MENJAMAH PANORAMA GUNUNG MERBABU BARENG CA’ANG 31 MALIMPA

|| || ,,,,,,, || Leave a komentar
MENJAMAH PANORAMA GUNUNG MERBABU
BARENG CA’ANG 31 MALIMPA
Oleh: Frendy Widjaya
NIA. 13.30.003 MPA

          Di ujung bulan september ceria 2014 adalah momen awal kami menguji fisik dengan mendaki gunung setinggi 3.145 mdpl. Gunung merbabu itulah namanya, gunung api bertipe strato ini secara administratif berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan,Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah.
         Pendakian ini merupakan salah satu ajang memperkenalkan alam khususnya kawasan gunung bagi para calon anggota (CA’ANG) MALIMPA 31. Dengan persiapan yang sudah dikemas secara matang sebelumnya kamipun bergegas berangkat dari sekretariat MALIMPA menuju kaki gunung merbabu sabtu siang, dengan peserta berjumlahkan 19 orang yang terdiri dari 8  anggota biasa (AB) dan 11 CA’ANG. Namun sebelumnya kegiatan ini direncanakan  bebarengan dengan 4 mahasiswa asing Universitas Muhammadiyah Surakarta dari negara jepang, rusia, jerman,dan satunya lagi berasal dari jordania. Dikarenakan padatnya jam kuliah dari beberapa mahasiswa asing, sehingga pada akhirnya mereka mengurungkan niatnya untuk bisa bergabung dalam pendakian kali ini.
Berkendarankan sepeda motor rombongan mulai mengulir gas satu persatu dengan tujuan awal base camp jalur selo. Di gunung merbabu sendiri sebenarnya terdapat beberapa jalur umum yaitu : jalur kopeng thekelan, jalur kopeng cunthel, dan jalur wekas. Namun jalur yang kita pilih ini juga tak kalah populernya dari jalur-jalur yang lainnya yaitu jalur selo.
           Sesaat sebelum sampai bascamp kami sudah dihadapkan dengan jalan yang menanjak dan sedang mengalami perbaikan dibeberapa titik, sampai-sampai peserta ada yang turun dari motor dan berjalan kaki karena motor yang dikendarai tak kuat menahan beban saat menanjak. Sesampainya dibascamp selo drigen-drigen kosong mulai diisi dengan air sumur milik penduduk setempat, digunung merbabu sendiri sangat sulit menemukan mata air maka dari itu disarankan membawa air dari bawah.
          Setelah dirasa cukup untuk mengecek perlengkapan dan melakukan proses perijinan, disore hari yang cerah rombongan memulai pendakiannya. Kurang lebih 3 jam sampailah kami di bawah pos batu tulis, disini rombongan memutuskan untuk mendirikan tenda karena cuaca sudah larut malam dan kondisi fisik peserta mulai surut. Trangia dan perlengkapan masak lainnya satu persatu dikeluarkan, koki koki kami bersiap meracik santapan untuk malam ini. Dirasa sudah cukup untuk mengisi perut yang kosong, kamipun beristirhat guna mengumpulkan tenaga untuk perjalan esok harinya.
          Fajar menyingsing, mata mulai terbuka oleh pancaran sinar matahari yang menyiratkan cahayanya dimuka bumi. Sekitar pukul 08.00 WIB kami menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa menuju puncak dan hanya sebagian yang kami bawa sisanya ditinggal dibascamp, dan 2 orang dari rombongan memutuskan menetap dibascamp dan menjaga perlengkapan yang kami tinggal. Ternyata saat kita terlelap semalam, tak sadar ada satu rombongan yang berasal dari jogja yang mendirikan tenda disamping tenda kami.
        Tanjakan-tanjakan terjal berdebu menyambut pendakian di pagi hari ini, serta jalan yang curam memaksa kami berpegangan pada tumbuhan kerdil disamping jalur. Di sela-sela nafas yang tersengal-sengal di arah sebelah selatan kami disuguhi pemandangan yang begitu menakjubkan, iya, itu adalah gunung merapi yang berdiri kokoh dengan hamparan pasir didekat puncaknya yang terlihat jelas disudut mata, lumayan sebagai hiburan untuk menambah semangat kami menuju puncak.
Rombongan kemudian beristrahat di sabana 1 untuk sedikit membuka makanan ringan dan minuman, maklum karena energi lumaya terkuras. Alang alang yang menguning sangat indah untuk dilihat, serta hamparan  yang luas  cukup apabila kita ingin mendirikan tenda disini.
         Kaki beranjak melangkah melanjutkan perjalanan yang tak berapa lama kami sampailah di sabana II. Ternyata ada teman kita dari OPA lain yang semalam beristirahat disini. Puncak sudah lumayan dekat, namun tanjakan terjal yang terlihat sangat tinggi mengingatankan kita untuk lebih berhati-hati dan menyiapkan tenaga lebih. Debu yang berterbangan begitu mengganggu penglihatan kami, dan tak jarang beberapa kali anggota rombongan terpeleset tersungkur jatuh, namun hal ini malah membuat kami tertawa dan saling ejek satu sama lain.
        Sekitar pukul 12.00 WIB tibalah kami dipuncak kentengsongo, rasa puas yang cukup mendalam masuk kedalam hati kami. Saking puasnya beberapa dari kami terplencar ada yang masih penasaran untuk melihat sekeliling puncakan, ada juga yang kemudian tertidur karena kelelahan saat pendakian. Namun saya masih sibuk membongkar peralatan masak untuk sedikit memasak makanan untuk para rombongan. Dengan cepatnya masakan sudah siap saji satu persatu anggota merapatkan barisan dan ambil posisi, dengan lahapnya seketika makanan sudah habis disantap.
        Kami tak ingin berlama lama menghabiskan waktu di sini, karena teman yang tinggal dibawah masih menunggu kedatangan  kami. Seusai berfoto foto bareng, terjunlah rombongan menuruni puncakan dengan beraneka gaya yang digunakan. Mulai dari plorotan, klesotan, jalan miring ala kepiting, pegang tangan, dan sedikit berlarian. Ditengah-tengah jalan rombongan berpapasan dengan 2 orang yang asyik dengan aktifitasnya, bercanda tawa  menikmati pendakiannya sambil membawa kantong sampah untuk memunguti sampah yang mereka temui. Mereka ini ternyata juga berasal dari solo, tepatnya mahasisawa Universitas Negeri Sebelas Maret.
       Dengan waktu turun sekitar 3 jam sampailah rombongan dibascamp tempat kami mendirikan tenda dengan 2 teman yang sudah menunggu dan menyiapakan hidangan untuk makan siang. Karena waktu yang sudah mulai sore dan agar tidak terlalu malam saat perjalanan, tak lama selesai makan semua peralatan dipacking dan segera memulai perjalanan turun kembali. Peristiwa saling berpegangan tangan untuk membantu yang lain terjadi disini, khususnya dari calon anggota yang sebagian masih pemula dengan penuh kesabaran anggota biasapun membimbing dan menemani secara hati-hati. Dan akhirnya kita telah sampai dibasecamp selo tempat kami menitipkan sepeda motor. Ternyata tak disangka begitu ramainya para pendaki lain yang ada disana berbeda dengan hari sebelumnya yang teramat sepi.
         Sepatu berbau dan berdebu terlepas dari kaki yang kaku, otot otot yang tegang mulai dilemaskan. Sejenak rehat untuk memulihkan tenaga yang terkuras seharian. Beberapa bagian tubuh dibersihkan dengan air sumur yang menyegarkan agar fokus saat perjalanan pulang. Kemudian rombongan pulang kembali ke solo, di tengah tengah perjalanan kami menyempatkan untuk mengisi perut di warung mie ayam sambil bercerita tentang momen yang baru dilalui.
Dan akhirnya diujung kegiatan ini petualangan dan pengalaman baru kita dapatkan, dari sebuah kebersamaan, kerjasama, kepedulian, dan kebulatan tekat untuk mencapai sebuah target. Sungguh pengalaman yang mengasyikan dan takkan terlupakan.