Ekspedisi
NKRI Koridor Sulawesi subkorwil II Minahasa
(Episode
1)
Indonesia merupakan salah satu Negara yang termasuk
dalam zona cincin api dunia (Ring of fire
in the world) karena Indonesia dilintasi jajaran gunung api aktif yang siap
meletus kapan saja. Provinsi Sulawesi Utara khususnya Minahasa dan sekitarnya
merupakan salah satu bagian dari zona cincin api tersebut, sehingga tak heran jika daerah ini kerap
dilanda bencana gunung meletus, Kabupaten Minahasa dikelilingi oleh jajaran gunung
api yang terbentuk akibat letusan Gunung Tondano berjuta – juta tahun yang lalu,
dari letusan tersebut terbentuklah sebuah kaldera yang sangat luas, Kaldera
tersebut dapat dilihat dengan jelas melalui foto udara / satelit, sehingga disekitaran
kaldera banyak ditemui manifestasi geothermal berupa kawah – kawah kecil dan gunung
berapi yang masih aktif sampai sekarang, seperti Gunung Soputan, Gunung Lokon,
Gunung Mahawu, dll. Disamping rawan terjadi bencana gunung meletus , Minahasa
memiliki tanah yang subur karena abu vulkanik yang keluar dari letusan gunung
berapi sangat baik bagi tanaman, tak ayal jika sebagian besar masyarakat
Minahasa bekerja disektor pertanian.
Setibanya di Minahasa kami merasa perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, tentunya sebagai pendatang baru
harus mengenal terlebih dahulu daerah yang menjadi tujuan nantinya, oleh
karenanya kami perlu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar untuk mengenali
tradisi dan kehidupan sosial Minahasa atau hanya sekedar mencari informasi,
secara tradisi dan budaya tentunya sangat berbeda dengan tradisi di Jawa, namun
semangat NKRI menjadi penjembatan bagi bangsa ini untuk lebih mempererat tali
persaudaraan antar semua lapisan masyarakat, kata orang Minahasa (torang samua basudara) artinya kita
semua bersaudara, walaupun begitu seyogyanya di mana bumi dipijak di situ
langit kita junjung.
Setelaah mendapat informasi yang cukup ternyata kabupaten Minahasa memiliki potensi sumber mata air panas yang melimpah. kami diberitahu masyarakat bahwa ditepian danau tondano tepatnya di kecamatan Remboken terdapat pemandian air panas yang telah dikelola oleh swasta. Kemudian di desa Kasuratan, kecamatan Remboken juga terdapat pembangkit listrik tenaga panas bumi yang dikelola oleh Pertamina Geothermal Energi (PGE). Awalnya kami belum percaya kalau belum membuktikan sendiri, akhirnya diminggu berikutnya kami datangi langsung ke lokasi untuk memastikan keberadaannya, letaknya tidak jauh dari Poskotis Subkorwil II Minahasa, hanya 3 km dari Poskotis sehingga penelitian kami lakukan dengan berjalan kaki. Tidak jauh dari PGE terdapat manifestasi sumber air panas yang mengandung alterasi lempung dan endapan sulfur yang disebut Mudpot dan Mudpool. Stress Vegetasi ditemukan didaerah ini karena pengaruh dari temperature panas dari lumpur tersebut, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman, hal ini dimungkinkan karena adanya streaming ground (uap yang keluar dari tanah), tidak jauh dari desa kasuratan tepatnya di desa Tondango juga terdapat sumber air panas yang dipakai masyarakat untuk pemandian air panas, namun belum dikelola menjadi tempat wisata. Dari penelitian tersebut kami mencoba menyimpulkan bahwa terdapatnya manifestasi geothermal di Remboken ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut merupakan daerah bekas gunung api atau daerah tersebut dekat dengan gunung api aktif.