), percobaan jalur pemanjatan (Artificial), pembuatan jalur pemanjatan (pemasangan bor). Untuk survey kedua Latihan Pemantapan I (11-14 Maret 2005) dengan target urusan perijinan selesai, percobaan jalur pemanjatan (Arificial dan Sport), pembuatan jalur pemanjatan (pemasangan bor), menentukan lokasi vertical rescue. Latihan Pemantapan II (25-28 Maret 2005) dengan percobaan jalur pemanjatan (Artificial dan Sport), pembuatan jalur pemanjatan (pemasangan bor), pembuatan jalur untuk vertical rescue. Latihan Pemantapan III (9-11 April 2005)dengan target percobaan jalur pemanjatan (Artificial dan Sport), pembuatan jalur pemanjatan (pemasangan bor), pembuatan jalur untuk vertical rescue. Latihan Pemantapan IV (16-18 April 2005). Untuk latihan pemantapan V tanggal 21-24 April 2005 untuk pemantapan lokasi guna Gladi Bersih yang dihadiri oleh Rayon IV tanggal 5-8 Mei 2005.

Sedangkan dari team divisi Susur Gua menceritakan survey demi survey pra pelaksanaan JAMBORE V FKMI PTMSI, yang dimulai tanggal 30– 2 April 2005 Maret 2005 untuk survey pertama dengan target mengetahui lokasi goa serta aksesbilitas menuju ke lokasi dan kemudian menentukan goa yang akan digunakan, mengeksplore goa yang akan dipakai untuk kegiatan serta aksesbilitas base camp, rumah sakit, air dan pasar terdekat. tanggal 8 – 10 April 2005, team survey mengeksplore ulang Goa, memetakan lorong –lorong goa serta melengkapi fasilitas peserta. Awal bulan Mei 2005 dilaksanakan survey pada tanggal 6 – 8 Mei 2005 dengan penyelesaian perijinan, pengeksploran goa – goa serta menyediakan transportasi antar jemput ke lokasi. Terakhir latihan pemantapan tanggal, 10-13 Mei 2005,untuk pemantapan lokasi serta gladi bersih dengaan Mapala rayon IV.team Gunung Hutan Dimulai pada tanggal 27 Februari 2005 untuk survey lokasi dan validasi data. Dilanjutkan pada awal bulan Maret 2005, tepatnya tanggal 4 – 6 Maret 2005 dengan target survey lapangan, validasi jalur (fix jalur) dan arahan perijinan. Masih di bulan Maret tanggal 19 – 21, team survey mengadakan aplikasi materi (panitia), penyelesaian perijinan dan pemasangan marker jalur. Berganti bulan, team survey kembali mengadakan survey u pada tanggal 8 – 11 April 2005 yang sekaligus diadakan, validasi team, latihan pemantapan dan survey team PTM. Pada tanggal 30 April – 3 Mei 2005 dilaksanakan latihan pemantapan dan general checking lapangan. Di samping survey – survey yang sudah diceritakan, team survey juga mempersiapkan jalur emergency yaitu apabila ada sesuatu hal tidak diinginkan, penanganannya akan lebih mudah dan cepat. Jalur emergency yang dipersiapkan yaitu Instansi kesehatan puskesmas Ngargoyoso (Kemuning), keamanan POLSEK Ngargoyoso & POLSEK Jenawi, perijinan kawasan Resort Tambak & Kawasan Resort Lerak RPH lawu Utara (Asper Tawang Manggu) KPH Surakarta, pemantauan Bankom HIMALAWU (Ceto) Dial 14.640.00, pemantauan Bankom Genta Pala Tambak (dial 14.562.00) dan pemantauan Bankom SAR Karanganyar (dial 14.714.00). Arung Jeram juga punya cerita persiapan JAMBORE V ini yaitu pada tanggal survey pertama sebagai koordinator lapangan yaitu koordinator komisi II untuk Latihan Gabungan, pembentukan tim kunci yang nantinya membantu dalam pelaksanaan hari H serta tim pendukung yang nantinya membantu dalam pelaksanaan hari H, Target survey pertama ini yaitu pemerataan skill pelaksana, pemantapan konsep, pendataan Sungai Elo sebagai salah satu konsep pendukung. Sedangkan dari segi non teknis penyelesaian perijinan lokasi, penginapan dan survey jalur darat oleh tim pendukung. Untuk yang kedua kali survey dilaksanakan dengan pelaksana 8 orang sebagai tim teknis dan 8 orang sebagai tim pendukung. Targetan kali ini secara teknis yaitu pemantapan konsep, pendataan Sungai Elo untuk konsep pendukung, pemantapan tim teknis dan fix materi sedangkan non teknis yaitu survey jalur darat dan pengkondisian untuk JAMBORE, fix materi dan fix buku panduan untuk peserta. Untuk survey yang ketiga kalinya sebagai pelaksana yaitu tim teknis, tim pendukung dan tim skipper dengan tujuan gladi kotor dan general checking. Pada tanggal 22 – 24 April 2005 dengan tim pelaksana sama dengan sebelumnya dan dengan tujuan yang sama pula demi kemantapan nanti pada saat hari H di lapangan.

Pelaksanaan sarasehan pada Jambore V FKMI MAPALA PTMSI sesuai kesepakatan panitia pada komisi 1 dimulai pada hari Jum’at, 20 Mei 2005 pada pukul 13.00 di kampus UMS yang didahului dengan seminar lingkungan hidup dengan tema ”Pemanfaatan PLTN Sebagai Energi Alternatif” yang menghadirkan beberapa pembicara yaitu(Bpk. Karliansyah; perwakilan dari Kementrian Lingkungan,idup RI, Arnold Y Soetristanto; perwakilan dari BATAN(Badan Tenaga Nuklir Nasional), Adi Nugroho; perwakilan dari WALHI(Wahana Lingkungan Hidup)).

Setelah acara seminar lingkungan hidup selesai peserta istirahat di ruang seminar gedung J, dan dilanjutkan dengan acara diskusi dengan kalangan PP Muhammadiyah dan Drs. Djalal Fuadi mengenai totalitas dan legitimasi mapala PTM se-Indonesia. Tetapi pada pelaksanaanya diskusi hanya dihadiri oleh Drs. Djalal Fuadi yang dimoderatori oleh Moh.Ilham, dikarenakan pada saat itu PP Muhammadiyah yang rencananya diwakili oleh DIKTI Muhammadiyah tidak dapat hadir karena ketiadaan personel dari DIKTI Muhammadiyah.

Permasalahan ketidakhadiran dari pihak DIKTI sempat menjadi sebuah polemik dalam kepanitiaan, yang pertama, karena pemberitahuan ketidakhadiran 4 hari sebelum pelaksanaan. Kedua, karena dari pihak DIKTI ternyata mempunyai kebijakan agar penyampaian diskusi tersebut cukup diwakilkan oleh Pembantu Rektor III UMS. Permasalahan yang kedua inilah yang menjadi kenapa teman-teman panitia sempat bersitegang dengan pihak DIKTI Muhammadiyah karena pelimpahan wewenang kepada Pembantu Rektor III semestinya tidak dilakukan karena (dengan tidak mengurangi rasa hormat) untuk permasalahan legitimasi FKMI Pembantu Rektor III UMS tidak mem punyai kepentingan ke arah sana.

Setelah rangkaian acara sarasehan di kampus selesai, hari Sabtu 21 Mei 2005 seluruh peserta sarasehan menuju ke Tawangmangu untuk melakukan sidang sarasehan FKMI MAPALA PTMSI yang merupakan forum tertinggi dalam FKMI. Dalam perjalanan menuju Tawangmangu ada sedikit hambatan dari segi transportasi yaitu 1 bus kampus mengalami kerusakan.

Pada pelaksanaan sidang ternyata waktu yang telah ditetapkan panitia mengalami kemoloran dan harus dilanjutkan di kampus, hal ini dikarenakan perbedaan pandangan akan sesuatu yang dibahas dalam sidang tersebut diantaranya:

a. Pada saat pembahasan tata tertib sidang; pada pembahasan tata tertib sidang terjadi pembahasan yang pelik mengenai status tata tertib sidang hasil sarasehan Jambore IV di Palu apakah masih berlaku ataukah itu hanya berlaku pada saat sidang sarasehan Jambore IV

b. Pada saat pembahasan pedoman dasar; ada 3 opsi pendapat mengenai forum FKMI:

1. FKMI adalah jambore

2. FKMI kembali ke kerangka awal pembentukan

3. FKMI mempunyai legalitas sendiri tentang kelembagaanya agar forum ini mempunyai peran yang lebih besar

c. Pada saat pemilihan BPS tentang mekanisme pemilihanya yang menggunakan sistem formatur.


Pada acara sidang di Tawangmangu juga terdapat acara sharing dengan pelaku sejarah jambore yaitu Bambang Sapto Winahyo dari MALIMPA UMS, Tarik dari DIMPA UMM, Baron dari mapala UMY, Musa (Kempong) dari DIMPA UMM, Jimmy dari STACIA UMJ. Acara sidang sendiri selesai pada hari Selasa, 24 Mei 2005 pada pukul 19.30 di ruang seminar gedung J kampus II UMS. Tapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam sidang sarasehan JAMBORE V merupakan sebuah permasalahan yang signifikan artinya semua permasalahan selama berdirinya FKMI menjadi pembahasan dalam sidang ini, sehingga adanya kekeliruan atau disorientasi tentang keberadaan forum kedepannya tidak terjadi lagi.

Pelaksanaan komisi II dalam latgab ini Gunung Hutan mengambil jalur start Tambak dan finish Ceto, sebagai lokasi Latihan Gabungan Gunung Hutan. Demikian kami paparkan data secara menyeluruh tentang lokasi kegiatan yang telah terlaksana dalam Jambore V FKMI MAPALA PTM se-Indonesia.

Data lokasi kegiatan

Nama Gunung: : Lawu 3265 mdpl

Nama jalur : Start Tambak Finish Ceto

Jenis/Karakter : Strato/ Aktif Pasif Terlihat Dari kawah yang aktif

di pos III jalur Cemoro Kandang .

Peta : Topografi AMS Sheet Karang Pandan

Jalur : Dari Sisi Jawa Tengah Terdapat 3 Jalur Pendakian

· Cemoro Kandang, Gondosuli Kab. KarangAnyar

· Ceto, Tawang Rejo Kab. Karanganyar

· Tambak, Berjo Kab Karanganyar

Dari sisi Jawa Timur Terdapat 2 Jalur Pendakian

· Cemoro Sewu, Sarangan Kab Magetan

· Jogorogo Kab Ngawi

Lokasi Jalur : Start Ceto, Dsn Ceto / Tawang Rejo Ds Gumeng Kec Jenawi Kab Karang Anyar

Finis Tambak, Dsn Tambak Ds Berjo Kec Ngargoyoso Kab Karang Anyar

Jalur transportasi : Solo – Sragen – Balong – Ceto / Solo –Kr Pandan (Bus)- Kemuning – Ceto.

Solo – Kr Pandan– Candi sukuh – Tambak /

Solo – Kr Pandan – Srandon – Tambak

Kelayakan Jalur : Jalur Ceto variatif dari yang Flat hingga Extreme.batas Jalur Tambak Tertutup Terjal kondisi jalur masih alami, jalan setapak kondisi kedua jalur secara kawasan hutan masih dapat dilihat perbedaan antara hutan produksi dan hutan dataran tinggi Tropis, dikarenakan jalur Tambak belum begitu banyak di eksplorasi, sedangkan ceto masih dikatakan memadai untuk pengiat alam bebas dikarenakan londisi medan masih tertutup pada zona-zona tertentu.

Peta : Peta UTM © AMS Sheet Karang Pandan, peta LCO ©

Diktop AD/ AMS sheet Karang Pandan, Gunung Lawu &

Peta Rupa Bumi © Bakosurtanal Sheet Gunung Lawu

Team Teknis Latgab Gunung Hutan terdiri dari 15 orang tim teknis dan 5 orang tim non teknis dan mempunyai target kegiatan dan bentuk kegiatan berupa adanya penyamaan persepsi tentang ilmu - ilmu gunung hutan beserta penunjangnya antar sesama MAPALA PTM se-Indonesia. Adapun materi lapangan pendakian gunung & diskusi kematerian penunjang ilmu gunung hutan yaitu di lapangan meliputi Navigasi darat & Pendakian gunung lawu serta Pengenalan Ekosistem Kawasan Gunung Lawu. Untuk materi diskusi Navigasi Darat : IMPK, GPS, Pioneering ; Manajemen Ekspedisi : Persiapan Teknis Pra Ekspedisi, Manejemen pendakian ; Mountain Rescue : SAR Gunung, Fotografi

Pendakian gunung Lawu yang yang merupakan salah satu gunung dengan ketinggian lebih dari 3000 mdpl memiliki beragam vegetasi di dalamnya diantaranya ; Hutan dataran tinggi, hutan tropis dataran tinggi dan hutan sub alpine, ini terlihat dari karakter hutan yang ada perketinggian dengan dominasi vegetasi yang berbeda.

Untuk mempermudah proses Transfer Materi dan perjalanan perharinya peserta dibagi menjadi 3 Kelompok dengan jumlah masing-masing 6 hingga 7 orang, dengan keseluruhan peserta 19 orang. Dengan masing- masing didampingi satu pendamping lapangan.

Sehingga selengkapnya hasil yang dicapai dalam Jambore V tentang komisi II Latihan Gabungan Gunung Hutan : alur yang digunakan baik start / finish memiliki tingkat kesulitan yang sama dikarenakan memiliki tingkat kemiringan yang hampir sama berkisar 5º hingga 55º dengan suhu berkisar antara 7 ºC hingga 29ºC.

1. Pengaplikasian navigasi darat dengan mengunakan Transformasi Grid Dari Grid 8 angka ke koordinat geografis.

2. Pengaplikasian manajemen pendakian dan sistem komunikasi dalam sebuah kegiatan gunung hutan.

3. Secara keseluruhan peserta mencapai puncak dan tidak mengalami permasalahan yang berarti.

4. Data sosial budaya penduduk dusun Tambak desa Berjo kec Ngargoyoso kab Karanganyar. Diketahui bahwa masyarakat di sekitar kawasan masih berpegang pada adat Jawa yang menjadi mayoritas Suku di daerah tersebut.

Secara keseluruhan latihan gabungan gunung hutan bukan berarti tidak mengalami kendala, akan tetapi sangat banyak mengalami kendala dari hal yang kecil hingga yang besar dari masalah materi dari penguasaan maateri yang ditawarkan nihil sehingga dari briefing materi hanya difokuskan pada materi navigasi, dikarenakan dari setiap delegasi memiliki gambaran tentang materi berbeda bahkan ada yang belum menguasai sehingga banyak aplikasi materi yang ditiadakan salah satunya data tentang flora & fauna sekitar jalur gunung Lawu tidak dapat diketahui secara pasti teknik pendokumentasian jalur.

Beberapa kondisi jalur yang susah mendapatkan sumber air jalur Tambak pertigaan pos IV, Flaying II Sendang Derajat, sendang macan yang jarak mata air jauh dari jalur pendakian sehingga di perlukan menejemen air yang baik serta kondisi cuaca yang cepat berubah sehingga sngat menyulitkan untuk orientasi medan.

Untuk itu pelaksanaan Jambore VI mengenai latihan gunung Hutan :

1. Perlu adanya peningkatan materi dari materi induk yang sudah dilaksanakan pada Jambore sebelumnya.

2. materi yang akan diangkat perlu di sosialisasikan pada para peserta

3. adanya persamaan presepsi tentang konsep Latihan Gabungan.

4. jika itu materi yang baru di kenal di kalangan Mapala PTM sebaiknya perlu untuk menghadirkan Pemateri untuk meluruskan presepsi.

5. pendelegasian, informasi tentang materi yang diangkat pada Jambore sebelumnya harus di sosialisasikan pada delegasi Jambore berikutnya sehingga proses peningkatan Grade materi bisa di laksanakan tidah harus mengulang semua dari awal lagi.

Sehingga orientasi gunung Hutan tidak hanya pada kegiatan Adventure saja juga berorientasi pada kegiatan yang ilmiah oleh karena itu setiap OPA delegasi memiliki persamaan penguasaan materi induk dan pada pelaksanaan Jambore kita bisa melaksanakan materi-materi pe

Kegiatan ini kami lakukan dalam rangkaian Jambore FKMI PTMSI dalam Komisi II Divisi Latgab Panjat Tebing yang bertujuan sebagai ajang dalam merealisasikan ilmu/teori Panjat tebing dan menambah jam terbang dalam pemanjatan sekaligus dapat mempererat tali persaudaraan di antara penggiat alam bebas khususnya panjat tebing. Tebing Sukolilo merupakan salah satu tebing yang terletak di Desa Kedung Winong RT 1/I Kec. Sukolilo Pati JATENG. Tebing tersebut + 1,5 km dari jalan utama Purwodadi-Pati. Tebing ini memiliki ketinggian yang bervariasi, Vegetasi sekitar tebing mayoritas pohon Randu dan ladang penduduk yang sebagian besar ditanami jagung dan srikaya. Tebing tersebut berada di ladang penduduk.

Melihat karakteristiknya, tebing ini tersusun atas batuan kapur yang telah mengalami pelapukan pada bagian terluar batuan sehingga terbentuklah crack dan lubang pada tebing tersebut. Pelapukan tersebut disebabkan karena tidak terjadinya pelapisan pada batuan kapur (stratification) secara sempurna. Dan hal ini didukung oleh daya mekanis dari tetesan air hujan dan juga adanya proses kimiawi yang berlangsung terus-menerus.

Tebing tersebut terpecah-pecah sehingga lebarnyapun bervariasi, untuk ketinggian tebing 20-50 m dengan jenis batuan karst. Untuk sudut kemiringan + 90 0, habitat di sekitar tebing didominasi burung, kupu-kupu, lalat, kakiseribu dan masih banyak habitat yang terdapat di sekitar tebing. Penduduk disekitar tebing didominasi oleh suku jawa dengan mata pencaharian sebagian besar adalah bertani. Untuk kebudayaannya tidak jauh berbeda dengan masyarakat jawa pada umumnya.

Data lokasi kegiatan

Nama tebing : Tebing Sukolilo.

Nama jalur : -

Tinggi tebing : 10 m – 50 m.

Jenis/nama batuan karst.

Lokasi tebing : Ds. Kedung Winong, RT. 1/1 Sukolilo Pati.

Kondisi jalan menuju tebing : jalan setapak.

Desa/dusun terdekat : Kedung Winong.

Kelayakan tebing : tebing mempunyai grade yang variatif dari yang rendah sampai yang tinggi, shingga kita dapat menyesuaikan grade yang ada dengan proses pelatihan.

Tim panjat tebing terdiri dari 7 orang tim teknis dan 11 orang tim non teknis. Secara garis besar hasil yang didapat dalam latihan gabungan divisi panjat tebing adalah tercapainya target dan materi. Demikian hasil yang telah didapat selama kegiatan:

  1. Aplikasi pemanjatan artificial (knotting, Ascending / descending, teknik pemanjatan, teknik pembuatan jalur, manajemen pemanjatan)
  2. Aplikasi vertical rescue
  3. Diskusi konservasi
  4. Pengabdian masyarakat

Setelah hasil yang didapatkan yang kiranya masih terdapat banyak kekurangan maka evaluasi sangat diperlukan untuk majunya kegiatan ini. Evaluasi - evaluasi kami laksanakan setiap selesai kegiatan dalam satu harinya. Demikian beberapa hasil evaluasi secara menyeluruh

· Dalam pendelegasian peserta yang datang kurang menguasai materi yang ditawarkan / ada pembekalan dari organisasi masing-masing sehingga benar-benar terciptanya latgab

· Materi yang diulang-ulang dalam setiap Jambore yang diadakan, sehingga materi yang didapat dan diaplikasikan tidak mengalami perkembangan

Beberapa hasil yang telah diperoleh dari kegiatan tersebut dan berdasarkan hasil evaluasi bersama tiap harinya maka dapat diambil kesimpulan dan saran untuk kegiatan berikutnya yang khususya kegiatan serupa dalam konteks FKMI Mapala PTMSI sebagai berikut:

  1. Pendelegasian peserta dari masing-masing organisasi minimal harus sudah menguasai materi dari masin masing organisasi yang kemudian dibawa untuk bahan diskusi atau disampaikan dalam latgab, dari masing masing materi kemudian diharapkan tercipta persamaan atau standarisasi dalam materi yang akan dipakai kemudian hari.
  2. Peningkatan Grid dalam setiap kegiatan
  3. Peralatan setandar yang sesuai prosedur dalam bergiat (safety procedur) sehingga keamanan dan kenyamanan dapat dicapai.
  4. Transfer ilmu yang didapat ke organisasi masing-masing

Di Indonesia membentang bukit kapur yang mempunyai ciri dan karakteristik tersendiri.Salah satunya yaitu kawasan karst gunung sewu yang membentang dari selatan Yogyakarta sampai ke daerah Pacitan, Jawa Timur. Dimana dikawasan karst Gunung Sewu mempunyai karakteristik tersendiri dan keunikan serta mempunyai kekayaan hayati dan nirhayati yang sangat beragam. Kabupaten Wonogiri termasuk dalam kawasan karst Gunung Sewu yang daerahnya berbatasan dengan kabupaten Pacitan, DIY Yogyakarta dan Sukoharjo mempunyai yang di dalamnya banyak terdapat goa-goa atau luweng yang belum dieksplore dan kultur budaya dan kehidupan masyarakat yang unik. Karena itulah latgab divisi susur goa mengambil lokasi di daerah Song Bledek dan Ketos kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri selain melakukan eksplore kita mempelajari tentang adat serta budaya penduduk

DESKRIPSI GOA :

1. Goa Kumoloretno

Secara goegrafis terletak di dusun Tlogorejo desa Song Bledek goa ini berjarak 300 meter dari base camp. Merupakan goa horizontal dimana lokasinya berada di pinggir jalan dekat dengan rumah penduduk. Goa Kumoloretno merupakan goa vertikal dengan kedalaman 5 meter dan internal pitch sekitar 6 meter. Keadaan ornamen di dalamnya sebagian mati dan sebagian masih aktif. Goa ini dulu merupakan goa pariwisata. Vegetasi endemik di sekitar mulut goa adalah pohon jati.kedaan lorong kering dan batuan di dalamnya rapuh .jarak dari base camp adalah 300 meter.

2. Goa Karang pasir

Goa Karang Pasir terletak di dusun Tlogorejo desa Song Bledek dimana lokasinya di punggungan cockpit. Merupakan goa horizontal dengan panjang lorong 50 meter dan mempunyai dua entrance atau tembus.kondisi lorong di dalamnya kering dan ornamen di dalamnya sebagian masih aktif dan sebagian sudah mati serta kondisi atap goa yang rendah sehingga diperlukan teknik khusus pada waktu penelusuran. Vegetasi flora disekitar mulut gua adalah pohon jati, dan tanaman penduduk. Fauna nya adalah kupu-kupu, jangkrik. Jarak dari base camp 500 meter

3. Goa karet

Goa Karet terletak di dusun Tlogorejo desa Songbledek. Goa ini terletak di doline tepatnya di pekarangan penduduk .Merupakan goa horizontal dimana letak mulut goanya agak tinggi sekitar 3meter dari tanah sehingga untuk masuknya harus memanjat terlebih dahulu. Keadaan lorongnya kering, dengan atap yang rendah .ornamen di dalam goa karet masih aktif. Fauna di sekitar mulut goa adalah pohon jati, pohon kelapa dan tanaman palawijo. Fauna disekitar mulut goa adalah kupu-kupu, jangkrik. Jarak dari base camp 2 km

4. Goa Kutah

Goa Kutah terletak di dusun Bulu desa Song Bledek. Lokasinya berada di doline. Merupakan goa horizontal dengan panjang lorong sekitar 200 meter, setelah itu ada internal pitch sekitar 30 meter. kondisi lorongnya berair ornamen di dalamnya masih aktif. Goa Kutah sendiri dimanfaatkan untuk diambil airnya oleh warga sekitar untuk sumber mata air. Vegetasi flora di sekitar mulut goa adalah pohon bambu. Fauna di sekitar mulut goa adalah kupu-kupu. Jarak dari base camp (Pak Polo) sekitar 5 km

5. Goa Mriko

Terletak di dusun Kuniran desa Ketos. Lokasinya berada di punggungan cockpit. Merupakan goa vertikal dengan kedalaman lorong vertikal 35 meter dan lorong horisontal 30 meter. Keadaan lorong di dalamnya berlumpur. Ornamen di dalamnya masih aktif, vegetasi flora di sekitar mulut goa adalah pohon jati, pohon kelapa dan tanaman palawijo. Jarak dari base camp (Song Bledek) sekitar 15 km .

Data Lokasi Kegiatan

Data geografi

Nama goa : Karang Pasir, Kumoloretno, Karet

Letak Administratif

Dukuh : Tlogo rejo

Desa : Song Bledek

Kecamatan : Paranggupito

Kabupaten : Wonogiri

Propinsi : Jawa Tengah

Pulau : Jawa

Kawasan Kars : Gunung Sewu (seribu)

Gunung Terdekat : Lawu

Laut Terdekat : Samudra Hindia

Nama goa : Kutah

Letak Administratif

Dukuh : Bulu

Desa : Song Bledek

Kecamatan : Paranggupito

Kabupaten : Wonogiri

Propinsi : Jawa Tengah

Pulau : Jawa

Kawasan Kars : Gunung Sewu (seribu)

Gunung Terdekat : Lawu

Laut Terdekat : Samudra Hindia

Nama goa : Mriko

Letak Administratif

Dukuh : Kuniran

Desa : Ketos

Kecamatan : Paranggupito

Kabupaten : Wonogiri

Propinsi : Jawa Tengah

Pulau : Jawa

Kawasan Kars : Gunung Sewu (seribu)

Gunung Terdekat : Lawu

Laut Terdekat : Samudra Hindia

Jalur transportasi :Solo-Pracimantoro-Giribelah-Paranggupito-Songbledek-Solo.

Kegiatan Latihan gabungan divisi susur goa dilaksanakan selama 3 hari .Untuk hari pertama yaitu aplikasi dan simulasi Teknik SRT dan Vertical Rescue di luar goa yaitu di lapangan dan pengambilan data untuk pemetaan goa yang lokasinya di goa Karang pasir. Untuk hari kedua tanggal 22 Mei 2005 eksplore di goa Kutah dengan Materi TPGH dan Etika dan Bahaya Penelusuran Goa dan Aplikasi Fotografi Goa di goa Karet dimana peserta dibagi menjadi dua kelompok. Hari ketiga tanggal 23 mei 2005 kegiatan eksplore goa Mriko dengan materi TPGV dimana peserta menjadi satu kelompok.

Secara umum kegiatan JAMBORE khususnya latihan gabungan divisi penelusuran goa berjalan dengan baik, namun beberapa hal perlu ditelaah bersama adalah perlunya kerjasama yang baik antara peserta JAMBORE dan panitia kegiatan (tuan rumah ). Beberapa kendala yang ada antara lain tidak semua peserta menguasai teknik – teknik single rope technique, kekompakaan peserta waktu aplikasi mapping masih kurang, peserta belum tahu cara penggunaan alat mapping (khususnya clino sunto dan kompas), kurang aktiffnya siswa waktu diskusi, kurangnya manajemen peralatan dan kurangnya perhatian kepada peralatan yang digunakan. Sekalipun dalam pencapaian target dapat terlaksana yaitu melakukan penelusuran di goa vertikal dan horizontal, aplikasi dan diskusi fotografi goa, simulasi cave rescue (man to man dan counterbalance)

, diskusi dan aplikasi pemetaan goa serta menguasai tekhnik SRT. Dengan hasil yang dicapai antara lain peserta mengerti peralatan SRT, peserta menguasai teknik Single Rope Technique, mengerti Self Rescue khususnya Man to man dan Counterbalance, mengerti penggunaan alat dalam mapping, pengaplikasian fotografi goa dan mengerti teknik penelusuran goa vertikal dan goa horisontal.

Latihan gabungan Arung Jeram yang bertempat di sungai Elo, Progo, kab Maleng 21- 24 Mei 2005 adalah salah satu divisi dalam komisi II latihan gabungan Jambore V FKMI MAPALA PTMSI telah terlaksana. Sungai Elo merupakan sungai yang menjadi tempat kegiatan dengan jarak yang ditempuh untuk pengarungan + 9,37 km, tingkat kesulitan atau grid 2,3 dalam musim penghujan (debit air tinggi), start dari Desa Blondo Kec. Mungkid dan finish Candi Mendut Kec. Mendut. Karakter bentukan sungai cocok untuk pemula baik untuk tempat diklat atau pelatihan ataupun sebagai tempat rekreasi.

Sungai Progo Atas membentang luas panjang + 10 km antara Kodya Magelang dan Desa Watu Karung Kab. Magelang. Tingkat kesulitan (Grid) 2,3 bahkan sampai 3 + pada musim penghujan, karakter sungai dengan tingkat kesulitan yang lebih dibanding pada sungai elo. Sungai Progo Bawah merupakan sungai penyatuan antara sungai elo dengan sungai progo atas, sehingga karakter yang dibentuk oleh kedua buah sungai menyebabkan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, dalam musim kemarau pun debit air di sungai Progo Bawah tidak terlalu berkurang. Sedangkan pada kisaran bulan Oktober- Maret yang merupakan musim penghujan debit air besar sehingga tingkat kesulitan bisa sampai grid 5+.

DATA LOKASI KEGIATAN

Nama sungai : Elo

Desa : Blondo

Kecamatan : Mungkid

Kabupaten : Magelang

Panjang sungai : ± 9,35 km

Start : Desa Blondo

Finish : Desa Mendut

Tingkat kesulitan : - Grade I, berarus tenang tanpa hambatan berarti dengan mudah dilewati

- Grade II, beriak-riak kecil dengan ombak dan jeram kecil dapat dengan mudah dilalui

- Grade III, berombak antara 0,5-0,7 m dengan halangan dan jeram yang teratur dapat dilalui dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berarung jeram

Karakteristik sungai : - Banyaknya jeram berkisar 30-40 jeram

- Panjang jeram 3-7 m

- Flat panjang

- Standing wave tidak terlalu banyak

- Dibeberapa belokan sungai terdapat undercut

- Hole tidak terlalu besar

Nama sungai : Progo Atas

Desa : Bandongan

Kecamatan : Kodya Magelang

Kabupaten : Magelang

Panjang sungai : ± 10 km

Start : Desa Bandongan

Finish : Desa Watu Karung

Tingkat kesulitan : - Grade I, berarus tenang tanpa hambatan berarti dengan mudah dilewati

- Grade II, beriak-riak kecil dengan ombak dan jeram kecil dapat dengan mudah dilalui

- Grade III, berombak antara 0,5-0,7 m dengan halangan dan jeram yang teratur dapat dilalui dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berarung jeram

Karakteristik sungai : - Banyaknya jeram berkisar 30-40 jeram

- Panjang jeram 3-7 m

- Flat panjang

- Standing wave tidak terlalu banyak

- Banyak undercut dibelokan sungai

- Hole tidak terlalu besar

Nama sungai : Progo Bawah

Desa : Klangon

Kecamatan : Mendut

Kabupaten : Magelang

Panjang sungai : 4 – 5 Km

Start : Klangon, Kec. Mendut

Finish : Parakan, Kec. Kalibawang

Tingkat kesulitan : - Grade I, berarus tenang tanpa hambatan berarti mudah dilewati

- Grade II, beriak-riak kecil dengan ombak dan jeram kecil dapat dengan mudah dilalui

- Grade III, berombak antara 0,5-0,7 m dengan halangan dan jeram yang teratur dapat dilalui dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berarung jeram

- Grade IV,

- Grade V,

Karakteristik sungai : - Banyaknya jeram berkisar 8 - 10 jeram

- Panjang jeram 5 - 10 m

- Flat sedang

- Standing wave tidak terlalu banyak

- Dibeberapa belokan sungai terdapat undercut

- Hole besar

Tim arung jeram terdiri dari 10 orang tim teknis dan 6 orang tim non teknis.

Melalui kegiatan berarungjeram ini sekaligus bertujuan mengenalkan kawasan Sungai Elo, dan saling tukar ilmu dalam kegiatan Arung Jeram dapat pula dijadikan salah satu cara untuk mengembangkan Arung Jeram di masing-masing lingkungan PTM dan memupuk rasa persaudaraan dan ukhuwah Islamiah antar Mapala PTM Se-Indonesia.

Komisi III Pengabdian Masyarakat merupakan salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan Jambore Pencinta Alam V Forum Komunikasi Dan Media Informasi Mapala Perguruan Tinggi Muhammadiyah Se – Indonesia sebagai wujud pengabdian pada masyarakat. Konsep awal komisi III pengabdian masyarakat sebenarnya bermaksud mengambil lokasi di kota yaitu Surakarta, karena alasan birokrasi di pemerintahan kota Surakarta yang terlalu berbelit, membuat steering comitte dan organizing comitte komisi III pengabdian masyarakat, mengambil 3 kabupaten alternatif yaitu Sukoharjo, Karanganyar dan Boyolali. Dan pada akhirnya diputuskan untuk tempat pengabdian masyarakat kami laksanakan di Desa Serut, Kecamatan Nguter, Kanbupaten Sukoharjo , Propinsi Jawa Tengah. Dipilihnya lokasi kegiatan di Desa Serut karena lokasi tersebut representatif dengan bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan dan telah direkomendasikan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Sukoharjo serta termasuk daerah IDT.

Kegiatan Komisi III Pengabdian Masyarakat ini merupakan pemuatan mekanisme kerja sosial kemasyarakatan mahasiswa dalam bentuk program kerja yang berupa diskusi pendampingan masyarakat, bakti sosial, dan kegiatan keislaman yang langsung diaplikasikan di lapangan sebagai wujud implementasi dari rasa kepedulian mahasiswa Pencinta Alam Perguruan Tinggi Muhammadiyah terhadap realitas kondisi sosial kemasyarakatan dan lingkungan. Panitia dan team teknis terdiri dari 10 orang yang tergabung dalam Komisi III.

Desa Serut terletak di kecamatan Nguter salah satu kecamatan yang berada di kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah desa Serut ± 3.895.987 Ha berbatasan dengan sebelah timur : Desa Mento, Kabupaten Wonogiri

Sebelah utara : Desa Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

Sebelah barat : Desa Celeb, Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Desa Janglengan, Kabupaten Sukoharjo

Desa Serut terdiri dari 4 Dusun / Kebayanan yaitu Kebayanan Gadingan terdiri dari dukuh Sendang Rejo, Gadingan dan Serut, Kebayanan Banaran terdiri dari Dukuh Banaran dan Bejen, Kebayanan Jumok terdiri dari Dukuh Jumok dan Deres, Kebayanan Malangsari terdiri dari Dukuh Gelang rejo, Malangsari dan Kepuh Dampit.

Jumlah penduduk desa Serut ± 3830 jiwa, mayoritas agama masyarakat adalah Islam. Tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar adalah tamat SD dan tamat SLTA. Fasilitas pembangunan yang ada di desa ada masjid 10 buah, puskesmas tidak ada dan menginduk ke puskesmas II Nguter yang berjarak ± 5 Km, pasar tidak ada hanya toko / warung kecil dan SD 2 buah.

Lahan bangunan ± 1.349.000 Ha dan banyaknya rumah penduduk

a. Dinding terbuat dari batu / gedung(pameran) : 347 buah

b. Dinding terbuat dari sebagian batu/ gedung : 143 buah

c. Dinding terbuat dari kayu/papan : 4 buah

d. Dinding terbuat dari bambu/lainnya : 267 buah

Lahan persawahan ± 1.710.126 Ha dan lahan perkebuan ± 690.126 Ha, tanaman yang ditanam adalah padi, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, jagung. Sedang di sektor peternakan jumlah ternak yang ada adalah sapi biasa 195 ekor, kambing / domba 725 ekor, ayam kampung 2025 ekor.

Mata pencaharian masyarakat desa Serut adalah sebagian besar petani yang tinggal di desa tersebut, sedangkan warga yang memilih merantau ke luar daerah sebagian besar bekerja sebagai pedagang atau buruh bangunan. Masyarakat di desa Serut banyak yang memilih merantau karena lahan pertanian kurang irigasi dan merupakan lahan pertanian tadah hujan sehingga tidak produktif dan berdampak pada pembangunan desa yang kurang maju sehingga menjadi desa tertinggal.

Pada pra kegiatan komisi III dilaksanakan mulai dari pembentukan team sampai dengan pasca kegiatan dengan target sesuai dengan time schedule yang telah dibuat. Hasil yang dicapai diantaranya ; menentukan lokasi yang cocok untuk kegiatan, mendata potensi wilayah, dan pencarian materi yang dapat dibawa untuk di sampaikan ke masyarakat

Kegiatan Jambore Pecinta Alam V FKMI MAPALA PTMSI Komisi III Pengabdian Masyarakat dilaksanakan pada hari Jumat – Rabu, 20 – 24 Mei 2005 yaitu meliputi :

1. Sosiologi Pedesaan (Sosped)

Sosiologi pedesaan dilakukan setelah peserta datang ke lokasi, sosped dilakukan pada malam hari ke rumah-rumah tokoh masyarakat, dan perangkat desa untuk lebih mengetahui tentang keadaan dan pemetaan masalah di Desa Serut.

2. Diskusi

Diskusi dilaksanakan 2 hari yaitu :

a. Sabtu, 21 Mei 2005, pukul 09.00-10.30 WIB, sesi pertama untuk peserta bertema ” Teknik Pendampingan Dalam Perencanaan Dan Pembangunan Desa”. Pemateri diskusi dari LSM Gita Pertiwi oleh Agus Dody Sugiartono aktif di bidang pendampingan masyarakat. Materi dalam diskusi ini adalah teknik observasi, pemetaan partisipatif bagi fasilitator, teknik pendampingan.

Sesi kedua pukul 10.00-12.00 pembicara dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sukoharjo oleh Bapak Didik Suryadi serta Dinas Tenaga Kerja Sukoharjo oleh Bapak Nurwahyudi beserta stafnya mengenai studi kasus masalah perekonomian dan SDM yang ada di Serut dan sekitarnya.

Simulasi dari diskusi yaitu langsung observasi ke masyarakat meliputi : sejarah desa, potensi desa, problematika yang ada di desa, solusi untuk permasalahan tersebut.

Hasil Diskusi dari 3 Kelompok menghasilkan kesimpulan :

Potensi Desa : Bidang Pertanian (Kacang Tanah)

Ø Keadaan Geografis sangat menguntungkan jika ditanam kacang tanah.

Ø Nilai jual kacang tanah lebih tinggi dibandingkan tanaman pertanian yang lain.

Ø Resiko dari kerugian / kerusakan lebih minim.

Problema : Irigasi

Ø Pada umumnya di bidang pertanian sangat membutuhkan yang namanya air, juga letak geografis yang tidak menguntungkan.

Solusi dari masalah tersebut :

Penambahan pembukaan jadwal pengiriman air dari bendungan yang tadinya 1 seminggu sekali menjadi 2-3 kali dalam 1 minggu.

b. Minggu tanggal 22 Mei 2005, pukul 19.00-22.00 WIB pembicara dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sukoharjo dan Dinas Tenaga Kerja. Audiennya adalah peserta dan masyarakat desa Serut terutama para pemuda (Karang Taruna).

3. Kerja Bakti

Kerja bakti di desa Serut dilaksanakan pada hari Minggu pagi tanggal 22 Mei 2005 adalah pelebaran dan pembenahan jalan bersama masyarakat tepatnya di dusun Gadingan sejauh 100 m.

4. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan berupa pengobatan gratis bagi warga desa Serut bertempat di Balai desa Serut pada hari Senin, 23 Mei 2005 mulai pukul 08.30-11.00 WIB bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Sukoharjo, para pasien datang dari dusun-dusun yang ada di Desa Serut. Jumlah pasien ± 54 orang.

5. Bazar

Bazar merupakan penjualan barang-barang sembako murah separoh harga pasar. Sembako yang dijual diprioritaskan untuk diberikan pada warga desa Serut yang kurang mampu. Barang yang dijual adalah beras (2 Kg), gula pasir (½ kg ), telor (½ kg), mie Instan (5 buah), minyak goreng (½ kg), minyak tanah (1 lt) dengan harga jual @ Rp. 8.000,- perpaketnya dengan menukarkan kupon yang telah dibagikan pada warga desa Serut melalui Kepala Dusun masing-masing dusun. Jumlah paket sembako yang terjual adalah 89 paket sedang 11 sisanya yang tidak diambil oleh penerima kupon diberikan kepada keluarga yang membutuhkan.

6. Pengajian

Pengajian dilaksanakan pada hari senin tanggal 22 Mei 2005 di masjid utama desa yaitu Masjid At Taqwa, Dai pengajian adalah H. Sumarno, S.Ag dari departemen Agama Sukoharjo dihadiri kurang lebih 70 orang dari 4 dusun yang ada di Desa Serut pada pukul 20.00-22.50 WIB. Acara pengajian selain sebagai siraman rohani sekaligus untuk berpamitan dengan warga masyarakat. Selain itu di sumbangkan pula 5 ember cat untuk pembenahan masjid yang belum dicat bagian luarnya, 8 sapu dan 4 tempat sampah untuk kegiatan bersih masjid dan untuk kegiatan TPA di sumbangkan pula buku-buku agama, majalah islam, dan iqro’ dari Departemen Agama Sukoharjo.

Dari keseluruhan rangkaian kegiatan, banyak evaluasi disana sini yang akhirnya melahirkan saran dan masukan untuk kegiatan yang akan datang ke arah yang lebih baik yaitu :

1. Materi Pendampingan Masyarakat yang diselenggarakan komisi III (Pengabdian Masyarakat) diharapkan dapat diaplikasikan pada Jambore VI

2. Jadwal Sosiologi pedesaan harus diatur dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi desa.

Demikianlah secara keseluruhan gambaran pelaksanaan JAMBORE V FKMI PTMSI (dari komisi I, komisi II hingga komisi III) yang kebetulan sebagai tuan rumah MALIMPA Universitas Muhammadiyah Surakarta.


Disusun: Taufik "Bulus"

/[ 1 komentar Untuk Artikel JAMBORE V FKMI PTMSI MALIMPA UMS ]\
Anonim mengatakan...

beberapa paragraf awal redaksionalnya perlu dibuat dibagi beberapa alinea/topik
karena saya baca 1 alinea panjang terdiri dari beberapa topik/ tidak fokus

agar isi dari paragraf fokus pada 1 topik

tks

Posting Komentar

Silahkan Tulis Komentar Anda..Bebas Bertanggungjawab..