Ekspedisi NKRI koridor
Sulawesi
Oleh : Ali Muqodas
NIA : 09.26.001 MPA
Tak pernah
terbayangkan sebelumnya jika aku telah menginjakkan kaki di pulau
Sulawesi. Ceritanya berawal ketika aku mendaftar sebagai peserta
Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi yang diselenggarakan KOPASSUS.
KOPASSUS?? Pasti yang ada dipikiran kita adalah latihan, militer,
muka garang, dan baju loreng. Pasti berat jika mengikuti kegiatan
para tentara elite ini. Namun yang terjadi 180⁰ dari yang yang saya
pikirkan. Kegiatan yang diselenggarakan KOPASSUS ini merupakan
kegiatan penjelajahan, penelitian, dan Komunikasi sosial yang
melibatkan 1450 orang yang terdiri dari TNI, POLRI, Mahasiswa, dan
LSM. Dari sekitar 1450 orang tadi disebar ke 9 wilayah diseluruh
Sulawesi yakni kep. Sangire Talaud, Minahasa, Bone Bolango, Mamuju,
Sigi, Luwu Banggai, Kolaka, Tana Toraja, dan Gowa. Kegiatan yang
berlangsung selama hampir enam bulan dari februari sampai juli 2013
ini mengupas tuntas potensi-potensi yang ada di wilayah Sulawesi
untuk di gali dan dikembangkan untuk mensejahterakan masyarakat
Sulawesi. Berikut ini ceritaku selama di Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara sebagai tim peneliti Geologi dan Potensi bencana.
Cerita ini berawal
ketika Kami berdua didelegasikan oleh organisasi pecinta alam kami
MALIMPA untuk mengikuti Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi, Aku dan
rekanku Arif WInata (Cacing) yang juga ikut dalam ekspedisi ini
berangkat ke Bandung untuk melakukan registrasi ulang karena
sebelumnya kami berdua lolos dalam pemberkasan. Di Batu Jajar,
Bandung kami melakukan tes wawancara dan tes kesehatan sebelum
kemudian di antar ke Situ Lembang, Bandung untuk pembekalan dan
pendalaman materi di sana. Masing – masing dari kami ditugaskan di
tempat yang berbeda, jika Aku di Tim Geologi & Potensi bencana
di Kabupaten Minahasa, lain halnya dengan temenku Arif, temenku lebih
memilih masuk Tim Kehutanan alasannya karena dia ingin mempelajari
dan meneliti hutan-hutan di Sulawesi, untuk itu dia ditugaskan di
Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah karena hutan di daerah ini
diyakini banyak yang masih perawan. Setelah pembekalan di Situ
Lembang selesai kemudian kami diberangkatkan ke Pulau Sulawesi dengan
pesawat Hercules dari Bandar udara Husein kertanegara, Bandung.
Karena kegiatan ini meliputi 9 Subkorwil, maka pemberangkatan dibagi
dalam 3 kloter. Kloter pertama yang diberangkatkan lebih dulu adalah
Subkorwil Gowa, Tana Toraja, dan kolaka. Kemudian di hari berikutnya
dari Kloter kedua yakni Sigi, Luwuk Banggai, Mamuju, sedangkan
kloter ketiga kep. Sangire Talaud, Minahasa, dan Bone Bolango
diberangkatkan dihari ketiganya.
Senin 11 Maret 2013 pesawat Hercules
yang kami tumpangi terbang dari Bandung kemudian transit di Bandara
Sepinggan, Balikpapan untuk mengisi Bahan bakar baru dilanjutkan ke
Manado. Total waktu tempuh dari Bandung ke Manado sekitar 5 Jam.
Setibanya di Bandara Sam Ratulangi Manado, Rasa lelah dan Bisingnya
baling-baling pesawat sedikit terobati dengan disuguhkannya tarian
Kabasaran yang sengaja ditampilkan untuk menyambut kedatangan kami,
tarian ini adalah tarian selamat datang dari suku Minahasa bagi
tamu-tamu kehormatan, para penarinya pun seluruhnya adalah laki –
laki dengan kostum berwarna merah menyala. Nampak garang dengan
aksesoris yang terbuat dari tulang-tulang binatang dan bulu unggas.
Upacara penyambutan yang pimpin oleh Bupati Kabupaten Minahasa
menandakan bahwa kedatangan kami mendapat apresiasi yang baik bagi
Masyarakat Minahasa pada umumnya. . Setelah upacara rampung kami
langsung menuju Poskotis di Tondano
Indonesia sebagai
Negara yang mayoritas penduduknya muslim pasti terheran –heran
dengan apa yang saya lihat selama peralanan ke Tondano. Di Minahasa
masjid sangat jarang ditemui tidak seperti daerah lain di Indonesia,
karena sebagian besar penduduk Minahasa beragama Nasrani dan Katolik,
jadi pantas saja jika masjid jarang ditemui disini. Walaupun begitu,
hal tersebut tidak menjadi masalah bagi kami, keberagaman suku dan
budaya di Indonesia malah menjadi pemersatu bangsa ini. Karena
perbedaan itu akan menjadi indah kalau kita bisa saling mengisi dan
berbagi. Dan malam itu kita sampai di lokasi poskotis, cuaca dingin
berselimutkan kabut tebal menambah sunyinya malam di Tondano, Kami
pun langsung bergegas istirahat.
Seminggu setelah tiba di Minahasa kami
menyesuaikan diri dengan lingkungan sembari menyusun rencana kegiatan
selama 4 Bulan kedepan. Untunglah diminggu-minggu pertama itu kita
mendapat tambahan personil yang terdiri dari Dosen, Mahasiswa,
Instansi pemerintahan serta TNI dan POLRI , sehingga harapannya kita
bisa saling bertukar ilmu dan melaksanakan kegiatan bersama. Jika
ditotal jumlah personil di subkorwil Minahasa sebanyak 150 orang yang
terbagi lagi dalam Tim Jelajah, Tim Komunikasi Sosial, dan Tim
Peneliti ( Tim Kehutanan, Tim Sosial Budaya, Tim Flora Fauna, Tim
Geologi & Potensi Bencana ) kemudian juga pembagian wilayah kerja
antara tim satu dengan lainnya tidaklah sama. Untuk Tim Geologi &
Potensi Bencana sendiri wilayah kerjanya di 26 lokasi yang akan saya
ceritakan nanti ditiap -tiap edisinya.
- Manifestasi Geothermal di Remboken,
- Pendakian di Gunung Masarang
- Batu Obsidian di Tataaran II
- Penelitian di sekitar kawah Gunung Mahawu,
- Letusan Gunung Lokon,
- Abu vulkanik di Wailan,
- Air terjun Regesan
- Sumber air panas di Pinaras,
- Kawah sulfur Danau Linow
- Kawah Tua Gunung Tampusu
- Penanaman di Hutan Passo
- Air asam sungai Ranosem
- Kandungan belerang di Kanonang
- Mineral emas di Sungai Polandi,
- Batu karst di Kapitu
- Dinding andesit Kilotiga
- Hidrothermal di pantai Moinit
- Longsor di jalan trans Sulawesi Lelema
- Tambang pasir di Sungai Ranoiapo
- Taman makam pahlawan Tondano
- Tambang emas Tradisional Tatelu
- Air terjun Tunan
- Longsoran Dahsyat di Pangu, Minahasa Tenggara
- Kelok Tanggari,
- Potensi bencana di Eris.
- Banjir Rendam Toulour
Bersambung……