Survival

|| || || Leave a komentar
Akip / NIA 12.29.002 MPA 

 Survival berasal dari bahasa inggris survive atau to survive yang artinya bertahan hidup. Yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk dapat bertahan hidup dari keadaan yang kurang menguntungkan sampai terjalin komunikasi dengan pihak luar. Survival dapat juga diartikan sebagai upaya untuk mempertahankan hidup dan keluar dari keadaan yang sulit atau kritis. Dalam arti yang sempit, survival digunakan dalam kaitan dengan keadaan-keadaan darurat yang terjadi karena terisolasinya seseorang atau sekelompok orang (disebut sebagai Survivor) akibat suatu musibah atau kecelakaan. Keadaan tersebut antara lain tersesat di hutan, terdampar di pulau atau pesawat yang terjatuh disuatu tempat asing. Akibatnya survivor mengalami kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat luas dan dengan demikian sukar mendapatkan bantuan atau pertolongan yang diperlukan.
Berbagai tehnik survival telah dikembangkan orang untuk menghadapi kondisi medan yang memang beragam. Kita mengenal tehnik survival laut (sea survival) yang dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan kecelakaan di laut, survival padang es bagi yang tersesat di pegunungan atau padang salju, survival rimba (jungle survival) bagi yang mengalami musibah atau tersesat di rimba daratan atau pengunungan, survival gurun dan lain sebagainya. Walaupun demikian, terdapat kesamaan tujuan yang mendasari berbagai tehnik survival tersebut, yaitu memulihkan kembali hubungan dengan masyarakat umum. Oleh sebab itu yang ditekankan dalam setiap tehnik survival ini adalah bertahan hidup, mempertahankan hidup lengkap dengan segenap kemampuannya dan kemudian memutuskan isolasi yang menghambat komunikasi survivor dengan masyarakat umum.
Seseorang yang tidak diketahui namanya, telah menyusun dengan bagus kalimat-kalimat dalam bahasa inggris yang merangkai kata SURVIVAL. Kamlimat-kalimat ini menggambarkan prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang survivor, yaitu;
o    Size Up the Situation, pandailah dalam menilai situasi, setiap kondisi lingkungan dan perubahan-perubahannya harus betul-betul diperhatikan agar selamat.
o    Undue Haste Make Taste, jangan tergesa-gesa, biar lambat asal selamat. Setiap tindakan hendaknya dipikirkan untung ruginya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat berakibat kematian.
o    Remember Where You Are, Ingat dimana kamu berada. Baik posisi harfiah yang berarti lokasi dimana berada maupun posisi yang berarti kondisi dan kedudukan diri pada saat itu.
o    Vanquish fear and panic, Kuasai diri dari rasa takut dan panic yang dapat menumpulkan nalar dan pikiran yang jernih.
o    Improvise, Perbaiki diri dari kesulitan. Gunakan segenap kemampuan dan pengetahuan untuk keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi.
o    Value living, Hargailah kehidupan. Jangan siasakan hidup dengan mengambil keputusan yang ceroboh. Buang pikiran jauh-jauh dari keinginan bunuh diri.
o    Act like the native, Sesuaikan diri dengan penduduk setempat, sesuaikan dirimu dengan lingkungan disekitarmu.
o    Learn basic skill, Pelajari dasar-dasar pengetahuan dan latihlah kemampuan di alam bebas.
Menurut jumlah orangnya survival ada dua macam yaitu survival individu dan survival kelompok. Dalam survival individu atau sendiri, akan mengundang rasa kesepian dan bosan selain rasa takut dan panik. Kesepian dan bosan adalah masalah besar yang harus segera diatasi dan dihindarkan. Karena hal tersebut akan dapat membuat perasaan tertekan yang bisa menghilangkan semangat dan keinginan untuk hidup. Kesepian dan bosan hanya bisa ada dalam suatu lamunan yang disetujui oleh tindakan dan pikiran. Untuk mengatasinya selalu bekerjalah untuk hal yang perlu dikerjakan akan bisa menghindari rasa sepi dan bosan.
Survival kelompok lebih baik dari pada survival sendiri, tersedianya banyak tenaga untuk melakukan pekerjaan dan adanya teman untuk berkomunikasi yang dapat menghilangkan rasa sepi dan bosan. Namun, setiap orang tidak akan sama dalam menghadapi sesuatu yang dihadapinya. Dalam keadaan ini kecenderungan orang akan bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri dengan mengabaikan kepentingan bersama. Untuk menjaga hal tersebut, dan kebersamaan tetap terkontrol maka sebaiknya dipilih seorang pemimpin untu k mengkoordinasikan setiap anggota kelompok. Tugas dari pemimpin dalam survival ini adalah;
· Menyusun rencana yang melibatkan seluruh anggota dan keselamatan menjadi milik bersama.
· Lakukan pembagian tugas pekerjaan kepada setiap anggota. Sesuaikan tugas dengan kondisi tiap anggota. Dengan pembagian tugas pekerjaan akan cepat diselesaikan dan membina rasa kebersamaan.
· Kembangkan rasa kebersamaan dan kepercayaan di dalam kelompok.
Bila Tersesat
Dalam melakukan perjalanan (darat, laut, maupun udara) kita berharap selamat sampai tujuan. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan yang matang, kita sudah mempelajari manajemen perjalanan pada materi yang lalu. Akan tetapi, kemungkinan hal-hal yang tidak kita inginkan dapat terjadi misalnya tersesat. Faktor yang menyebabkan diantaranya factor alam dan factor manusianya sendiri. Dalam keadaan seperti ini ada pedoman yang harus diingat yaitu STOP yang merupakan kependekan dari:
S = Stop/siting, berhenti dan istirahatlah kalau perlu sambil duduk. Usahakan menenangkan pikiran dan JANGAN PANIK!.
T = Thinking, gunakan akal sehat dan selalu sadar akan keadaan yang sedang dihadapi.
O = Observe, amati keadaan sekitar, tentukan arah, manfaatkan alat-alat yang ada dan hindari hal-hal yang tidak perlu.
P = Planning, buat rencana untuk mengatasi masalah. Jangan lupa pikirkan konsekuensinya bila sudah memutuskan apa yang akan dilakukan.

Pedoman Memilih Jalan
Berjalan di hutan-hutan pegunungan memiliki kiat yang tersendiri. Sedapat mungkin berjalan di punggung gunung. Pilihan ini memungkin untuk melakukan orientasi medan lebih mudah dari pada kita berjalan di lembah. Di bagian-bagian tertentu punggungan biasanya ada celah terbuka yang memungkin untuk memperkirakan arah dan posisi survivor. Lagi pula ada kebiasaan orang utas (perambah hutan) untuk membuat jalan di punggung gunung. Bila menemukan jalan setapak ikutah jalan tersebut. Hampir dapat dipastikan akan menemukan pemukiman orang.
Kedua adalah berjalan di dekat batang air atau sungai. Untuk hutan-hutan dataran rendah, berjalan didekat sungai memungkinkan untuk bertemu dengan jalan setapak seperti diatas. Jalan-jalan ini biasanya berpangkal di kelokan sungai atau didekat hulu-hulu sungai di bagian yang landai merupakan lekuk pendaratan bagi perambah hutan. Dengan mengikuti jalur sungai ada beberapa keuntungan yang dapat diraih. Yang jelas survivor tidak perlu khawatir kehabisan air dan bahan makanan. Ikan, reptil, dan bahkan mamalia kecil banyak bersarang didekat tepi sungai. Keuntungan yang lain adalah umumnya pemukiman orang dibuat di dekat atau di tepi sungai, sehingga peluang untuk bertemu manusia lebih besar.
Yang perlu diperhatikan dalam berjalan di tepi sungai adalah bahaya yang berasal dari binatang buas dan datangnya banjir secara tiba-tiba. Demikian pula berjalan mengikuti jalur air / sungai tidak dianjurkan karena khawatir terjebak dalam lembah sungai yang curam dan atau bertemu dengan tebing air terjun yang tak terlewati.
Orientasi medan dapat dilakukan siang dan malam hari, namun berjalan hanya boleh dilakukan di siang hari. Khususnya dipegunungan, orientasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan punggung atau puncak tebing yang terbuka, pohon yang mungkin dipanjat atau pandangan dari celah-celah lembah sungai. Dimalam hari orientasi dapat dilakukan dengan bantuan cahaya lampu-lampu dari pemukiman. Meskipun nampak dekat, berjalan dimalam hari sama sekali tidak dianjurkan. Bahaya tersesat, terjebak atau terjatuh dalam jurang atau serangan binatang liar amat besar kemungkinannya.
Setiap kali berpindah tempat, usahakan untuk selalu meninggalkan jejak yang jelas. Torehan di batang pohon, bekas-bekas tebasan semak belukar, dedaunan yang dipatahkan atau diletakkan dengan posisi tertentu. Jejak yang dibuat amat bermanfaat untuk apabila survivior menemui jalan buntu dan ingin merunut kembali jalan semula. Selain itu jejak ini juga bermanfaat bagi tim pencari untuk menelusuri arah yang ditempuh survivor.
Dalam mencari jalan keluar perhatikan kondisi pikiran maupun fisik yang ada. Apabila sudah buntu / belum menemukan jalan keluar maka kita jangan memaksakan diri untuk terus berjalan. Dengan pertimbangan yang matang maka lebih baik kita bertahan disuatu tempat yang sekiranya aman. Untuk dapat bertahan hidup di tempat tersebut dalam beberapa waktu maka pengetahuan tentang survival mutlak harus di kuasai.
Kebutuhan Seorang SURVIVOR
Kehidupan merupakan salah satu karunia Tuhan yang paling berharga. Dan hidup manusia amat berharga dari detik ke detik, tak peduli apakah orang itu jelek ataupun baik kelakuannya. Karena itu mempertahankan hidup merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Batas kemampuan manusia dalam berusaha adalah ”PINGSAN ATAU MATI” sebelum itu terjadi pantang bagi kita untuk putus asa. Sebelum ajal berpantang untuk mati.
Berhasil atau tidaknya keluar dari keadaan tidak menentu ini, semua tergantung pada diri kita sendiri. Awal dari keberhasilan kita adalah menanamkan atau menumbuhkan dari semangat “HARUS HIDUP”. Tanpa semangat itu, kecil kemungkinan dapat keluar dari keadaan ini. Setelah mendapatkan semangat “HARUS HIDUP” maka kebutuhan yang harus dimiliki seorang survivor adalah :
1. Sikap mental yang mendukung survival diantaranya ; semangat, percaya diri, akal sehat, disiplin dan rencana kegiatan yang matang, serta kemampuan belajar dari pengalaman.
2. Pengetahuan, terutama pengetahuan yang berhubungan dengan tehnik survival yaitu ; cara membuat tempat perlindungan (bivoak), pengetahuan cara memperoleh air dan makanan, membuat api, orientasi medan dan lain-lain.
3. Pengalaman dan Latihan, Survival adalah seni dan perlu kreativitas untuk menjalaninya, semakin kreatif seseorang maka semakin besar peluang orang tersebut untuk tetap hidup bahkan bisa menolong nyawa orang lain. Oleh karena itu pengalaman dan latihan sangat menentukan keberhasilan.
4. Peralatan atau Survival Kit, biasakan SELALU membawa survival kit dalam setiap perjalanan. Karena dengan memiliki survival kit, satu set perlengkapan sudah dimiliki untuk keadaan darurat. Isi kotak survival kit diantaranya ; korek api kedap udara, lilin, kaca pembesar, cermin, jarum dan benang, kail dan senarnya, sol sepatu dan benangnya, kompas, senter kecil, dan obat-obatan.
D.Langkah-langkah      dalam   survival
Sekali lagi, keputusan yang salah dalam menentukan suatu keputusan akan berakibat kematian. Untuk itu kita harus benar-benar dalam setiap mengambil keputusan. Ada beberapa langkah yang direkomendasikan dalam melakukan survival antara lain ;
1. Mengkoordinasikan anggota, bila beberapa orang, pilihlah salah seorang dari kelompok sebagai ketua. Seorang ketua sangat diperlukan untuk mengatur dan menentukan keputusan bila terjadi perselisihan.
2. Melakukan pertolongan pertama, obatilah anggota yang sakit agar tidak menjadi lebih parah. Dalam keadaan seperti ini penyakit yang ringan dapat berkembang bahkan dapat menyulitkan kita nantinya.
3. Melihat kemampuan dan keadaan anggota kelompok, hal ini akan berguna dalam pembagian tugas. Bedakan berdasarkan kondisi kesehatan, fisik dan mental. Karena jika salah memberikan tugas pada seseorang akan menghambat rencana bahkan dapat berakibat fatal.
4. Mengadakan orientasi medan, usahakan untuk mengetauhi posisi kita, kemungkinan pemukinan penduduk, dan perkiraan jalan keluar.
5. Mengadakan penjatahan makanan, perhitungkan jumlah makanan yang tersedia, jumlah anggota, perkiraan waktu. Disamping itu, mencari sumber makanan yang harus diusahakan dari luar rencana penjatahan. Mengenai cara mendapatkan makanan dan air akan dibahas lebih lanjut.
6. Membuat rencana kegiatan dan pembagian tugas, rencana yang dibuat se-rasional mungkin dan berdasarkan pertimbangan yang matang. Pembagian tugas sesuaikan dengan kondisi saat itu.
7. Usahakan menyambung komunikasi dengan dunia luar, jangan melakukan hal-hal yang berlebihan terlebih menguras tenaga kita. tandailah jalan yang telah kita lewati dan mencari perhatian dengan cara membuat asap, menjemur pakaian di tempat tinggi dan atau terbuka, memantulkan sinar matahari dengan cermin dan lain-lain.
8. Mencari pertolongan. Selalu dan selalu berusaha mencari pertolongan. Buatlah kode-kode dari darat ke udara yang dapat membantu tim penolong, khususnya yang mencari survivor lewat udara. Tanda-tanda yang diberikan harus berukuran cukup besar, menyolok, kontras dengan warna latar belakangnya, dan ditempatkan di tempat yang mudah terlihat dari udara dan atau dari kejauhan. Isyarat boleh dibuat dari benda atau bahan apa saja yang mudah diperoleh. Beberapa kode dari darat ke udara berupa pola-pola yang dibuat di atas tanah adalah sebagai berikut;
E.Memelihara   kondisi tubuh
Membuat tempat berlindung (selter / bivoauk)
Kondisi survival adalah keadaan yang tidak menentu, kondisi dimana survivor harus selalu siap dengan segala kemungkinan yang terjadi dengan fasilitas dan sarana sederhana yang ada disekitarnya. Pada keadaan ini, dimana belum dapat dipastikan kapan keluar dari situasi tersebut membuat bivoauk adalah pilihan yang tepat. Tujuannya adalah untuk melindungi diri dari pengaruh alam seperti panas hujan, angin dan dingin.
Dalam membuat bivoauk harus disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi disekitarnya (IMPROVISASI). Hematlah tenaga dengan mencari bahan-bahan yang mudah kita dapatkan disekitar kita. Karena pekerjaan ini sangat menguras tenaga. Lakukanlah pekerjaan yang dirasa perlu dan penting, karena pemborosan tenaga akan mempercepat turunnya daya tahan tubuh. Bivoauck dapat dibuat dari bahan-bahan yang sengaja di bawa misalnya dome/tenda atau bahan-bahan yang tersedia di alam seperti dedaunan, ranting pohon, cekungan dan lain sebagainya. Prinsipnya adalah; CEPAT, AMAN dan NYAMAN.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat tempat perlindungan antara lain ;
1. Untuk berapa lama, dengan merencanakan berapa lama berlindung disuatu tempat, penghematan tenaga dan kesadaran emosi akan selalu terjaga. Akan tetapi bila kita selalu berpindah tempat maka pilihan yang tepat adalah Flying Camp. Untuk perkemahan mengembara (flying camp) sebaiknya jangan menggunakan bahan dari alam. Selain pemborosan tenaga, kondisi alam yang kita hadapi tidak selalu menyediakan kebutuhan kita. Untuk itu kita membutuhkan tenda / bahan yang ringan, mudah dilipat, tidak banyak memakan tempat, dan mudah dibongkar pasang. Tenda yang memenuhi persyaratan tersebut adalah        tenda    dome.
2. Sendiri atau kelompok, sesuaikan ukuran dengan jumlah orang dan barang. Tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas, agar kehangatan tempat berlindung dan kenyamanannya tetap terjaga. Usahakan setiap anggota dapat tidur dalam posisi yang sempurna.
3. Pilih tempat yang sesuai, terlindung dari terpaan angin secara langsung, rata, jangan di tempat yang kemungkinan banjir, tidak di bawah pohon/ranting yang sudah mati/rapuh, bukan sarang dan jalur binatang. Gunakan bahan yang kuat dan usahakan sebaik mungkin karena akan turut menentukan dalam kenyamanan. Untuk waktu yang lama, dirikanlah bivoauk yang tidak terlalu jauh dari air agar mudah mendapatkan air. Tapi juga jangan terlalu dekat atau didaerah aliran air untuk menghindari bahaya banjir. Dirikan pada tempat yang terlindung dari terpaan angin dan jangan mendirikan pada daerah yang terbuka yang langsung diterpa angin. Dan yang terakhir pilihlah tempat yang rata dan kering.
4. Manfaatkan alat dan kondisi alam disekitar kita, misalnya tenda/dome, ransel, ponco, lubang besar dipohon, pohon tumbang, goa atau cekungan di lereng, dan lain-lain. Berdasarkan jenis bahannya bivouck dibedakan menjadi bivouck buatan dan bivouck alam. Bivouack buatan bivouack yang dibuat dari bahan-bahan yang dibawa maupun dari alam sedangkan bivouack alam adalah bivouack yang telah tersedia di alam misalnya cekungan, goa, pohon roboh dan lain-lain.
Contoh-contoh bivouack lihat di gambar (belum tersedia)
Air dan cara mendapatkannya
Air adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dalam tubuh kita mengandung air sebanyak 75%, yang berperan dalam mempertahankan suhu tubuh, fungsi ginjal, dan menghilangkan rasa haus. Dengan meminum 4 – 5 liter air manusia dapat bertahan hidup 2 – 3 minggu sedangkan tanpa air manusia dapat bertahan hidup hanya 2 – 5 hari saja walaupun kondisi tubuh tidak terluka. Dalam keadaan survival jangan menunggu kehabisan persedian air, baru memulai mencarinya. Hematlah selalu air yang ada dan segera mencari sumber air terdekat untuk memenuhi persedian air kita. Kalau kondisi airnya terbatas lakukanlah pembagian jatah untuk setiap orang.
Air dapat dikonsumsi dengan baik apabila tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Untuk mendapatkan sekedar air sebenarnya tidak terlalu sulit apalagi hutan hujan tropis. Yang jadi pertanyaan adalah apakah air tersebut layak untuk kita konsumsi atau tidak. Berdasarkan sumber air yang diperoleh, ada air yang langsung dapat diminum dan ada yang harus mengalami treatment terlebih dahulu (dimasak, disterilkan, dan lain-lain).
Sumber air yang dapat langsung diminum
Pertama adalah air hujan. Meskipun kadang air hujan mengandung asam pada prinsipnya air hujan dapat diminum langsung, hanya diperlukan cara untuk mengumpulkannya. Cara mengumpulkan air hujan dapat dengan menggali lubang dan dipulas dengan tanah liat atau dasarnya dilapisi dengan bahan-bahan yang dapat menampung air seperti ponco, daun, alumunium foil, kulit kayu, plastik dan lain-lain. Ada baiknya setelah mendapatkan air kita masak terlebih dahulu.
Sumber yang kedua adalah dari tumbuhan dan atau lumut. Kita dapat memanfaatkan proses respirasi tumbuhan untuk mendapatkan air. Caranya adalah selubungkan sebuah ranting dan daunnya dengan sebuah kantong plastik yang ujungnya diikat. Penguapan dari daun akan menyebabkan timbul pengembunan pada plastik bagian dalam. Pilih bagian daun yang sehat dan banyak daunnya. Pada lumut kita dapat langsung menyerap air pada lumut dengan bahan yang mudah menyerap air seperti kain.
Sumber yang ketiga adalah embun. Pada daerah yang memiliki iklim yang sangat ekstrim dimana sangat panas di siang hari dan sangat dingin di malam hari, kita dapat menampung embun sangat banyak. Untuk mendapatkan air kita dapat menggunakan kain, busa, ponco, plastik dan lain-lain.
Sumber yang keempat adalah tanaman rambat atau rotan yang ada di hutan. Potonglah dengan pisau setinggi mungkin yang dapat dijangkau kemudian potong juga bagian bawahnya yang dekat dengan tanah. Air yang menetes dari batang tersebut dapat ditampung atau langsung diteteskan ke mulut.
Sumber yang kelima adalah air yang tertampung pada daun-daun yang lebar, biasanya setelah hujan ataupun embun di pagi hari, pada ruas bambu dan pada bunga kantong semar (Nephenthes sp) terdapat air. Untuk air yang dari kantung semar sebaiknya dimask dulu karena sering terdapat serangga yang sudah mati dan berbau.
Sumber keenam adalah dengan memanfaatkan kondensi tanah. Dalam hal ini memanfaatkan uap air tanah yang ditahan kemudian ditampung kedalam suatu tempat. Caranya adalah galilah tanah dengan kedalaman tertentu kemudian gelarkan plastik diatas lubang tersebut kemudian ujungnya ditahan. Beri pemberat di bagian tengah plastik penutup lubang hingga plastik agak masuk kedalam lubang. Sebelumnya telah diletakkan suatu wadah tepat dibagian tengah pemberat hingga nantinya air akan menetes di wadah tersebut. (lihat gambar….)
Sumber air yang tidak dapat langsung diminum
Lubang Air dan. Air yang terdapat di tempat ini biasanya juga bercampur dengan lumpur, potongan ranting, daun-daun kecil dan partikel-partikel besar lainnya. Cara yang terbaik adalah membiarkan terlebih dahulu air untuk beberapa saat agar mengendap. Sedngkan yang terapung di permukaan dapat dipungut langsung. Cara lain adalah dengan menggunakan kain atau busa kemudian diletakkan di permukaan secara perlahan dicelupkan ke dalam air lalu di peras dan ditampung disuatu tempat. Bisa juga dilakukan penyaringan atau disterilisasi dengan bahan-bahan seperti tablet Halazone, Iodine, Butir garam abu permanganate, atau bahan lainnya yang dibawa.
Air yang menggenang. Walaupun kita kadang ragu akan kebersihannya, dalam keadaan darurat air seperti ini masih dapat dimanfaatkan. Cara paling aman untuk memanfaatkan air itu adalah dengan melakukan penyaringan.
Air hasil galian di pantai dan atau sungai yang kering. Air tersebut harus mengalami proses lanjutan yaitu dengan dimurnikan terlebih dahulu. Caranya adalah ukur jarak sekitar 5 – 7 meter diatas air pasang untuk melakukan penggalian dengan cara membuat lubang kecil. Air yang didapat dengan cara ini biasanya tidak mengandung garam. Sebagai catatan air yang segar akan terletak diatas air yang asin dalam lubang galian tersebut. Air yang didapat dengan cara ini walaupun agak payau akan tetapi aman untuk dikonsumsi. Apabila air masih terlalu payau maka dapat dilakukan penggalian dengan penambahan jarak galian atau dilakukan penyaringan.
Cara penyaringan air
Pertama penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan baju kaos yang berlapis. Lebih baik kaos yang berwarna putih karena akan lebih jelas terlihat apabila kaos penyaring tersebut kotor dapat dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyaringan kembali.
Kedua. Dengan cara melewatkan air kedalam bambu. Tabung bambu bagian dasar dilapisi dengan kerikil dan ijuk atau bisa digunakan lapisan dedaunan kering dan rumput kering sebagai penyaringnya. Perlu diingat juga bahwa cara membersihkan air dapat dilakukan dengan mengendapkan selama 24 jam. Untuk menjaga kebersihannya maka sebaiknya tempat pengendapan ditutup rapat.
”INGAT! APABILA INGIN MINUM AIR, ambillah sedikit demi sedikit/ isapan. Jangan langsung minum sebanyak-banyak apabila menemukan air. Meminum sekaligus banyak hanya akan membuat muntah seseorang yang sedang kekurangan cairan (dehydrasi) sehingga akan membuat keadaan menjadi lebih parah.”
Tanda dari hewan ke sumber Air
Hewan bertulang belakang memerlukan air secara tetap. Hewan memamah biak biasanya hidup didekat air dan akan selalu berusaha di dekat sumber air. Hewan ini memerlukan air setiap sore dan pagi hari, bekas jejak hewan ini akan sangat jelas menuju ke lembah ke arah sumber air.
Burung pemakan buah tidak akan jauh dari sumber air. Binatang ini minum pada pagi dan sore hari. Apabila burung ini terbang langsung dan rendah maka itu tanda akan menuju air. Setelah minum burung tersebut akan terbang dari pohon ke pohon dan sering beristirahat. Pastikanlah lintasan terbang burung ini maka kemungkinan besar akan bertemu sumber air.
Serangga sebagai tanda yang baik terutama lebah. Mereka bisa terbang sekitar 6,5 Km dari sarang tetapi tidak mempunyai jadwal tetap mencari air. Semut sangat memerlukan air, sekumpulan semut yang berbaris menuju pucuk pohon untuk mengambil air yang terperangkap di sana. Seringkali penampungan air ini satu-satunya didaerah yang kering.
Menahan air dalam tubuh
Untuk menahan air dalam tubuh kita atau agar tidak cepat kehilangan kadar air dalam tubuh (dehydrasi) perlu diingat ;
* Hindari pergerakan yang berlebihan
* Untuk orang yang suka merokok, jangan terlalu banyak merokok.
* Berteduh di tempat yang teduh
* Jangan minum alcohol
· Bernapas melalui hidung, sedikit mungkin melalui mulut.
Perapian dan cara memasak dalam survival
“Kecil jadi sahabat besar jadi musuh” itulah api. Perapian merupakan hal penting yang harus kita pelajari dalam survival. Fungsi api dalam survival diantaranya sebagai penghangat tubuh, penerangan, menjauhkan hewan berbahaya, memasak, memberi tanda-tanda atau kode dll.
Dalam membuat api perlu diketahui 3 syarat yaitu udara, bahan bakar dan sumber panas. Satu syarat diatas tidak terpenuhi maka tidak akan terjadi pembakaran. Pilih tempat dekat shelter yang kering, terlindung dari angin dan dibersihkan dahulu dari serasah atau bahan lain yang mudah terbakar disekitarnya untuk mencegah kebakaran.
Dalam menyalakan api khususnya didaerah yang lembab, persiapkan tipe bahan sebagai berikut;
1. Tinder (penyala), material kering yang akan menyala dengan panas atau suatu percikan api.
2. Kindling (pemancing), material yang sudah disiapkan dan gampang menyala yang akan ditambahkan setelah bahan tinder menyala.
3. Fuel (bahan bakar), material ini diperlukan saat api sudah menyala besar dan baru dibutuhkan bahan pembakar yang agak besar dan terbakar secara pelahan-lahan.
Untuk daerah yang lembab (hutan hujan tropis) seperti kebanyakan hutan di Indonesia cara efisien dan efiktif adalah menggunakan korek api dan lilin agar tidak cepat mati. Akan tetapi apabila tidak korek api, ada beberapa cara yang dapat dicoba. Tetapi ingat cara ini memerlukan ketekunan dan kesabaran. Cara-cara yang dapat dilakukan diantaranya;
1. Menggunakan lensa / kaca pembesar / lup
2. Mengesekan kayu/bambu dengan kayu/bambu (keduanya harus kering)
3. mengesekkan pisau dengan batu dan atau batu dengan batu.
Tapi ingat, ketiga cara diatas tidak direkomendasikan di hutan yang lembab (Indonesia). Oleh karena itu bawalah selalu SURVIVAL KIT dalam setiap perjalanan.
Setelah dapat membuat api maka pengetahuan memasak dalam survival juga perlu untuk dipelajari. Memasak dalam survival adalah memberikan perlakuan terhadap bahan yang tersedia di alam untuk dimanfaatkan (dimakan). Tujuan dari memasak diantaranya; mengadakan sterilisasi, membuat bahan makanan agar mudah dicerna, menambah kenikmatan, dan lain-lain.
Apabila kita membawa peralatan memasak lengkap tentu tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi apabila peralatan kita minim atau bahkan tidak membawa peralatan masak kita bisa menggunakan fasilitas dari alam sebagai sarana. Cara memasak tersebut diantaranya;
1. Memasak dengan menggunakan kaleng bekas, pastikan kaleng yang akan kita gunakan bersih.
2. Dengan menggunakan bambu, ambillah batang bambu yang masih muda / masih hidup. Potong sesuai ukuran yang diperlukan. Masukkan beras atau bahan makanan kedalam lubang bambu kalau perlu tambah air. Masukkan bambu tersebut ke dalam bara api.
3. Memasak dengan menggali lubang di tanah, buatlah lubang di tanah secukupnya. Lalu lubang  tersebut dialasi dengan daun yang lebar yang bisa menahan air. Masukkan beras yang telah di cuci dan direndam beberapa saat ke lubang tersebut. Tutup dengan daun yang telah kita sediakan, selanjutnya tutup kembali dengan tanah. Buat api unggun diatasnya yang tidak terlalu besar tetapi menyala dengan konstan. Tunggu beberapa saat, lalu kita buka lubang tadi dan selanjutnya nasi siap untuk dimakan.
4. Memasak dengan menggunakan kelapa muda, ambil buah kelapa yang masih muda. Lalu kupas ujung bagian atasnya yang berfungsi sebagai lubang. Masukkan beras yang kita cuci kedalam buah kelapa tadi. Masukkan buah kelapa yang telah diisi beras tersebut kedalam bara api, tunggu dan beberapa saat sampai nasi matang.
Banyak fasilitas dari alam yang dapat kita gunakan sebagai sarana memasak. Hal ini tergantung pada kreatifitas dari survivor.
F. Sumber-sumber makanan dari alam
Survivor dapat bertahan hidup maksimal tanpa makanan selama 2 – 3 minggu. Kondisi ini apabila tidak ada air sama sekali. Sama seperti air jangan menunggu makanan habis untuk mencarinya. Menurut sumbernya makanan dapat diperoleh dari tumbuhan (Botani) dan hewan (Zoloogi).
Zoologi praktis
Tidak semua hewan dapat kita makan. Hal ini karena beberapa hewan dapat menimbulkan bahaya bagi manusia. Sebab-sebab hewan berbahaya tersebut karena;
- Mengandung bisa / racun. Bukan berarti kita tidak memakan jenis hewan ini, akan tetapi perlu diperhatikan bahayanya bagi tubuh kita. Apabila unsur racun / bisa dalam tubuh binatang ini bisa kita hilangkan maka kita dapat mengkonsumsinya. Binatang yang berbahaya tersebut diantaranya adalah; Nyamuk malaria, semut api, tawon atau lebah, kelabang dan atau scorpio/kalajengking, pacet, harimau, buaya, ular, ikan lepu batu, ikan pari dan lain-lain.
- Menyebarkan bau yang khas / busuk. Binatang tertentu tidak dapat dimakan karena mempunyai kelenjar bau yang menyebar secara khas (busuk). Ini dimunkinkan karena bau busuk tersebut berfungsi sebagai senjata untuk melindungi dari predator. Contoh binatang ini adalah tikus busuk atau cecurut.
Satwa sebagai Sumber makanan (lebih lengkapnya lihat di tabel):
· Molusca, contohnya siput dan kerang.
· Annelida, contohnya cacing tanah dan sondari (Pheretima sp)dan lintah (Hirudinaria sp).
· Insecta, contohnya belalang (Palanga sp)
· Crustacea, contohnya udang dan kepiting
· Pisces, semua ikan dapat dimakan.
· Amphibia, contohnya katak Rana sp
· Reptilia, contohnya ular, kadal, cecak dan lain-lain.
· Mamalia, contohnya kelinci, rusa, tikus dan lain-lain.
· Aves, contohnya ayam hutan Gallus gallus
Untuk mempermudah mendapatkan satwa ini maka kita memerlukan peralatan atau membuat peralatan sebagai berikut ;
· Tali, adakalanya dalam keadaan survival diperlukan tali untuk mengikat sesuatu atau sebagai alat bantu dalam pejalanan, sedangkan tali buatan tidak tersedia dalam perlengkapan yang dibawa, untuk itu tali dapat dibuat dari sobekan kain, rotan, akar, bambu atau pilinan/anyaman serat tumbuhan seperti gambar……..
· Pisau, dapat dibuat dengan menggunakan kulit luar bambu ( sembilu ), pecahan kaca, tulang binatang atau batuan yang diruncingkan
· Memancing, untuk tali dapat dibuat dari benang kain / pakaian atau serat tumbuhan, sedangkan mata kail dibuat dari peniti, kawat, duri, kayu atau tulang
· Selain dengan peralatan mancing, mencari ikan dapat dilakukan dengan menuba, di daerah pedalaman dilakukan dengan menggunakan akar tuba sedangkan untuk daerah pantai dapat dilakukan dengan menggunakan buah Baringtonia yang ditumbuk dan ditebarkan ke perairan yang banyak mengandung ikan.
· Senjata, dalam keadaan survival terkadang kita memerlukan senjata untuk mempertahankan diri atau berburu binatang guna keperluan makan, ada beberapa cara diantaranya dengan memakai tongkat kayu, bambu runcing, tombak, boomerang, kapak atau panah yang kesemuanya dapat dibuat sendiri dari bahan yang tersedia.
· Jerat,/Jebakan dan Jaring. Selain menggunakan senjata, untuk menangkap khewan dalam kadaan survival, paling praktis adalah dengan membuat jerat khewan, jenis jerat bermacam macam tergantung jenis serta ukuran khewan yang akan ditangkap. Jebakan diatas dibuat dengan cara melobangi tanah, jenis mamalia kecil akan terjebak di dalam lobang karena berbentuk seperti leher botol, hati-hati dalam mengambil tangkapan karena bisa jadi yang masuk malah ular berbisa.Jerat yang aman dalam artian, hewan yang kena tidak akan mati karena jebakannya adalah dengan membuat jerat kaki, hewan yang menginjak jebakan akan terjerat kakinya.Untuk jenis burung atau dapat menggunakan jaring yang dipasang diantara dua pohon yang biasa dilalui burung. Burung yang terbang akan tersangkut di jaring sehingga mudah untuk ditangkap
Botani praktis
Yang perlu diperhatikan dalam keadaan darurat untuk memakan tumbuhan yang tidak umum, sebaiknya memakan tidak hanya satu jenis tumbuhan saja. Dalam pemanfaatan sebagai bahan makanan ada beberapa cara yang digunakan, yaitu:
· Tumbuhan yang dapat dimakan langsung, biasanya Tumbuhan yang dimanfaatkan pada bagian buah serta daun atau pucuk. Contoh : Rasamala, gelagah, sintrong, bunut, putat dan lain-lain.
· Tumbuhan yang harus dimasak terlebih dahulu, Biasanya dimasak dengan cara direbus, dibakar atau digoreng. Contoh : Pucuk puring, umbut palem-paleman rotan, buah saninten, pasang, umbi talas dan lain- lain
· Tumbuhan yang harus diolah lalu dimasak, Biasanya dilakukan pengolahan terlebih dahulu seperti perendaman selama berhari-hari atau diberi campuran bahan penetral sebelum dimasak, atau dalam memasaknya harus sering mengganti air, karena apabila dimakan langsung dapat mengakibatkan gatal atau memabukan. Contoh : Umbi Acung, Suweg, gadung dll.
Pada dasarnya tumbuhan yang dimakan hewan dapat dimakan manusia. Namun dalam memanfaatkan tumbuhan hati-hati terhadap tumbuhan beracun, untuk itu perlu dilakukan tes apakah bisa dimakan atau tidak. Ambil sebagian tumbuhan tidak bergetah yang ingin dimanfaatkan coba patahkan kemudian oleskan ke kulit tunggu beberapa menit, apabila tidak terasa reaksi seperti gatal / panas, diulangi dengan menggunakan lidah apabila tidak ada reaksi juga berarti dapat dimakan.

Tulisan ini disalin dari Jungle Survival

Revolusi Mental Pecinta Alam

|| || || Leave a komentar







Ahyar stone
NIA 88.04.073 MPA
Ekonomi Management UMS (1988)


BUKALAH facebook, lalu kunjungilah grup-grup pecinta alam. Namun sebelum kesana, buru-buru saya menyarankan, jangan terlalu berharap akan mendapat pencerahan melalui diskusi seru tentang pasang surut dunia pecinta alam, masalah pencemaran,illegal loging ataupun bedah wacana seputar membangun karakter bangsa. Jika itu harapan anda, bersiaplah-siaplah gigit jari.
Pasalnya, wacana semacam itu lumayan langka diangkat di grup pecinta alam. Kalaupun ada, yang tertarik mengkritisinya hanya beberapa orang. Itupun cenderung dengan baku komentar sekenanya, dan tentu saja tak ada konklusi berbobot untuk ditindaklanjuti.
Pemandangan yang mendominasi di grup pecinta alam – baik yang anggotanya mencapai ratusan maupun diatas dua puluh ribu orang – adalah aneka rupa daganganonline. Mulai sepatu gunung berbagai merk, tenda segala ukuran, t-shirt, baju, jaket, ransel, kompas hinga ke asesoris seperti kalung logam dan gelang prusik warna-warni.
Kemudian, di grup-grup itu juga akan terlihat rupa-rupa tawaran traveling. Mulai dari piknik ke gua-gua. wisata gunung, paket arung jeram, jalan-jalan ke hutan, bermalam di tepi danau. Bahkan sampai ke wisata kuliner lengkap dengan daftar menunya. Semua ditawarkan secara rinci sampai ke tingkatan potongan harganya.
Pendeknya, jika datang ke grup-grup pecinta alam di dunia maya, pengunjung akan semakin mendapat pembenaran bahwa pecinta alam memang tak lebih dari komunitas wisatawan belaka, sekaligus pasar potensial untuk memasarkan aneka produk industri pariwisata serta barang-barang yang membuat pecinta alam nyaman jalan-jalan.

Kering Makna
Sangat mencemaskan mendapati realitas diatas. Karena aktivitas pecinta alam telah bergeser menjadi wahana hiburan untuk mengisi liburan. Bukan sebagai sarana pendidikan. Apalagi sebagai kawah yang menggodok manusia biasa menjadi yang berkarakter kuat. Padahal Pecinta alam dilahirkan, sejatinya sebagai media membangun karakter manusia.
Faktor penting yang membuat kelompok pecinta alam begitu mudah meninggalkan “fitrahnya” sebagai media pembelajaran, untuk kemudian migrasi menjadi kelompok wistawan adalah karena kurang kuatnya menanankan akar pemahaman makna pecinta alam itu sendiri.
Hampir semua kelompok pecinta alam – baik yang berbasis di kampus maupun di luar — menempatkan materi kepecintaalaman di daftar materi tambahan alias topik yang kurang penting di Pendidikan Dasar-nya (Diksar). Kandungan materinya hanya memuat riwayat hidup kelompoknya lalu ditambah dengan sejarah dan pengetahuan kepecintaalaman yang bersifat umum. Itupun disampaikan sekenanya dan nyaris tanpa pembahasan menyeluruh apalagi mendalam.
Sementara, materi fisik semisal mendaki gunung, panjat tebing, arung jeram dan lain sebagainya, di tempatkan di posisi materi pokok yang tentu saja disampaikan secara utuh, durasi lebih lama serta dilengkapi simulasi di lapangan. Peserta Diksar diwajibkan mengikuti materi ini secara utuh dan lengkap. Bahkan agar fokus tak jarang peserta yang tak serius diganjar dengan push up, scoth jump atau dihukum lari-lari mengitari area tempat materi praktek.
Efek jangka panjang dari skenario penempatan materi penting – tidak penting seperti diatas, akan membuat setiap pecinta alam akan berpersepsi bahwa kegiatan fisik – mendaki, manjat itu – merupakan roh kegiatan pecinta alam. Karenanya harus diutamakan dan didominankan. Inilah yang kemudian membuat pecinta alam lebih termotivasi menjadi pemanjat tebing yang lincah, penjelajah gua yang penuh waspada atau malah menjadi pendaki konyol yang berani mati.
Persepsi itu tentu keliru, dan karena berangkat dari keliru persepsi itu pula, pecinta alam dalam melakukan aktivitas alam bebasnya terbatas pada tataran fisik semata. Pecinta alam ke gunung hanya karena ingin mendaki. Berkompetisi mendatangi puncak tertinggi. Demi kejayaan nama kelompoknya semata. Atau menjadi turis penikmat alam seperti yang disinggung diatas.
Mereka tidak menyertakan misi edukasi di setiap misinya ke gunung, ke tebing, ke gua atau ke arus sungai liar. Akibatnya, bergiat di alam menjadi aktivitas yang kering makna, tanpa pemahaman filosofis, serta terputus dari kontribusi membangun karakter positif pelakunya. Inilah yang dikecam pendaki dunia kelas seven summit asal kanada Pat Morrow.
Mereka tidak belajar apa - apa dari pendakiannya sendiri”, kecam Pat kepadapendaki yang cuma menganggap naik gunung sebagai aktivitas fisik belaka, jalan-jalan atau lebih parah lagi, sebagai upaya penaklukkan terhadap alam.
Membangun Karakter
Sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kendati Kode Etik Pecinta Alam lebih dulu lahir, tepatnya 1974, namun agenda yang diusungnya berdekatan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional tersebut, yaitu melahirkan manusia berkarakter baik, religius serta kental dengan semangat pengabdian dan spirit perdamaian. Agenda besar ini tidaklah mengada-ada, karena, seperti yang disampaikan Ki Hajar Dewantara : pendidikan dapat diperoleh melalui sekolah, keluarga dan pergerakan. Kegiatan kepencintalaman merupakan wadah pendidikan berbentuk pergerakan tesebut.
Dengan pergi ke alam, pecinta alam akan belajar berbagai hal. Belajar mengenal diri sendiri, orang lain, lingkungan serta belajar mengenal tanah air sekaligus memahami rakyatnya. Seperti yang disampaikan pendiri pecinta alam, Soe Hok Gie, “Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan, mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.
Senada dengan Soe Hok Gie. Pendaki kaliber internasional asal Itali Walter Bonatti juga berpendapat alam merupakan tempat belajar yang baik. Aku percaya kata Bonatti, bahwa, “Alam memiliki pelajaran dan dapat mengajar kita. Karena itu aku percaya bahwa gunung beserta hukum-hukum yang ada padanya merupakan sekolah yang baik untuk mengubah watak manusia”.
Dengan demikian, mereka yang beraktivitas di alam bebas, akan berkarakter baiksehingga memiliki kesadaran untuk mengabdi kepada Tuhan, bangsa dan tanah air. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitarnya serta menghargai manusia dengan kerabatnya. Berusaha mempererat tali persaudaraan antar pecinta alam sesuai asas pecinta alam. Berusaha saling membantu serta saling menghargai pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa. (Kode Etik Pecinta Alam)

Reorientasi Makna Pecinta Alam
Sangat tepat Presiden Jokowi menjadikan revolusi mental sebagai gerakan nasional. Karena sudah sangat terang benderang bangsa ini mengalami degrdasai mental. Sekarang ini, aksi kepedulian kepada sesama dan lingkungan hidup menjadi sebuah tindakan yang dianggap aneh. Sikap saling menghargai dan semangati menjadi sesuatu yang makin sukar ditemukan di kehidupan sehari-hari. Bahkan, bersikap jujur dinilai sebagai perilaku menyimpang.
Revolusi mental yang dicanangkan Presiden Jokowi artinya membangun manusianya dulu atau membangun jiwanya. Dengan membangun manusianya maka disetiap jiwa anak bangsa akan tersemai karakter positif yang ditandai dengan adanya sikap, perilaku dan budi pekerti yang baik. Misalnya bersikap ksatria, religius, jujur, saling menghormati, tidak cepat putus asa, sopan dan santun, peduli, rela berkorban, serta berpikir ke depan untuk kemajuan bersama.
Terhadap gerakan revolusi mental, sepantasnya pecinta alam mendukung secara proaktif. Karena bukan saja lantaran Presiden Jokowi merupakan seorang pecinta alam, melainkan pecinta alam sendiri mentalitasnya sudah tergerus sehingga kegiatannya tak lagi mencerminkan aktivitas membangun karakter seperti yang dulu digagas Soe Hok Gie.
Agar dukungan nyata tersebut berjalan optimal, maka tindakan dasar yang harus dilakukan pecinta alam adalah melakukan revolusi mentalnya sendiri dulu, dan aksi ini dapat diawali dengan reorientasi atau pemahaman kembali makna pecinta alam. Karena bagaimana akan berkontribusi memperbaiki mental bangsa jika pecinta alam masih menjadi bagian dari krisis mental itu sendiri.
Reorientasi dapat dimulai dengan pertama, menjadikan materi kepecintaalaman sebagai menu utama Diksar. Kandungan materinya tidak parsial, namun harus holistis, mulai dari gagasan awal yang menjadi embrio lahirnya pecinta alam, visi dan misi ke depan, pergolakan pemikiran di kalangan pecinta alam Indonesia, hingga ke dinamika organisasi tempat pecinta alam peserta Diksar bergabung.
Pecinta alam haruslah memahami sejarahnya secara komplit, baik dan benar, karena seperti yang dikatakan Koentowijoyo, dengan belajar sejarah seseorang akan senantiasa berdialog antara masa kini dan masa lampau sehingga bisa memperoleh nilai-nilai penting yang berguna bagi kehidupannya. “Nilai-nilai itu dapat berupa ide-ide maupun konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi pemecahan masalah kini dan selanjutnya untuk merealisasikan harapan masa yang akan datang”, begitu kata Koento.
Materi Kepecintalaman hendaknya disampaikan secara dogmatis, ini dimaksudkan agar “faham” pecinta alam benar-benar dipahami dan mengakar kuat di diri pecinta alam, sehingga menjadi pola pikir dan “jiwa korsa” dalam beraktivitas di alam bebas. Lalu adakan pendalaman materi yang diperkaya dengan diskusi-diskusi serius yang berbobot. Tujuanya untuk merangsang lahirnya gagasan-gagasan baru yang berangkat dari kerangka pikir pecinta alam yang mungkin lebih kreatif dari gagasan yang pernah ada sebelumnya.
Kedua, di setiap aktivitas fisik mutlak pula dimuati dengan edukasi yang mengarah kepada pembangunan karakter. Kemudian di evaluasi setiap pendakian, pemanjatan dan sebagainya tidak sebatas berkutat di seputaran masalah teknis kegiatan. Melainkan dilebarkan hingga menyentuh kemampuan menggali makna-makna tersembunyi dari rangkaian proses aktivitas fisik tadi.
Hali itu dimaksudkan agar pecinta alam tidak saja mahir beraktivitas, melainkan juga cerdik menyiasati situasi dan cerdas membidik persoalan dari sudut pandang yang tidak umum. Mampu menguasai emosi dalam kondisi apapun. Terbiasa cepat mengambil keputusan taktis di situasi ekstrem. Serta mengasah kemampuannya membangun team work yang efektif dan efisien.
Ketiga, melihat agenda besar dan tanggung jawab yang diemban pecinta alam, maka menjadi penting pula dilakukan penambahan pengetahuan di luar ilmu baku kepecintaalaman. Misalnya pengetahuan geografi, biologi, sosiologi, hukum lingkungan, metode penelitian, leadership dan sebagainya termasuk pengetahuan praktis menulis dan photografi.
Karena jamak terjadi, jika sebuah persoalan – ekonomi misalnya - tak akan dapat terpecahkan secara tuntas jika hanya menggunakan disiplin ilmu ekonomi saja. Perlu pendekatan disiplin ilmu lainnya. Sama halnya dengan pecinta alam, agar aktivitasnya berjalan tanpa kendala, berandil terhadap pembangunan bangsa, memberikan sumbangan pemkiran kepada dunia keilmuan, serta mampu berpartisipasi di wilayah praksis untuk memecahkan persoalan rakyat. Maka memperlajari disiplin ilmu lain menjadi sebuah keharusan.

Pungkas Wacana
Memang belum ada sensus spesial untuk menghitung jumlah kelompok pecinta alam di Indonesia. Namun, karena hampir semua Perguruan Tinggi di Indonesia memiliki Unit Kegiatan Pecinta Alam, jumlah pecinta alam di Indonesia, pastilah besar. Belum lagi jika ditambah dengan kelompok Pecinta alam yang bermarkas di luar Kampus serta di tingkatan Sekolah Pertama dan Menengah. Jumlah pecinta alam di Indonesia pastilah mencapai angka ribuan. Angka yang tidak kecil.
Diharapkan, melalui reorientasi tadi, penguatan edukasi di setiap kegiatan fisik serta pengayaan pengetahuan di luar basik kepecintaalaman, maka pecinta alam secara mental tentunya akan memiliki jangkar karakter yang kuat. Tidak menjadi kelompokbesar bermental kecil. Kelompok yang selalu melihat kelompok lain sebagai pusat teladan, tanpa menyadari dan menghargai kelebihan-kelebihan kelompoknya sendiri. Atau sebaliknya,kelompok yang mengembangkan mentalitas jago kandang yang menolak belajar dari kelebihan kelompok lain.
Dengan tiga upaya itu pula, aktivitas pecinta akan menjadi wadah ideal untuk olah pikir, olah rasa, olah karsa, dan olah raga. Sehingga pecinta alam bukan hanya mengembalikan jati dirinya ke gagasan awal leluhurnya, namun dalam cakupan yang lebih luas pecinta alam secara otomatis telah pula memberikan sumbangsih terbaiknya dalam berpartisipasi menyembuhkan penyakit mental bangsa ini. Sebuah kontribusi yang sangat bermanfaat dalam mewujudkan cita-cita kolektif bangsa ini untuk hidup lebih baik di masa depan.
Tentu saja happy ending demikian akan terwujud jika pecinta alam mengubah dirinya. Jika tidak, ceritanya tentu akan lain. Karena, seperti kata Einsten, “Jangan mengharapkan hasil berbeda jika tetap menggunakan cara lama”.(AS)


Penulis adalah Pemerhati masalah Pecinta Alam.