Pendakian Gunung Djobolarangan via Pondok

|| || ,,,,,,,,,,, || Leave a komentar

Masa bimbingan Gunung Hutan Anggota Muda XXXI MALIMPA

Gunung Djobolarangan merupakan gunung tertinggi dijajaran  Pegunungan Sewu, jika anda mendaki Gunung Lawu maka akan terlihat puncak dari gunung ini. Pendakian kali ini dalam rangka menjalani prosesi masa bimbingan Anggota Muda angkatan XXXI sebelum dilantik menjadi Anggota Biasa MALIMPA,  untuk itu kami berniat melakukan pendakian ini pada tanggal 30 Januari – 3 Februari 2014 bertepatan dengan liburan semester. Pendakian ini bertujuan untuk mengasah skil para Anggota Muda MALIMPA dibidang ilmu Gunung hutan, sehingga diharapkan untuk kedepannya kami memiliki bekal yang cukup untuk melakukan pendakian-pendakian berikutnya.
Kami berangkat dari Solo sehari sebelum pendakian hari pertama kami mulai, dengan beranggotakan 12 Anggota Muda dan 3 Pendamping dari Anggota Biasa membuat kami yakin pendakian kali ini akan mengawali cerita kami di MALIMPA. Cerita dimulai dihari pertama pendakian, Jumat (31/01/2014) seperti biasanya kegiatan dimulai dari bangun pagi dilanjutkan sholat, masak, orientasi medan, dll.  Setelah semua selesai perjalanan ke puncak Djobolarangan kami mulai pada pukul 10.00 WIB. Disepanjang perjalanan tanjakan demi tanjakan kami lalui seperti tidak pernah ada habisnya, terlebih jalur yang kami lewati banyak yang  tertutup ranting dan semak-semak sehingga kami harus kerja ekstra untuk membabat ranting dan semak-semak yang menghalangi perjalanan kami, rasa capek dan putus asa sering menghampiri kami untuk menghentikan perjalanan ini, namun tekad kami sudah terlalu kuat untuk menginjakkan kaki dan menancapkan Bendera MALIMPA dipuncak tertinggi dikawasan pegunungan sewu tersebut.
Setelah berjalan seharian kami pun berencana beristirahat untuk mendirikan tenda, namun karena medan yang terjal dengan kemiringan lebih dari 30° sangat menyulitkan kami untuk mencari tempat beristirahat, padahal hari sudah menjelang malam. Setelah kami paksakan untuk sedikit melangkahkan kaki ke atas akhirnya kami menemukan tempat yang cukup lapang untuk mendirikan tenda, setelah makan dan mengevaluasi kegiatan kami tadi, kami langsung beranjak menuju tenda untuk beristirahat.
            Malam pun telah berganti pagi, Sabtu (01/02/2014) pagi yang cerah mengawali kegiatan kami, setelah melakukan aktivitas pagi seperti biasa kamipun langsung mencari titik kontrol dimana kami menginap, karena ketika sampai di sini kemarin kami belum mengetahui posisi camp kami dipeta. Setelah berulang kali melakukan orientasi medan dan resection  baru diketahui posisi kami sebenarnya di peta, namun betapa  tercengangnya kami setelah mengetahui posisi kami berada sekarang, ternyata kami sudah berjalan sangat jauh dan keluar dari  plotingan. tanpa menunggu lama perjalanan pun kami lanjutkan untuk kembali ke jalur plotingan semula dan melanjutkan perjalanana menuju puncak Djobolarangan.  Medan yang kami lalui kali ini tidak jauh berbeda dengan medan yang kami lalui kemarin, semak, ranting, bahkan pohon tumbang cukup menghalangi perjalanan kami, dengan segala cara mulai dari berjalan, merangkak, memanjat, dan terus mencari pegangan untuk naik ke atas kami lakukan untuk mencapai puncak yang kami tuju. Akhirnya  pukul 16.45 WIB kami sampai di puncak Djabolaragan dan beristirahat sejenak. Setelah menikmati keindahan puncak djobolarangan dan foto-foto kami harus segera melanjutkan perjalanan untuk menuju Wella. Karena rencananya kami akan mendirikan tenda di sana.
           
Hari ini adalah hari ke 4 selama kami di Gunung dan semuanya mulai terlihat lebih bersemangat dibandingkankan hari - hari sebelumnya, karena perjalanan selanjutnya akan melewati jalur DIKLATSAR kami dulu. Perjalanan dari Wella menuju Puncak Rengginang dibutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke sana. Setelah sampai puncak Rengginang kami beristirahat sejenak dan memasak mie rebus untuk mengganjal perut kami yang sejak dari tadi meronta. Setelah mie rebus dibagikan secara bergiliran tiba saatnya pada giliran Farich, tapi tanpa sengaja wadah tempat mie tumpah dan jatuh ke tanah, secara spontan kami langsung berebut memakan mie yang jatuh tersebut, mungkin masih terbawa saat pendidikan dulu bahwa kita tidak boleh menyisakan makanan, kami pun tertawa terbahak-bahak setelah sadar kami telah  menghabiskan mie yang jatuh tadi. Selesai makan kami mulai melanjutkan perjalanan menuju ke camp terakhir di Tlogo Dlingo.
            Senin (03/02/2014) hari ini rasanya semuanya dilakukan lebih cepat dari hari biasanya seperti bangun lebih awal, lalu sholat subuh dan langsung mulai masak dan packing. Mungkin karena sudah terbiasa sehingga apa yang kami kerjakan seakan menjadi lebih mudah. Setelah selesai makan lanjut menuju desa Tlogo Dlingo untuk pulang ke kampus.
Narasi : Siti Fatimah

Menjamah Rimbanya Pegunungan Yang, Kab. Situbondo

|| || ,,,,,,,,,,, || Leave a komentar

Eksplorasi Flora fauna di Pegunungan Yang


Sejak pendakian yang terakhir pada tahun 2010 yang lalu, baru-baru ini MALIMPA kembali mengagendakan pendakian ke Gunung Argopuro dan puncak Dewi Rengganis, pada tahun 2010 lalu pendakian melalui jalur Baderan dan turun Bremi, lain halnya dengan pendakian kali ini yang menggunakan jalur bremi sebagai start awalnya dan turun di Baderan, Kab. Situbondo. “ pendakian ini kami lakukan tidak hanya sekedar naik gunung saja, tapi fokus utama kegiatan ini adalah eksplorasi Flora dan Fauna di jalur pendakian”. Kata Ketua Tim pendakian Frendy Wijaya. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 10-16 Februari 2014 mendapat respon yang cukup baik dari pengurus MALIMPA, Ketua Umum MALIMPA periode 2014  Akip Saputra. mengungkapkan “ sudah sepatutnya kita sebagai pecinta alam melestarikan keaneka ragaman flora dan fauna yang ada di alam agar tidak semakin rusak, harapannya dengan kegiatan semacam ini kecintaan kita terhadap lingkungan dapat menyadarkan kita akan pentingnaya menjaga dan melestarikan lingkungan ”
Kegiatan ini melibatkan 5 anggota MALIMPA yang sebelumnya telah melalui proses fisik dan materi tentang Flora Fauna, setelah mendapat ijin dari pengurus MALIMPA akhirnya Tim siap untuk   diberangkatkan. Dalam ekslorasi hari pertama kami melewati hutan homogen yang didominasi pohon damar, selanjutnya  hutan basah disekitaran danau taman hidup. Danau taman hidup merupakan telaga alami yang terbentuk karena depresi pegunungan disekitarnya yang membentuk cekungan sehingga hujan yang turun akan tertampung di telaga ini. Keberadaan danau taman hidup menjadi tumpuan bagi keberlangsungan ekosistem di kawasan ini. Perjalanan dilanjutkan menuju ke Cisentor, untuk sampai di Cisentor kita akan melewati hutan pinus yang merupakan habitat monyet hitam ekor panjang atau lutung dan babi hutan, disamping itu para pendaki harus sedikit berhati-hati jika melewati daerah ini, karena disepanjang jalur pendakian terdapat tanaman “Jancukan” yang biasa penduduk sekitar menyebutnya. Tanaman Jancukan ini jika terkena kulit maka kulit akan terasa panas dan gatal seperti tersengat lebah. 
Setelah sampai di Cisentor, yaitu pertigaan antara ke Bremi, Puncak, dan Baderan, Tim kami pun mendirikan camp disini agar lebih dekat dengan puncak Argopuro dan Dewi Rengganis. Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan ke Puncak Argopuro dan Dewi Rengganis. Setelah puas Foto-foto kamipun langsung turun menuju Sikasur untuk kemudian ke Baderan. Di sepanjang perjalan antara puncak ke Sikasur, medan yang dilewati didominasi padang sabana yang luas, di daerah ini juga banyak ditemukan burung merak, karena padang sabana merupakan habitat yang baik untuk burung merak. Kami hanya mengambil gambar dan mengambil beberapa bulu merak yang rontok untuk dijadikan sampel, karena burung merak dilindungi oleh Negara maka burung ini tidak boleh di buru atau diperdagangkan. Konon Sikasur dulunya merupakan bekas bandara militer jepang ketika menjajah Indonesia, saat ini pun masih dapat kita lihat bekas Run way bandara berselimutkan padang rumput dan beberapa bekas bangunan yang telah rusak. Vegetasi di sini merupakan padang sabana yang luas dan terdapat mata air yang ditumbuhi selada air. Setelah menginap semalam di Sikasur perjalanan kami lanjutkan menuju Baderan, vegetasi selanjutnya merupakan hutan hujan yang dihuni burung - burung kecil dan monyet. Disepanjang perjalanan  jalur yang kami lalui terlihat bekas tapak ban motor berukuran 2-3 cm sehingga sedikit menyulitkan perjalanan kami. Menurut masyarakat setempat biasanya para penduduk mengambil selada air di Sikasur menggunakan sepeda motor untuk kemudian dijual di pasar. Perlu keberanian dan ketrampilan yang lebih dalam mengendarai motor di jalur ini karena medan yang dilalui lumayan terjal dan berjurang.
Akhirnya perjalanan telah sampai di ladang penduduk, cukup mengherankan memang karena daerah yang semula berupa hutan hujan dan bergunung-gunung disulap menjadi ladang oleh penduduk sekitar. Ironisnya praktek semacam ini masih berlangsung hingga saat ini, sebelum melewati ladang tadi memang terdengar suara gergaji mesin yang bersaut-sautan di tengah hutan, sehingga saya yakin, cepat atau lambat daerah bekas penebangan pohon tadi akan berubah menjadi ladang. Sebagai masyarakat yang perduli terhadap kelestarian lingkungan sudah seharusnya praktek semacam ini harus dihentikan karena akan merusak habitat makhluk hidup yang ada di Pegunungan Yang ini. 
Transportasi
Perjalanan ke Gunung Argopuro via Bremi kami menggunakan transportasi umum, dimulai dari Solo ke Surabaya armada yang kami gunakan adalah Bus umum, kurang lebih waktu tempuh 5 ½ jam, dilanjutkan dengan Bus jurusan Banyuwangi, dari terminal Bungurasih di Surabaya turun di terminal lama Probolinggo atau langsung ke Pajarakan sekitar 2 jam. Jika turun di terminal lama akan dilayani Bus ke arah Bremi yang hanya ada pada jam 06.00 pagi dan 12.00 siang, namun apabila diluar jam tersebut saya sarankan untuk naik bus dari Surabaya turun di Pajarakan karena terdapat angkutan umum yang juga melayani sampai ke Bremi.   
Lama pendakian
Setelah turun di Bremi segera lapor ke Polsek Krucil yang ada di desa Bremi, letaknya tidak jauh dari gerbang masuk kawasan pegunungan Yang, setelah melapor kita bisa langsung melakukan pendakian. Perjalanan dimulai dari Bremi ke Taman Hidup, jalur ini melewati perkebunan warga, hutan produksi, baru kemudian hutan basah. Disamping tracknya lumayan terjal juga banyak pohon tumbang yang menghalangi jalan, sehingga sedikit menyulitkan bagi para pendaki yang melintas. waktu tempuh dari Bremi ke Taman Hidup kurang lebih 4 jam. Setelah sampai di Taman Hidup Saya sarankan untuk mendirikan camp di sini karena perjalanan dari Taman Hidup ke Aeng Kenek  lumayan panjang yakni sekitar 6 ½ jam, perjalanan dari Aeng Kenek ke Cisentor kurang lebih 3 ½ jam melewati hutan pinus dan semak – semak, disekitar Aeng Kenek terdapat aliran sungai yang jernih airnya, tapi harap berhati – hati jika kulit menyentuh tanaman “Jancukan” karena di Aeng Kenek paling banyak ditemukan tanaman ini. Selanjutnya perjalanan antara Cisentor dan Puncak anda akan melewati Rawa Embik, di Rawa Embik ini menjadi alternative bagi para pendaki untuk mendirikan tenda, karena di sini terdapat aliran sungai yang mengalir ke Cisentor, untuk mencapai puncak Gunung Argopuro dan Puncak Dewi Rengganis pun jauh lebih dekat jika dibanding mendirikan camp di Cisentor. Jika akan turun lewat Baderan, Cisentor merupakan pertigaan antara Bremi, Puncak, dan Baderan. Sehingga setelah di Cisentor anda harus menyeberang sungai kemudian mendaki sedikit menanjak baru kemudian sampai di padang sabana menuju ke camp berikutnya di Sikasur.  Perjalanan dari Cisentor ke Sikasur hanya 2 jam perjalanan dengan medan landai. Di Sikasur cocok  untuk mendirikan camp karena dekat dengan mata air. Baru setelah dari Sikasur ke Baderan membutuhkan waktu sekitar 7 jam.
Narasi : Ali Muqodas



|| || || Leave a komentar


Mengawali tahun yang baru dengan Rafting
Keple AM 31.017   
Saat mau menyambut tahun baru MALIMPA belum memiliki satu acara yang benar-benar ingin dilakukan. H -2 sebelum tahun baru semua anggota MALIMPA mulai menusulkan berbagai kegiatan untuk mengisi libur tahun baru, ada yang mengusulkan untuk naik gunung, susur pantai, mancing, camping, rafting dan masih banyak lagi. Tetapi setelah masuk H-1 tahun baru akhirnya diputuskan kegiatan yang akan dilakukan adalah Rafting di Sungai Elo. Target minimal orang yang ikut harusnya 25 tetapi saat mau berangkat hanya 10 orang yang berangkat dari sekret dan 1 orang Anggota Luar biasa beserta 1 temannya yang bertemu dijalan dan 2 orang Anggota Luar Biasa lagi yang langsung datang ke TKP.
Awal cerita pada hari Selasa,31 Desember 2013 pukul 21.00 WIB berangkat dari sekret MALIMPA menuju ke Magelang. Sampai di Magelang sudah memasuki hari Rabu, 1 Januari 2014 pukul 01.15 WIB dan langsung istirahat hingga pagi.
Pagi harinya di awal januari 2014 kami bangun dengan penuh semangat karena di hari ini adalah pertama kalinya aku dan teman-teman Anggota Muda akan melakukan kegiatan Rafting (Arung Jeram). Kita memulainya dengan TC dan jogging sekedar untuk pemanasan agar tidak terjadi keram atau kesleo. Setelah TC lalu kita menaiki angkot yang membawa perahu dan peralatan untuk Rafting menuju Sungai Elo yang disitulah kita akan mulai beraksi mengalahkan ketakutan pada jeram Sungai Elo.
Sampai di tepi Sungai Elo perahu dan semua peralatan yang lainnya diturunkan dari angkot, perahu mulai di pompa dan pelampung beserta helmpun mulai dikenakan Setelah perahu siap dan semua yang akan ikut Rafting sudah mengenakan perlengkapan, mulailah perahu diangkat menuju ke Sungai Elo.
Sebelum melakukan pengarungan kami Anggota Muda melakukan renang jeram dari Start sampai tikungan sebelum jembatan pertama. Kami diajari bagaimana caranya renang jeram. Saat diberi contoh oleh mbak Barong bagaimana caranya renang jeram sungguh dalam hati ada rasa takut yang mendalam tetapi saat mulai mencoba mempraktekan sumpah keren, baru sekali ini kami melakukan renang jeram dan rasanya ingin mengulangnya lagi walaupun pantat yang menjadi korban batu-batu di sungai.
Setelah semua Anggota Muda selesai latihan renang jeram barulah kami mulai persiapan untuk pengarungan. Dan kloter Rafting pertama dari Anggota Muda adalah Keple(Siti), Weksor(Febri) dan Sota(Aso) lalu dari Anggota Biasa ada mbak Barong(Mariska), mas Cacing(Arif) dan mas Keceng(Dian) serta tabahan dua orang teman kami yaitu Diyan dan Tiya. Dari start kami mulai mendayung dengan penuh semangat. Tetapi saat disitu aku dan teman-teman Anggota Mudaku belum terlalu mengerti bagaimana cara mengunakan dayung dengan benar jadi disitulah kami belajar dengan kakak-kakak kami yang cukup berpengalaman.
Setelah kami mulai mengerti cara mengunakan dayung yang benar ternyata di depan kami ada jeram yang menanti. Berasa senang sekali diawal itu walaupun arus jeramnya tidak terlalu besar, mungkin itu karena ini pertama kalinya bagi aku dan teman-teman Anggota Muda, tetapi kalau kata kakak-kakak Anggota Biasa arus jeram pertama adalah pemicu semangat awal untuk memulai aksi dalam Rafting.
Satu per satu jeram kami hajar dan ada juga saat kami harus mendayung perahu untuk melawan arus jeram, seluruh tenaga kami kerahkan sepenuhnya dan saat jeram terlewati rasa puaspun mulai merasuki diri dan kami mulai meneriakkan rasa puas itu  AAaa…..!!!! sembari tawa dan senyum terlontar dari kami.
Rasa puas itu belum selesai, masih ada satu tantangan lagi yaitu saat akan sampai di finish. Setelah kami lewati arus jeram yang ada di finish kami mulai mencoba mendayung melawan arus untuk membawa perahu ke tepian sungai Elo. Kami mendayung dengan irama, kami mendayung dengan teriakan semangat untuk lewati arusnya.
Sampai ditepian perahu mulai kami angkat dan kami bawa ke parkiran angkot yang akan membawa kami beserta perahu dan perlengkapannya kembali ke basecamp. Di parkiran kami bertemu dengan mas Cempreng (Hendra) Anggota Luar Biasa angkatan 18, mas Faisal Anggota Luar Biasa angkatan 17, mbak Acik Anggota Luar Biasa angkatan 26 dan mbak Ken dari MAPALA UMY. Aku dan teman-temanku langsung dengan semangatnya menceritakan kepuasan yang kami dapat saat melakukan pengarungan. Dan mereka mulai memberikan selamat dan menceritakan sedikit pengalamannya.
Kloter pertama pengarungan selesai. Kami mulai kembali ke basecamp untuk istirahat dan bersih-bersih. Untuk kloter pengarungan kedua mulai mempersiapkan diri dan setelah semuanya siap langung menuju ke Sungai Elo. Kloter pengarungan ke dua ada dari Anggota Muda Keple(Siti) dan Kokop(Basir), Anggota Biasa ada mbak Barong(Mariska) dan mas Keceng(Dian), lalu ada lagi dari Anggota Luar Biasa mas Faisal, mas Cempreng(Hendra), dan mbak Acik berserta temannya mbak Ken dari MAPALA UMY.
Kali ini tidak ada renang jeram dulu diawal tapi kita langsung mulai dari start dengan menaiki dan mendayung perahu. Dan terasa lebih beda lagi karena aku dan kokop berada satu perahu dengan Anggota Luar Biasa yang punya pengalaman lebih banyak. Dari awal kami mendayung dengan irama yang sama dengan ayunan dayung yang sama dan teriakan-teriakan yang sama pula.
Jeram pertama kami adalah jeram start pertama yang di gunakan untuk latihan renang jeram oleh Anggota Muda pada kloter pertama pengarungan. Dan dari situlah kami mulai mendayung bersamaan. Kekompakan yang terjadi disitu mulai terasa. Teriakan-teriakan “ayo dayung”,”maju”,”goyangkan” dan “semangat” mulai terdengar. Dan pada saat kami menemui arus datar yang cukup panjang dan juga kami menemui  jembatan dari bambu  diatasnya kamipun menepikan perahu dan berunding ada yang berani melompat dari atas jembatan atau tidak.
Lompatan pertama dilakukan oleh kokop. Dan aku, mas faisal, mas Cempreng, mbak Acik mulai berlari dan menyusul ke atas jembatan. Sesampainya kami diatas jembatan rasa takutpun langsung merasuki diri kami. Kisah-kisah dalam sinetron pengrbanan cinta pun mulai kami perankan, sungguh konyol saat datas jematan itu. Dan mas faisal yang pertama melompat, aku menyusul dibelakangnya dengan meneriakan MALIMPAaaaaaaaa, huhhhh dalam hati serasa mati sejenak serasa nyawa tertinggal di atas jembatan tapi saat pantat yang mendapatkan salam pertama dari air sungai serasa nyawaku  dihentakan kembali ketubuhku.   Kemudian kami lanjutkan kembali pengarungan dan setelah melewati berepa jeram dan terhenti karena tersangkut pada batu ditengah sungai kami sampai kefinis dan kembali ke daratan setelah itu kami naikkan perahu keatas mobil dan kembali kebasecamp dan mulai bersih-bersih diri dan siap kembali kekampus. Dengan badan yang lelah namun penuh cerita dan pengalaman kami lanjutkan perjalanan menuju kampus.





PEKAN VI MALIMPA

|| || || Leave a komentar


MABIM Anggota Muda XXX tahun 2013

|| || || Leave a komentar






Seperti biasa setelah dilantik menjadi Anggota Muda MALIMPA, untuk dapat merubah status  Anggota Muda menjadi Anggota Biasa MALIMPA diharuskan melaksakan kegiatan masa bimbingan yang meliputi kegiatan panjat tebing, susur gua, arung jeram dan gunung hutan. Anggota Muda angkatan XXX pun mengawali dengan Kegiatan arung jeram dilakukan di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 25-28 Januari 2013, Anggota Muda mendapatkan semua materi arung jeram seperti pendayungan, rescue(renang jeram, lempar trhow bag), pengarungan, dll. Kegiatan gunung hutan dilakukan di lereng pegunungan lawu, ds.Tlogodlingo, Karanganyar pada tanggal 28 Februari – 3 Maret 2013, dalam kegiatan gunung hutan ini anggota muda mendapatkan semua materi seperti IMPK, Management perjalanan, analisis vegetasi, dll. Untuk kegiatan selanjutnya anggota muda melakukan 2 kegiatan dalam waktu yang bersamaan yaitu kegiatan Panjat tebing dan susur gua pada tanggal 20-28 April 2013. Pada kegiatan panjat tebing dilakukan di tebing siung, dengan materi metode panjat, teknik panjat, jenis panjat, dll. Sedangkan susur gua dilakukan di gua sinen ds.Purwodadi, Yogyakarta dengan materi yang diterima meliputi teknik penelusuran gua horizontal, vertikal, teknik pemetaan gua, pengenalan ornamen- ornament yang ada didalam gua.

LATIHAN POTENSI SAR SURAKARTA

|| || ,,,,,,,,,, || Leave a komentar

Latihan gabungan potensi SAR yang diselenggarakan oleh BASARNAS kantor SAR kelas A Semarang. Pelatihan ini dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 26 – 28 Maret 2013.yang ada di surakarta di ikuti oleh 52 orang dari 29 instansi yang memiliki potensi SAR Se-karisidenan Surakarta dan sekitarnya. Hari pertama dilakukan materi kelas di kantor SAR pos Surakarta, hari kedua materi kelas setengah hari dan dilanjutkan dengan aplikasi renang di kolam renang TNI AU, dan hari terakhir dilaksanakan aplikasi materi di Waduk Cengklik, Boyolali. Latihan gabungan ini dimaksudkan untuk menjalin komunikasi antara intansi SAR yang ada di Surakarta, agar ketika melakukan operasi SAR dapat berjalan dengan baik.

Pradito Keceng
NIA 09.26.004 MPA

Pendakian luar pulau pertama ku “ Latimojong nan eksotik

|| || ,,,,,,,,,,,, || Leave a komentar

Mendaki gunung merupakan olahraga yang keras,membutuhkan kekuatan fisik yang ekstra bagi pemula seperti saya, dan juga penuh tantangan yang berbahaya namun pada hakekatnya tantangan dan bahaya tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri agar bisa menyatu dengan alam.
Gunung latimojong merupakan daratan tertinggi  di Sulawesi Selatan Rantemario itu nama puncak tertingginya dengan ketinggian 3.478 mdpl. Gunungan latimojong berada di kabupaten Enrekang, Palopo, dan Tana Toraja. Namun bila menuju ke puncak Rante Mario jalur yang sering digunakan  melalui Kab. Enrekang.
Ini merupakan pendakian kedua saya sebagai pemula setelah mendaki gunung merapai besama temen2 anggota muda malimpa sebelumnya. Perjalanan ini menjadi suatu petualangan dan pengalaman yang tak akan terlupakan dalam hidup saya.
Tanggal 8 Februari 2013 tepatnya pas pertama liburan,Aku bersama 2 orang seniorku mas Akbar dan mas Catok berangkat dari kampus pukul 09.45 ke stasiun purwosari,karena kereta ke Surabaya brangkat pukul 10.00 wib dengan harga tiket Rp. 45.000 saat itu. Didalam kereta pun kita beli pecel karena belum sempat makan pagi sebelumberangkat(kasian banget yaaaa..??) selang waktu 5 jam akhirnya kita sampai di stasiun Surabaya, tanpa menunggu lama kita lagsung menuju ke pelabuhan Surabaya naik bis dengan ongkos Rp. 4000, kira-kira 45 menit kita sampai di pelabuhan Surabaya karena di tiket kapalnya berangkat pukul 20.00wib kita makan soto dan sholat dulu. O iya harga tiket kapalnya nya Rp.250.000 KMP Gunung Dempo,  Pukul 20.00 wib kita sudah berada dikapal, dikapal kita memutuskan tidak nyewa kamar untuk istirahat,kita tidur di dek kapal (“hemat beb” dikapal kan mahal !!). Pukul 22.00 wib kapal mulai berlabuh kita pun stay di lantai 2 untuk istirahat.Disini kita masak nasi goreng untuk makan malam, karena perut sudah sangat lapar dan sebelum tidur kita seru-seruan maen kartu dulu. Karena kelelahan akhirnya kamipun tidur,  kira-kira 1 jam kemudian Mas Catok bangun dan tersadar kalau daypack yang ada disampingnya hilang, menyedihkan sekali padahal isinya barang MALIMPA semua ada kompas,webing,carabiner singkat cerita  setelah mencari sampai  keliling kapal akhirnya mas akbar dan mas catok menemukan ditempat sampah pukul 4 sore,itupun yang ketemu cuma isinya saja, daypacknya dibawa pencuri itu. Sehari semalam berada dikapal ditambah dengan kejadian seperti itu akhirnya kita sampai di pelabuhan makassar pukul 23.00 dini hari tanggal 9 Februari 2013,Ekspedisi KL Gunung Dempo pun berakhir. (hehehe) J
Di pelabuhan kita dijemput sama anak MAPALA Unismuh Makassar, dan istirahat di sekretariat mereka,sesampai disekret mereka kita disambut dengan ramah inilah yang paling saya suka, walaupun belum kenal namun menunjukkan suasana kekeluargaan yang tinggi. Disini kita juga menyempatkan latihan fisik bareng anak UNISMUH setiap sore kita stretching di lingkungan kampus UNISMUH,tgl 11  Februari  2013 dini hari kita brangkat ke Baraka kerumahnya kak Laron, jarak dari kota Makassar ke Baraka kira-kira 8jam dengan modal Rp.45.000menggunakan mobil panther, disepanjang jalan kita disuguhi pemandangan bukit karst  yang Asri. Sampai di rumah kak Laron kita disambut dengan ramah oleh keluarga kak Laron,  selagi melepas penat dan ngobrol sama keluarga kak Laron,Mas Catok dapat kabar dia lulus Ekspedisi NKRI koridor Sulawesi dan harus kembali ke Solo untuk mengurus kelanjutannya. Aku dan mas Akbar tidak tau harus sedih apa senang dengar kabar tersebut, yang pasti kita senang mas catok dapat kesempatan itu,karena tidak semua pendaftar bisa dapat, dilain sisi kita sedih karena dia tidak dapat menemani kita sampai puncak, padahal yang paling bisa dipercaya bisa menjaga kita cuma mas catok,karena dia paling senior diantara kita, tapi ini tidak menyurutkan niat kita berdua untuk tetap muncak, kita tidak mau berlarut-larut dalam suasana seperti ini, akhirnya sore-sore kita diajak Kak Laron ke pegunungan di belakang rumahnya Kak Laron bersama Kak Macan dan Kak Bajing yang juga anak MAPALA UNISMUH lainnya yang rumahnya disini, disini kita seru-seruan foto-foto, kembali kerumah kak laron magrib, dan makan malam bersama, setelah makan malam kita istirahat untuk perjalanan  besok pagi.
Tgl 12 februari 2013,bangun pagi aku bersama Kak Bajing dan Kak Laron yang bakal nemenin kita mendaki nanti, pergi ke pasar beli sayuran dan ikan tambahan  bekal kita selama 4 hari muncak. Selasai packing kita pun siap berangkat ke Karangan dengan menggunakan truk angkutan  dengan ongkos Rp. 20.000 per kepala, perlu di perhatikan transportasi ini adanya bila ada hari Pasar saja, biasanya hari senin dan kamis, yaitu dimana biasanya penduduk kaki gunung turun untuk menjual hasil panennya dan membeli segala kebutuhan mereka. Desa Karangan mrerupakan desa terakhir di pegunungan ini, dan jalur yang kita lewati sangat becek, sekali-kali kita harus turun dan jalan kaki karena memang jalan yang di lalui tidak semulus jalan tol.Disepanjang perjalanan terbentang pemandangan yang indah. Karena jalan sangat becek akhirnya truk tersebut hanya bisa sampai dusun rantelemo,,sebelumya kita sudah jalan dari dusun angin-angin,hanya cerier yang dibawa truk tersebut. Sesampai dirantelemo kita harus melanjutkan pejalanan kurang lebih 2,5 jam untuk sampai ke  Karangan yaitu dusun terakhir di pegunungan latimojong disini kita istirahat di basecampnya MAPALA UNISMUH,basecamp tersebut dirumah salah satu penduduk desa ini yang biasa di panggil “ambe” sama mereka,kami pun ber istirahat semalam di rumah ambe, dari desa inilah perjalanan menuju pujak latimojong dimulai.
Tgl 13 februari 2013,setelah sarapan pagi kita berangkat dari rumah ambe menuju pos 1, sebelum berangkat terlebih dahulu kita berdoa untuk keselamatan. Perjalanan menuju pos 1 akan melewati perkebunan kopi penduduk, dan menyebrangi sungai kecil. Disini kita melihat penggundulan hutan besar-besaran dn berganti menjadi ladang penduduk. Mendekati pos 1 kami disambut oleh tanjakan terjal dengan kemiringan ± 80°. Setelah berjalan ± 90 menit dari rumah ambe akhirnya kami sampai di pos 1 yang dikenal dengan nama Buntu Kaciling. Dari sini pemandangan sangat indah. Pos 1 ini sendiri berada pada ketinggian 1600 mdpl yang berupa areal terbuka. Setelah berfoto- foto kami kemudian melanjutkan perjalanan ke pos 2.
Jalur menuju pos 2 di tempuh melewati hutan yang cukup rimbun. Jalur yang di lalui cukup seram kaerna mlipir di pinnggir-pinggir jurang dan cenderung menurun, karena pos 2 berada di lembah,dan barada di seberang sungai berupa batu besar yang menyerupai goa. Untuk bisa sampai ke pos 2 kita harus menyebrangi sungai cukup deras, wow airnya dingin banget, disini kita istirahat minum kopi dulu, disini kita ketemu dengan pendaki lain dari makassar 10 orang. Waktu yang di perlukan sampai ke pos 2 kira 60 menit.
perjalanan ke pos 3. Menuju pos 3 kami disambut dengan tanjakan terjal dengan kemiringan ± 70-80°.Jalur ini merupakan jalur terberat dari pendakian ke puncak Rantemario.Setelah beberapasaat kamipun sampai di pos 3 yang juga bernama Lantang Nase.Pos 3 ini sendiri berupa areal datar berukuran 5 m2 yang tidak memiliki sumber air dan berada pada ketinggian 1940 Mdpl.
Selepas pos 3  jalurmasih menanjak dan melwati hutan yang cukup lembab. Kemiringan 50-60 derajat dan jalurlandaisesekali menghiasi posini.Setelah beberapa saat kami pun sampai di pos 4 yangberupa areal teduh ditumbuhi pohon-pohon yang rimbun.Posini juga biasa disebut Buntu Lebu.
Menuju pos 5 kondisi jalur tidak banyak berubah, tanjakan dan tanjakan terjal masih mendominasi jalur ini.Perjalanan menujupos 5 semakin menantang dengan jalur yang sedikit licin karena ditumbuhi lumut. Setelah beberapa saat akhirnya kami tiba di pos 5 yang ditandai dengan areal yang luas dan dikelilingi pohon-pohon dan berada pada ketinggian ± 2800 Mdpl.disini kita putusin untuk nge camp karena sudah sore,kita tidak mau melanjutkan perjalanan malam. Disini terdapat sumber air ke sungai yang berjarak ± 150 m turun ke lembah sebelah kiri, selesai mendirikan tenda mas akbar dan kak bajing pun ambil air. Sementara kak macan masak untuk kita makan malam.selesai makan malam kita pun istirahat tidur.Sepanjang perjalanan dari pos 2 kita kehujanan terus.
Bangun pagi kita masak dan sarapan untuk menjaga stamina.Selesai sarapan kita melanjutkan perjalanan ke pos 6 Hawa dingin pegunungan latimojong mulai menusuk pada rangkaian perjalanan menuju pos 6.Jalur menuju pos ini didomonasi oleh tanjakan dengan kemiringan antara 50-60 derajat.Setelah beberapa saat akhirnya kami sampai di pos 6.Sambil menunggu temandari belakang kami menikmati sebungkus mie instan mentah.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos 7. Selepas pos 6  vegetasi tumbuhan mulai berubah. Pepohonan Sub Alpin yang kerdil mulai mendominasi jalur ini.Jalur menuju pos 7 berupa tanjakan melewati beberapa bukit kecil dengan sesekali jalur landai yang menghiasi rute ini.Pada lintasan ini kami disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan.Sambil sesekali menjepretkan kamera kami terus berjalan menuju pos 7. Beberapa saat kemudian kami pun sampai di pos 7 yang juga dikenal dengan nama Kolong Buntu. Pos 7 ini berupa area tebuka yang berada pada ketinggian 3100 mdpl. Di pos ini terdapat sumber air dari aliran sebuah sungai kecil yang teletak 10 meter dari pos ini

Dari Pos 7 ke  Puncak sekitar 45 menit dengan medan mendaki namun agak landai. . Ke  arah kiri menuju puncak Rantemario, ke ujung kanan 30° menuju  Puncak Nenemori 3397 Mdpl, ke kanan 60° menuju kota Palopo dan arah jalur dari pos 7.Di musim hujan area lapangan ini tergenang air menyerupai telaga, sehingga kalangan pendaki sering menyebutnya danau-danau. Di sepanjang perjalan cuaca sangat buruk, hujan shingga cuaca sangat dingin setelah beberapa saat kami pun sampai di atap Sulawesi tersebut luapan kegembiraan langsung saya ekspresikan dengan memeluk Triangulasi yang tingginya 150 cm. Di atas sebuah batu besar. Puncak Rantemario berupa area luas yang terbuka .Pada saat itu puncak  tertutup kabut sehingga tidak ada pemandaangan yang terlihat dari puncak hujan deres,sembari menunggu hujan reda kita bikin kopi.  Setelah berfoto-foto kami kembali turun karena cuaca sangat dingin meskipun pada saat itu siang hari. Dan berhenti di pos 7 nunggu hujan reda, sore-sore kita nyampe pos 5 lgi dan kita mutusin untuk ngecamp 1 malam lagi.dan melanjtkan perjalan besok pagi untuk turun,
Tgl 15 febrari 2013 Bangun pagi kita langsung sarapan dan packing untuk kembali ke desa Karangan,,pukul 08.00 start dari post 5,diperjalanan tiba-tiba kakiku sakit tidak bisa jalan mirris banget aq hrus ngesot melewati kebun penduduk dari pos 1 sampe ke rumah ambe’,kira-kira pukul 14.00 kita nyampe di rumh ambe,,karena takut ketinggalan mobil kita langsung aja kerantelemo nunggu mobil.tpi aq sendiri ngojek sama ambe sampe rante lemo dengan harga Rp.40.000, sembari menunggu mobil kita jajan dan cerita-cerita dengan  penduduk setempat, katanya hari ini tidak ada mobil naik.haduh tidak ada harapan lagi kita harus jalan kaki ke baraka dengan langkah yang lelah kita menyusuri jalan,samapai ke desa angin-angin, tuhan itu memang maha penyayang di kejauahan terdengarr suara deru mobil hatipun kembali semngat bakal dapat tumpangan samapai ke baraka, ternyata ada anak palopo yang nyater mobil  yang mau muncak ke latimojong,kira-kira magrib kita sampai di baraka dan nginep dirumanya kak macan,sebelum kembali ke makassar kita di ajak jalan-jalan ke tanah toraja ke kuburan batu. Seperti biasa kita naik mobil dari baraka ke makassaar kuang lebih 8 jam. Tgl 17 februari 2013 dini hari kita sudah sampai di sekretariat MAPALA unismuh dan istirahat, mas akbar konfirmasi pada mb umi untuk mesenin tiket pesawat untuk pulang kesolo tgl 18 februari 2013 akhirnya dapat tiket pesawat city link dengan harga Rp. 350.000. alahamduliillah besok udah pulang. Dan malam terakhir saya disini tidak boleh tidur maen kartu sampai pagi. Dan yang paling menegangkan pas mau pulang nyaris aja ketinggalan pesawat,ini gara-gara sebelumnya beli oleh-oleh dulu. Dengan kondisi basah kita langsung masuk ke pesawat dingin banget.kira-kira 1 jam kita sudah nyampe di bandara surabaya dan langsung keterminal,ketemu sama mbak Umi, magrib kita sampai di terminal dan ngebis ke solo, sampai di kampus pukul 12 malam.

Wina winata
NIA 13.30.007 MPA

Puisi

|| || ,,,,,,,,, || Leave a komentar

" Alamku Kini "

Hamparan bumi luas menghijau
hanya tinggal kenangan semu
kini ku merindukanmu....

Alam yang indah nan memepesona
padi menguning laksana kilauan emas
kau hilang entah kemana, tiada kumengerti
kini yang ada gedung tinggi pencakar langit

Gemericik air sungai mengalir jernih
banyak ikan bukan sampah yang menghuni
kini hilang entah kemana, tiada ku mengerti
yang ku tahu hanyalah banjir, banjir dan banjir

Kicauan burung menyambut mentari
sahut menyahut menambah pesona pagi
kini hilng entah kemana kau yang dulu
yang aku tau kau berada di sangkar emasmu

Bumiku tercinta...
dimanakan kau yang dulu....

Ritta Rum Rika, NIA 12.29.016 MPA