Menjamah Rimbanya Pegunungan Yang, Kab. Situbondo

|| || ,,,,,,,,,,, || Leave a komentar

Eksplorasi Flora fauna di Pegunungan Yang


Sejak pendakian yang terakhir pada tahun 2010 yang lalu, baru-baru ini MALIMPA kembali mengagendakan pendakian ke Gunung Argopuro dan puncak Dewi Rengganis, pada tahun 2010 lalu pendakian melalui jalur Baderan dan turun Bremi, lain halnya dengan pendakian kali ini yang menggunakan jalur bremi sebagai start awalnya dan turun di Baderan, Kab. Situbondo. “ pendakian ini kami lakukan tidak hanya sekedar naik gunung saja, tapi fokus utama kegiatan ini adalah eksplorasi Flora dan Fauna di jalur pendakian”. Kata Ketua Tim pendakian Frendy Wijaya. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 10-16 Februari 2014 mendapat respon yang cukup baik dari pengurus MALIMPA, Ketua Umum MALIMPA periode 2014  Akip Saputra. mengungkapkan “ sudah sepatutnya kita sebagai pecinta alam melestarikan keaneka ragaman flora dan fauna yang ada di alam agar tidak semakin rusak, harapannya dengan kegiatan semacam ini kecintaan kita terhadap lingkungan dapat menyadarkan kita akan pentingnaya menjaga dan melestarikan lingkungan ”
Kegiatan ini melibatkan 5 anggota MALIMPA yang sebelumnya telah melalui proses fisik dan materi tentang Flora Fauna, setelah mendapat ijin dari pengurus MALIMPA akhirnya Tim siap untuk   diberangkatkan. Dalam ekslorasi hari pertama kami melewati hutan homogen yang didominasi pohon damar, selanjutnya  hutan basah disekitaran danau taman hidup. Danau taman hidup merupakan telaga alami yang terbentuk karena depresi pegunungan disekitarnya yang membentuk cekungan sehingga hujan yang turun akan tertampung di telaga ini. Keberadaan danau taman hidup menjadi tumpuan bagi keberlangsungan ekosistem di kawasan ini. Perjalanan dilanjutkan menuju ke Cisentor, untuk sampai di Cisentor kita akan melewati hutan pinus yang merupakan habitat monyet hitam ekor panjang atau lutung dan babi hutan, disamping itu para pendaki harus sedikit berhati-hati jika melewati daerah ini, karena disepanjang jalur pendakian terdapat tanaman “Jancukan” yang biasa penduduk sekitar menyebutnya. Tanaman Jancukan ini jika terkena kulit maka kulit akan terasa panas dan gatal seperti tersengat lebah. 
Setelah sampai di Cisentor, yaitu pertigaan antara ke Bremi, Puncak, dan Baderan, Tim kami pun mendirikan camp disini agar lebih dekat dengan puncak Argopuro dan Dewi Rengganis. Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan ke Puncak Argopuro dan Dewi Rengganis. Setelah puas Foto-foto kamipun langsung turun menuju Sikasur untuk kemudian ke Baderan. Di sepanjang perjalan antara puncak ke Sikasur, medan yang dilewati didominasi padang sabana yang luas, di daerah ini juga banyak ditemukan burung merak, karena padang sabana merupakan habitat yang baik untuk burung merak. Kami hanya mengambil gambar dan mengambil beberapa bulu merak yang rontok untuk dijadikan sampel, karena burung merak dilindungi oleh Negara maka burung ini tidak boleh di buru atau diperdagangkan. Konon Sikasur dulunya merupakan bekas bandara militer jepang ketika menjajah Indonesia, saat ini pun masih dapat kita lihat bekas Run way bandara berselimutkan padang rumput dan beberapa bekas bangunan yang telah rusak. Vegetasi di sini merupakan padang sabana yang luas dan terdapat mata air yang ditumbuhi selada air. Setelah menginap semalam di Sikasur perjalanan kami lanjutkan menuju Baderan, vegetasi selanjutnya merupakan hutan hujan yang dihuni burung - burung kecil dan monyet. Disepanjang perjalanan  jalur yang kami lalui terlihat bekas tapak ban motor berukuran 2-3 cm sehingga sedikit menyulitkan perjalanan kami. Menurut masyarakat setempat biasanya para penduduk mengambil selada air di Sikasur menggunakan sepeda motor untuk kemudian dijual di pasar. Perlu keberanian dan ketrampilan yang lebih dalam mengendarai motor di jalur ini karena medan yang dilalui lumayan terjal dan berjurang.
Akhirnya perjalanan telah sampai di ladang penduduk, cukup mengherankan memang karena daerah yang semula berupa hutan hujan dan bergunung-gunung disulap menjadi ladang oleh penduduk sekitar. Ironisnya praktek semacam ini masih berlangsung hingga saat ini, sebelum melewati ladang tadi memang terdengar suara gergaji mesin yang bersaut-sautan di tengah hutan, sehingga saya yakin, cepat atau lambat daerah bekas penebangan pohon tadi akan berubah menjadi ladang. Sebagai masyarakat yang perduli terhadap kelestarian lingkungan sudah seharusnya praktek semacam ini harus dihentikan karena akan merusak habitat makhluk hidup yang ada di Pegunungan Yang ini. 
Transportasi
Perjalanan ke Gunung Argopuro via Bremi kami menggunakan transportasi umum, dimulai dari Solo ke Surabaya armada yang kami gunakan adalah Bus umum, kurang lebih waktu tempuh 5 ½ jam, dilanjutkan dengan Bus jurusan Banyuwangi, dari terminal Bungurasih di Surabaya turun di terminal lama Probolinggo atau langsung ke Pajarakan sekitar 2 jam. Jika turun di terminal lama akan dilayani Bus ke arah Bremi yang hanya ada pada jam 06.00 pagi dan 12.00 siang, namun apabila diluar jam tersebut saya sarankan untuk naik bus dari Surabaya turun di Pajarakan karena terdapat angkutan umum yang juga melayani sampai ke Bremi.   
Lama pendakian
Setelah turun di Bremi segera lapor ke Polsek Krucil yang ada di desa Bremi, letaknya tidak jauh dari gerbang masuk kawasan pegunungan Yang, setelah melapor kita bisa langsung melakukan pendakian. Perjalanan dimulai dari Bremi ke Taman Hidup, jalur ini melewati perkebunan warga, hutan produksi, baru kemudian hutan basah. Disamping tracknya lumayan terjal juga banyak pohon tumbang yang menghalangi jalan, sehingga sedikit menyulitkan bagi para pendaki yang melintas. waktu tempuh dari Bremi ke Taman Hidup kurang lebih 4 jam. Setelah sampai di Taman Hidup Saya sarankan untuk mendirikan camp di sini karena perjalanan dari Taman Hidup ke Aeng Kenek  lumayan panjang yakni sekitar 6 ½ jam, perjalanan dari Aeng Kenek ke Cisentor kurang lebih 3 ½ jam melewati hutan pinus dan semak – semak, disekitar Aeng Kenek terdapat aliran sungai yang jernih airnya, tapi harap berhati – hati jika kulit menyentuh tanaman “Jancukan” karena di Aeng Kenek paling banyak ditemukan tanaman ini. Selanjutnya perjalanan antara Cisentor dan Puncak anda akan melewati Rawa Embik, di Rawa Embik ini menjadi alternative bagi para pendaki untuk mendirikan tenda, karena di sini terdapat aliran sungai yang mengalir ke Cisentor, untuk mencapai puncak Gunung Argopuro dan Puncak Dewi Rengganis pun jauh lebih dekat jika dibanding mendirikan camp di Cisentor. Jika akan turun lewat Baderan, Cisentor merupakan pertigaan antara Bremi, Puncak, dan Baderan. Sehingga setelah di Cisentor anda harus menyeberang sungai kemudian mendaki sedikit menanjak baru kemudian sampai di padang sabana menuju ke camp berikutnya di Sikasur.  Perjalanan dari Cisentor ke Sikasur hanya 2 jam perjalanan dengan medan landai. Di Sikasur cocok  untuk mendirikan camp karena dekat dengan mata air. Baru setelah dari Sikasur ke Baderan membutuhkan waktu sekitar 7 jam.
Narasi : Ali Muqodas